COVER
Tugas
Kelompok II
MAKALAH
“SEJARAH PERADABAN
MASA NABI”
Di Susun Oleh:
Nurhidayat
Novalis, NIM: 1301140326
Dibuat
Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah: SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen
Pengampuh: ASMAWATI, M.Pd.
STUDI TADRIS BIOLOGI
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
2014 M / 1435 H
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang
telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua, karenanya dapatlah
penulis menghimpun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
sesuai dengan jadwal. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak
langkah beliau samapai hari kiamat.
Pembuatan makalah ini bertujuan
antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam. Selain itu juga sebagai bahan untuk menambah wawasan penulis tentang
Sejarah dan Peradaban Masa Nabi.
Harapan penulis pada makalah
sederhana ini dapat berguna bagi pembaca sebagai bahan tambahan dalam proses
belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan lainya. Kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan makalah sederhana
ini. Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari ALLAH SWT, dan yang salah
adalah sifat manusia.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah
SWT, yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan
yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu
kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh
mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang
dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena
jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah
orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah
Nabi-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.
Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi
Muhammad, membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy
menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin
mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasa
mereka lakukan. Merasa terancan, Allah pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk
berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana latar belakang Nabi Muhammad SAW ?
b. Bagaimana periode di mekah?
c. Bagaimana periode di madinah?
d. Bagaimana dengan kebudayaan dan seni?
e.
Peperangan yang terjadi dalam Islam?
f.
Masa terakhir Nabi Muhammad SAW?
3. TUJUAN
a. Dapat mengetahui latar belakang Nabi Muhammad SAW
b. Dapat mengetahui periode di mekah.
c. Dapat mengetahui periode di madinah.
d. Dapat mengetahui kebudayaan dan seni.
e.
Dapat mengetahui Peperangan yang terjadi dalam Islam.
f.
Dapat mengetahui Masa terakhir Nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
1. NABI MUHAMMAD SAW
Sebelum kita
membahas segala yang berhubungan dengan peradaban pada masa Rasulullah. Ada
baiknya kita membahas terlebih dahulu tentang Nabi Muhammad dan kehidupannya.
Ini penting untuk kita ketahui karena Nabi Muhammadlah aktor penting di balik
terciptanya peradaban islam yang luar biasa itu.
Nabi Muhammad
SAW lahir pada tahun gajah, tahun ketika pasukan gajah Abrahah mengalami
kehancuran. Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal).
Beliau lahir tidak jauh dari Ka’bah. Ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika
beliau masih dalam kandungan, sementara ibunya Aminah wafat sewaktu ia berusia
6 tahun. Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya selama dua tahun, dan ia diasuh
oleh pamannya Abu Thalib.
Merupakan suatu
kebiasaan di antara orang-orang kaya dan kaum bangsawan Arab bahwa ibu-ibu
mereka mengirimkan anak-anak mereka ke pedesaan untuk diasuh dan dibesarkan
disana. Begitu pula Nabi Muhammad, setelah diasuh beberapa lama oleh ibunya,
beliau dipercayakan kepada Halimah dari suku Banu Sa’ad untuk diasuh dan
dibesarkan.
Nabi Muhammad
berada dalam asuhan Halimah hingga beliau berusia 6 tahun, lalu beliau
dikembalikan ke ibunya Aminah. Pada saat ibunya membawanya untuk menziarahi
makam ayahnya di Madinah, ditengah perjalanan, tepatnya di Abwa, ibunya
menderita sakit dan menghembuskan nafas yang terakhir di sana. Dengan demikian
pada usianya 6 tahun, Nabi Muhammad sudah kehilangan kedua orang tuanya.
Dalam usia muda,
Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk
mekah. Melalui kegiatan pengembalaan ini, dia menemukan tempat untuk berpikir
dan merenung. Pemikiran dan perenungan ini membuat beliau jauh dari segala
pemikiran nafsu duniawi, sehingga beliau terhindar dari berbagai macam noda
yang dapat merusak namanya.[1]
2. PERIODE DI MEKKAH
Pada priode ini, Rasulullah SAW berdakwah
menyebarkan Islam di Mekah selama + 13 tahun. Menjelang usianya yang ke-40 tahun, dia sudah
terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontenplasi ke gua
Hira, beberapa kilometer di Utara Mekkah. Di sana Muhammad mula-mula berjam-jam
kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M,
Malaikat Jibril muncul dihadapanya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. 96:1-5). Dengan turunya wahyu pertama
ini , berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai nabi. Dalam wahyu pertama
ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul
lagi untuk beberapa lama, sementara nabi Muhammad menentikannya untuk selalu
dating kegua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa
perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: Hai orang yang berkemul (berselimut).Bangunlah, lalu berilah
peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan
dosa tinggalkanlah.
Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah. (Al-Muddaatssir 1-7).
Dengan
turunya perinyah itu, mulailah Rasullah berdakwah. Pertama-tama beliau
melakukannya secara diam-diam dilingkungan sendiri dan kalangan rekan-rekannya
itu. Mula-lulanya isterinya sendiri, Khadijah, kemudan saudara sepupunya Ali
bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh,
Abu Bakar berhasil mengIslamisasikan beberapa orang temannya dekatnya, seperti
Usman bin Affan. Dengan dakwah diam-diam tersebut, belasan telah banyak memeluk
Islam.[2]
Taktik yang dijalankan Nabi dalam berdakwah adalah
sebagai berikut, sebelum mempunyai power, dakwah berjalan dengan diam-diam,
setelah banyak pengikutnya dakwah berjalan terang-terangan, dengan resiko
menghadapi teror dari musuh yang lebih banyak dan kuat. Untuk menghindarkan
dari kekejaman dan teror kuffar pada pengikutnya, Nabi menganjurkan mereka
berhijrah ke luar Makkah, yaitu Habasyah.
Secara politis hijrah ke Habasyah merupakan upaya mencari
suaka politik pada raja yang beragama samawi. Terjadi dua kali hijrah ke
Habsyah. Pada hijrah pertama berangkat dua belas orang pria empat orang wanita,
yang dipimpin oleh Utsman Ibn Affan bersama istrinya Ruqqayah binti Rasulallah.
Pada hijrah kedua berangkat satu rombongan yang terdiri dari delapan puluh tiga
laki-laki dan sebelas orang wanita, dipimpin oleh Ja’far ibn Abi Thalib.
Dengan mengikatnya aniaya Quraisy terhadap Nabi hijrahlah
beliau ke Thaif, ke bani Tsaqif, dengan pengharapan akan memperoleh pertolongan
serta mendapat tambahan pengikut, akan tetapi, kenyataan yang diterima
sebaliknya. Nabi di caci maki, dilempari batu oleh anak-anak, sampai badannya
berlumur darah. Hijrah ke Thaif hanya mendapat satu orang hamba sahaya yang
masuk Islam, yaitu Addas.
Ditinjau dari segi taktik dan strategi dakwah, hijrah ke
Thaif itu menunjukan kemauan yang kuat untuk meneruskan dakwah, dengan
tidak mengenal putus asa, selalu berusaha mnencari medan dakwah.
Mengalirnya darah dari kaki Nabi, membuktikan bahwa setiap perjuangan
dihadapkan kepada pengorbanan, dan pengorbanan itu sampai mengancam
keselamatan diri pembawa dakwah.
Pengalaman Thaif tidak menyurutkan dakwah Nabi. Pada
tahun kesebelas kerasulan, diwaktu musim haji Nabi mengadakan kontak dakwah
dengan jama’ah haji, tertariklah sekelompok orang Aus dan Khazraj, penduduk
kota Yastrib, untuk masuk Islam. Pada tahun XI masuk tujuh orang, pada
tahun XII masuk Islam dua belas orang, pada tahun berikutnya datang lagi tujuh
puluh dua orang penduduk Yastrib menyatakan masuk Islam dan bersumpah setia
akan membela serta melindungi Nabi. Penduduk Yastrib yang sudah masuk Islam
itu, memohon kepada Nabi untuk pindah ke Yastrib. Beliau memberi jawaban
sebelum mendapat perintah dari Allah.[3]
3. PERIODE DI MADINAH
Dalam
perjalanan ke Yastrib nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah
desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yastrib, nabi neristirahat
beberapa hari lamanya. Dia menginap dirumah Kalsum bin Hindun. Dihalaman rumah
itu nabi membangun sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun nabi,
sabagai pusat peribadatan. Tak lam kemudian Ali menggabungkan diri dengan nabi,
setelah menyelesaikan urusannya di Mekkah. Waktu yang mereka tunggu-tunggu
tiba. Nabi memasuki Yastrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangannya
beliau dengan gembira. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota
Yastrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering disebut
pula Madinatul Munawwarah (Kota yang Bercahaya), karena sanalah sinar
Islam memancar keseluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup
disebut Madinah saja.[4]
Secara
sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat Islam di
Yatsrib adalah: Pertama, Nabi Muhammad SAW mengubah nama Yatsrib menjadi
Madinah (Madinah Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah).
Perubahan yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang
menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad SAW, yaitu membentuk sebuah masyarakat
yang tertib dan maju, dan berperadaban. Kedua, membangun masjid,
membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat
saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin
dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Di samping
itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan. Ketiga, Nabi
Muhammad SAW membentuk kegiatan mu’akhat (persaudaran), yaitu mempersaudarakan
kaum Muhajirin dengan Anshar. Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum
muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad SAW membentuk
persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, di samping bentuk
persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan
darah. Keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang
tidak beragama Islam. Dan Kelima, Nabi Muhammad SAW membentuk pasukan
tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.[5]
Pada fase Madinah ada beberapa bidang yang
dikembangkan sebagai wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam
diantaranya yaitu pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer, politik,
dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini Islam menjadi
agama yang dipeluk oleh seluruh Jazirah Arab, sebagai tanda keberhasilan dakwah
Nabi Muhammad.[6]
4. KEBUDAYAAN DAN SENI
a. Kebudayaan
Agama Islam sangat memperhatikan ilmu
pengetahuan disamping mendorong dan menyeru agar dimiliki. Rasulullah SAW
begitu besar menaruh perhatian agar para sahabat belajar menulis, sehingga
setiap tawanan perang Badar yang pandai baca tulis dan tidak mampu menebus
dirinya diharuskan mengajar sepuluh anak-anak kaum muslimin sebagai tebusannya
atas dirinya. Kemudian beliau juga telah mendorong para sahabat agar
mempelajari bahasa-bahasa saat beliau mengutus para dai’ dan para utusannya
kepada para raja dan amir di luar Jazirah Arab. Beliau telah menasehati Zaid
bin Tsabit agar belajar tentang tulisan bangsa Yahudi karena beliau tidak
merasa aman berada di tengah mereka.[7]
Pemikiran-pemikiran Rasulullah dan ajaran-ajarannya telah
menemukan benih-benihnya di tanah yang subur sehingga membuahkan kelompok yang
dianggap sebagai orang-orang yang berkedudukan sangat tinggi dan besar. Mereka
adalah orang-orang yang hafal terhadap nash-nash Alquran sebagai kitab suci dan
disucikan. Hanya mereka sajalah yang benar-benar hafal dan memahami Alquran di luar
kepala. Mereka juga adalah para penjaga yang sangat ketat untuk menghafal
setiap sabda dan wasiat yang diriwayatkan dari Nabi SAW, disamping sebagai
orang-orang terpercaya memelihara jejak Muhammad SAW dalam bidang moral. Dari
merekalah tersusun jamaah Islam di mana dari mereka muncullah pada suatu hari
kelompok orang–orang besar dari kalangan para ahli fiqh, ahli ushul, dan ahli
hadits di tengah masyarakat Islam.[8]
b.
Seni
Pada umumnya masyarakat Islam pada masa Rasulullah SAW
dan Al Khulafa Ar Rasyidun hidup bersahaja dan lebih mengutamakan jihad di
jalan Allah. Masyarakat Islam pada waktu itu tidak tertarik oleh seni dan
berbagai jenisnya. Dalam hal ini Ibnu Khaldun berkata: Agama pada mulanya
melarang berlebih-lebihan dalam sesuatu yang tidak mempunyai tujuan.
Ketika penaklukan bangsa Arab meluas dan mereka pun
berakulturasi dengan bangsa-bangsa lain, maka mereka menghimpun beragam bentuk
seni lama dan mewarnainya dengan agama Islam. Dengan demikian, dalam pandangan
mereka ruang lingkup seni sangat luas dan karenanya mereka juga dapat
menghasilkan baru yang tidak keluar dari garis yang telah ditetapkan dalam
Islam.[9]
5. PEPERANGAN YANG TERJADI DALAM ISLAM
Perang
pertama yang sangat menentukan masa depan Negara Islam ini adalah perang Badar,
perang antara kaum Muslimin dengan musyrik Quraisy. Di daerah Badar, kurang
lebih 120 km dari Madinah, pasukan nabi bertemu dengan pasukan Quraisy yang
berjumlah 900 sampai 1000 orang. Dalam perang ini kaum Muslimin keluar sebagai
pemenang. Namun, orang-orang Yahudi Madinah tidak senang. Mereka memang tidak
sepenuh hati menerima perjanjian yang telah dibuat antara mereka dengan nabi.[10]
Pada
tahun ke-3 H, mereka berangkat ke Madinah membawa tidak kurang dari 3000
pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda dibawah pimpinan Khalid ibn
Walid, 700 orang diantara mereka memakai baju besi. Nabi Muhammad menyongsong
kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 orang. Namun, baru saja melewati
batas kota Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300 orang Yahudi membelot
dan kembali ke Madinah. Meskipun demikian, dengan 700 orang pasukan dari kota
Madinah, tepatnya dibukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Pertama-tama,
prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur tentara musuh yang lebih besar
itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal menembus benteng
pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang yang
jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang
lebih besar. Kemenangan yang sudah diambang pintu itu tiba-tiba gagal karena
godaan harta peninggalan musuh. Prajurit Islam memungut harta rampasan perang
tanpa menghiraukan gerakan musuh termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah
yang telah diperintahkan nabi agar tidak meninggalkan posnya. Kelengahan kaum
Muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid ibn Walid berhasil
melumpuhkan pasukan pemanah Islam dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur
berbelik menyerang. Satu per satu pahlawan Islam gugur, bahkan nabi sendiri
terkena serangan musuh. Perang ini berakhir dengan 70 orang pejuang Islam
syahid dimedan perang.[11]
Masyarakat
Yahudi yang mengungsi ke Khaibar itu kemudian mengadakan kontrak dengan
masyarakat Mekkah untuk menyusun kekuatan guna menyerang Madinah. Mereka
membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari 24.000 orang tentara. Mereka
bergerak menuju Madinah pada tahun ke-5 H. Atas usul Salman Al-Farisi, nabi
memerintahkan umat Islam menggali parit untuk pertahanan. Namun, mereka
mengepung Madinah dengan mendirikan kemah-kemah diluar parit hamper sekitar
sebulan lamanya. Perang ini disebut perang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau
Khandag (parit). Dalam suasana kritis itu, orang-orang Yahudi Bani Quraizah
dibawah pimpinan Ka’bah bin Asad berkhianat. Hal ini makin membuat umat Islam
makin terjepit. Setelah sebulan pengepungan, angin, dan badai turun amat
kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan
tentara sekutu. Mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri
masing-masing tanpa hasil apa pun. Sementara itu, pengkianat-penghianat Yahudi
Bani Qiraizah dijatuhi hukuman berat, hukuman mati.[12]
Melihat
kenyataan ini Heraklius menyusun pasukan besar diutara Jazirah Arab, Syria,
yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani
Ghassan dan Bani Lachmides. Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak
pahlawan Islam yang menyediakan diri siap berperang bersama nabi sehingga
terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya pasukan Islam yang
dipimpin nabi, tantara Romawi itu menjadi kecut. Nabi sendiri tidak melakukan
perngejaran, tetapi berkemah di Tabuk. Di sini beliau membuta beberapa
perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian, daerah perbatasan itu
dapat dirangkul dalam barisan Islam. Perang Tabuk adalah perang terakhir yang
di ikuti Rasullah SAW.[13]
6. MASA TERAKHIR NABI MUHAMMAD SAW
Pada tahun ke-9 dan 10 H banyak suku dari
berbagai pelosok Arab mengutus delegasi kepada Nabi Muhammad menyatakan
ketundukan mereka. Masuknya orang Mekkah kedalam agama Islam rupanya mempunyai
engaruh yang amat besar pada pnduduk padang pasir yang liar itu. Tahun ini
disebut tahun perutusan.
Dalam kesempatan menunaikan ibdaha haji yang
terakhir, haji Wada’, tahun 10 H, Nabi Muhammad menyampaikan khotbahnya
yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain: larangan menumpahkan darah
kecuali dengan haq dan larangan mangambil harta orang lain dengan batil,
karena nyawa dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan
menganiaya; perintah untuk memperlakukan para isteri dengan baik dan lemah
lembut dan perintah manjahui dosa; semua pertengkaran antara mereka dizaman Jahiliyah
harus saling memaafkan; balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku
di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan persamaan diantara
manusia harus ditegakkan; hamba sahay harus diberlakukan dengan baik, mereka
makanseperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti apa yang tuan mereka
pakai; dan yang terpenting adalah umat Islam harus selalu berpegang kepada dua
sumber yang tak pernah using, Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Selanjutnya,
prinsi-prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan,
social, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas.[14]
Setelah itu, Nabi Muhammad kemabli ke Madinah.
Balau mengatur organisasi mesyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam.
Petugas keagamaan dan para da’I dikirim keberbagai daerah dan kabilah untuk
mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua
bulan setelah itu, nabi menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat
berkurang. Pada hari senin, tanggal 12 Rabuil Awal 11 H / 8 Juni 632 M, Nabi Muhammad
wafat dirumah isterinya Aisyah.[15]
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
·
Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun gajah, tahun ketika
pasukan gajah Abrahah mengalami kehancuran. Peristiwa itu terjadi kira-kira
pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal). Beliau lahir tidak jauh dari Ka’bah. Ayahnya
Abdullah meninggal dunia ketika beliau masih dalam kandungan, sementara ibunya
Aminah wafat sewaktu ia berusia 6 tahun. Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya
selama dua tahun, dan ia diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
·
Periode Mekkah
Pada
priode ini, Rasulullah
SAW berdakwah menyebarkan Islam di Mekah selama + 13 tahun. Menjelang usianya yang ke-40 tahun, dia sudah
terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontenplasi ke gua
Hira, beberapa kilometer di Utara Mekkah. Di sana Muhammad mula-mula berjam-jam
kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M,
Malaikat Jibril muncul dihadapanya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. 96:1-5). Dengan turunya wahyu pertama
ini , berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai nabi. Dalam wahyu pertama
ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
·
Periode Madinah
Dalam
perjalanan ke Yastrib nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah
desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yastrib, nabi neristirahat
beberapa hari lamanya. Dia menginap dirumah Kalsum bin Hindun. Dihalaman rumah
itu nabi membangun sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun nabi,
sabagai pusat peribadatan. Tak lam kemudian Ali menggabungkan diri dengan nabi,
setelah menyelesaikan urusannya di Mekkah. Waktu yang mereka tunggu-tungg tiba.
Nabi memasuki Yastrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangannya beliau
dengan gembira. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota
Yastrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering disebut
pula Madinatul Munawwarah (Kota yang Bercahaya), karena sanalah sinar Islam
memancar keseluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup disebut Madinah
saja.
·
Kebudayaan dan seni
Agama
Islam sangat memperhatikan ilmu pengetahuan disamping mendorong dan menyeru
agar dimiliki. Rasulullah SAW begitu besar menaruh perhatian agar para sahabat
belajar menulis, sehingga setiap tawanan perang Badar yang pandai baca tulis
dan tidak mampu menebus dirinya diharuskan mengajar sepuluh anak-anak kaum
muslimin sebagai tebusannya atas dirinya.
Pada
umumnya masyarakat Islam pada masa Rasulullah SAW dan Al Khulafa Ar Rasyidun
hidup bersahaja dan lebih mengutamakan jihad di jalan Allah. Masyarakat Islam
pada waktu itu tidak tertarik oleh seni dan berbagai jenisnya. Dalam hal ini
Ibnu Khaldun berkata: Agama pada mulanya melarang berlebih-lebihan dalam
sesuatu yang tidak mempunyai tujuan.
·
Peperangan yang terjadi pada masa nabi
Perang
pertama yang sangat menentukan masa depan Negara Islam ini adalah perang Badar,
perang antara kaum Muslimin dengan musyrik Quraisy. Di daerah Badar, kurang
lebih 120 km dari Madinah, pasukan nabi bertemu dengan pasukan Quraisy yang
berjumlah 900 sampai 1000 orang.
Pada
tahun ke-3 H, mereka berangkat ke Madinah membawa tidak kurang dari 3000
pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda dibawah pimpinan Khalid ibn
Walid, 700 orang diantara mereka memakai baju besi. Nabi Muhammad menyongsong
kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 orang. Namun, baru saja melewati
batas kota Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300 orang Yahudi membelot
dan kembali ke Madinah. Meskipun demikian, dengan 700 orang pasukan dari kota
Madinah, tepatnya dibukit Uhud, kedua pasukan bertemu.
Masyarakat
Yahudi yang mengungsi ke Khaibar itu kemudian mengadakan kontrak dengan
masyarakat Mekkah untuk menyusun kekuatan guna menyerang Madinah. Mereka
membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari 24.000 orang tentara. Mereka
bergerak menuju Madinah pada tahun ke-5 H. Atas usul Salman Al-Farisi, nabi
memerintahkan umat Islam menggali parit untuk pertahanan. Namun, mereka mengepung
Madinah dengan mendirikan kemah-kemah diluar parit hamper sekitar sebulan
lamanya. Perang ini disebut perang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau Khandag
(parit).
Melihat
kenyataan ini Heraklius menyusun pasukan besar diutara Jazirah Arab, Syria,
yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani
Ghassan dan Bani Lachmides. Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak
pahlawan Islam yang menyediakan diri siap berperang bersama nabi sehingga
terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya pasukan Islam yang
dipimpin nabi, tantara Romawi itu menjadi kecut. Nabi sendiri tidak melakukan
perngejaran, tetapi berkemah di Tabuk.
·
Masa terakhir Nabi Muhammad
Pada tahun ke-9 dan 10 H banyak suku dari
berbagai pelosok Arab mengutus delegasi kepada Nabi Muhammad menyatakan
ketundukan mereka. Masuknya orang Mekkah kedalam agama Islam rupanya mempunyai
engaruh yang amat besar pada pnduduk padang pasir yang liar itu. Tahun ini
disebut tahun perutusan.
Dalam
kesempatan menunaikan ibdaha haji yang terakhir, haji Wada’, tahun 10 H,
Nabi Muhammad menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu
antara lain kemanusiaan, persamaan, keadilan, social, keadilan ekonomi,
kebajikan dan solidaritas.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul munir, Sejarah
Peradaban Islam,Jakarta: Amzah, 2013
Badri
Yatim, M. A, Sejarah Peredaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011
Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah
Kebudayaan Islam, diterjemahkan oleh: H. A. Bahauddin, Kalam Mulia,
Jakarta, 2001
Mas’ud , Abdurrahman, Sejarah
Peradaban Islam,Jakarta: Amzah, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar