COVER
Tugas kelompok 2
MAKALAH
“BUNGA”
Dibuat
dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Mata
Kuliah : Morfologi Tumbuhan
Dosen
Pembimbing : Nurul Septiana,M.Pd.

Disusun
oleh :
Putri
Zizi Gumilar Ramdani NIM 1301140320
Nurhidayat
Novalis NIM 1301140326
Isnani
Haryati NIM 1301140331
Tuti
Nur NIM 1301140339
PROGRAM
STUDI TADRIS BIOLOGI JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI
PALANGKA
RAYA
TAHUN
2014 M / 1434 H
![]() |
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah
SWT., karena atas berkat limpahan rahmat serta hidayahnyalah serta karunianya
yang besar, saya dapat menyelesaikan makalah sederhana ini, meskipun sangat
jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada
junjugan kita kekasih Allah yaitu Nabi Besar Muhammad SAW., keluarga sahabat,
yang mana telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.
Dalam pembuatan makalah ini saya sangat
berterima kasih kepada Dosen Pembimbing yang mana telah memberikan saya waktu
untuk pembuatan makalah ini. Selaku penulis saya sangat berharap makalah ini
dapat menambah wawasan para pembaca mengenai pengetahuan umum terkhusus
mengenai “Bunga”.
Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat dan kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk
kemajuan makalah ini selanjutnya agar menjadi lebih baik. Terimakasih. Selamat
membaca.
Wassalamu’alaikum
wr.wb.
Palangka
Raya, November 2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya
olehnya telah dihasilkan suatu alat, yang nanti akan dapat tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Alat-alat yang demikian dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan
dalam 2 golongan : yang bersifat vegetative dan yang generative).
Alat perkembangbiakan generative itu
bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, tetapi bagi
tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang
kita kenal sebagai bunga.
Jika kita memperhatikan susunan suatu
bunga, mudah diketaui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas ( batang dan
daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan
tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan,
dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.
Mengingat pentingnya bunga bagi
tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat, yang merupakan penyesuaian untuk
melaksanakan tugasnya sebagai penghasilalat perkembangbiakan yang
sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah :
1.
Bentuk
bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya,
2.
Warnanya,
3.
Baunya,
4.
Ada
dan tidaknya madu ataupunzat lain.
Demikian karakteristik sifat-sifat
tersebut untuk setiap jenis atau segolongan tumbuhan, sehingga sifat-sifat
bunga merupakantanda pengenal tumbuhan yang paling utama.
Dalam makalah
ini kami membahas mengenai bunga yaitu pada bagian BAB II.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1.
Bagaimana tata letak dan jumlah
bunga pada suatu tumbuhan ?
2.
Bagaimana bunga majemuk pada
suatu tumbuhan ?
3.
Apa saja bagian-bagian bunga ?
4.
Bagaimana simetri pada bunga ?
5.
Apa pengertian dari penyerbukan
dan pembuahan ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitagar mahasiswa
mampu
1.
Mengetahui dan memahami tata
letak dan jumlah bunga pada suatu tumbuhan.
2.
Mengetahui bunga majemuk pada
suatu tumbuhan.
3.
Mengetahui bagian-bagian bunga.
4.
Mengetahui dan memahami simetri
pada bunga.
5.
Mengetahui penyerbukan dan
pembuahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan
Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu
bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), sedangkan lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).
Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai
satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya
banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan
sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang.
Selain dari itu pada suatu
tumbuhan dapat kita lihat, bahwa bunganya yang besar jumlahnya itu, dapat :
1.
Terpencar
atau terpisah-pisah (flores sparsi), misalnya pada kembang sepatu, berkumpul
membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam.
2.
Suatu
rangkaian bunga dinamakan pula : bunga majemuk (anthotaxis atau
inflorescentia), misalnya pada kembang merak.
B. Bunga Majemuk (Anthotaxis, inflorescentia)
Pada suatu bunga majemuk lazimnya dapat kita
bedakan bagian-bagian berikut:
1.
Bagian-bagian
yang bersifat seperti batang atau cabang, yaitu :
a.
ibu
tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis atau rhachis).
b.
tangkai
bunga (pedicellus).
c.
dasar
bunga (receptalucum).
2.
Bagian-bagian
yang bersifat seperti daun :
a.
daun-daun
pelindung (bractea),
b.
daun
tangkai (bracteola),
c.
seludang
bunga (spatha),
d.
daun-daun
pembalut (bractea involucralis, involucrum),
e.
kelopak
tambahan (epicalyx),
f.
daun-daun
kelopak (sepalae),
g.
daun-daun
mahkota atau daun tajuk (petalae),
h.
daun-daun
tenda bunga (tepalae),
i.
benang-benang
sari (stamina),
j.
daun-daun
buah (carpella).
Telah dikemukakan,
bahwa ibu tangkai bunga pada bunga majemuk dapat mengadakan percabangan dapat
pula tidak. Ibu tangkai bunga yang tidak bercabang dan tidak berdaun seringkali
dinamakan sumbu bunga (scapus). Ibu tangkai yang berabang memperlihatkan cara
percabangan yang bermacam-macam. Selain dari itu, jumlah cabang, panjangnya
dibandingkan dengan ibu tangkai serta susunan cabang-cabang, berpengaruh pula
terhadap urut-urutan mekarnya masing-masing bunga pada suatu bunga majemuk.
Bertalian dengann sifat-sifat itu bunga majemuk dibedakkan dalam tiga golongan
:
1.
Bunga
majemuk tak berbatas ( inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau
infllorescentia centripetalo), yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat
tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak, dan
mempunyai susunan “acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu
tangkai), dan bunga-bunga pada bungamajemuk inii mekar berturut-turut dari
bawah ke atas. Jika ibu tangkai tak mendukung suatu bunga, tampaknya bunga
majemuk ini seakan-akan tidak bebatas lagi pula jika dilihat dari atas, Nampak
bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir mekarnya ialah bunga yang
menutup ibu tangkainya. Karena yang mekar mulai dari pinggir menuju kepusat
itulah maka bunga majemuk yang bersifat demikian itu dinamakan : inflorescentia
centripetala. Bunga majemuk tak berbatas terdapat misalnya pada : kembang merak
( Caesalpinia pulcherrima Swartz.), mangga (Mangifera indica L.),
2.
Bunga
majemuk berbatas (inflorescentia cymosa atau inflorescentia centrifuga ,
inflorescentia definita), yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya selalu dittup
dengan suatu bunga, jadi ibu tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Ibu
tangkai ini pula dapat bercabang-cabang, dan cabang-cabang tadii seperti ibu
tangkainya juga selalu mendukung suatu bunga pada ujungnya. Pada bunga majemuk
yang berbatas bunga mekar dulu ialah bunga yang terdapat disumbu pokok atau ibu
tangkainya, jadi tengah ke pinggir (jika dilihat dari atas), oleh sebab itu
dinamakan: inflorescentia centrifuga.
Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai, bunga majemuk
berbatas dibedakan lagi dalam tiga macam :
a.
yang
bersifat : ‘monochasial”, jika ibu tangkai hanya mempunyai satu cabang, ada
kalanya lebih (dua cabang), tetapi tidak pernah berhadapan dan yang satu lebih
besar daripada yang lainnya. Cabang yang besar selanjutnya seperti ibu tangkai
setiap kali hanya mengeluarkan satu cabang saja. Bunga majemuk semacam ini ditemukan
pada berbagai jenis tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), kapas
(Cosssypium sp.),
b.
yang
bersifat : “dichasial”, jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang
berhadapan, terdappat pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labatae), dll.
c.
yang
bersifat : “pleiochasial”, jika dari ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang
pada suatu tempat yang sama tingginya pada ibu tangkai tadi, misalnya pada
bunga oleander (Nerium oleander L.).
3.
Bunga
majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga majemuk yang
memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk berbatas maupun sifat bunga
majemuk tak berbatas.
Bunga majemuk yang dibedakan dalam
ketiga golongan tersebut di atas masing-masing dapat lagi dibedakkan dalam
beberapa ragam. Berikut akan diberika suatu ikhtisar berbagai ragam bunga
majemuk yang dapat kita jumpai pada tumbuhan.
1.
Bunga
majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides,
inflorescentia centripetala).
Dalam golongan ini dapat dibedakan lagi
yang :
a.
Ibu
tangkainya tidak bercabang-cabang, sehingga bunga (bertangkai atau tidak) langsung terdapat
pada ibu tangkainya.
1)
tandan
(racemus atau botrys),
2)
bulir
(spica),
3)
untai
atau bunga lada (amentum),
4)
tongkol
(spadix),
5)
bunga
payung (umbrella),
6)
bunga
cawan (corymbus atau anthodium), yaitu suatu bunga majemuk yang ujung ibu
tangkainya lalu melebar dan merata, sehingga mencapai bentuk seperti cawan dan
pada bagian itulah tersusun bunga-bunganya. Pada pangkal Bungan majemuk
demikian ini biasnya terdapat daun-daun pembalut (involucrum). Sealin dari pada
itu bunga cawan lazimnya kita dapati dua macam bunga, yaitu :
a)
bunga
pita : bunga yang mandul yang terdapat sepanjang tepi cawan, oleh sebab itu
pula dinamakan bunga pinggir (flos marginalis), yang seringkali mempunyai
mahkota yang berbentuk pita, oleh sebab itu dinamakan pula bunga pita (flos
ligulatus).
b)
bunga
tabung : yaitu bunga-bunga yang terdapat di atas cawannya sendiri (flos disci),
seringkali kecil dan berbentuk tabung, oleh sebab itu dinamakan bunga tabung.
Bunga inilah yang mempunyai kedua macam alat kelamin ( benang sari dan putik)
dan dapat menghasilkan buah.
7)
bunga
bongkol (capitulum),
8)
bunga
periuk (hypanthodium). Bunga ini dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu :
a)
ujung
ibu tangkai menebal, berdaging, mempuunyai bentuk seperti gada, sedang
bunga-bunganya terdapat meliputi seluruh bagian yang menebal tadi, sehingga
tercepai bentuk bulat atau silinder. Daun-daun pembalut tidak ada. Bunga
majemuk yang demikian susunannya terdapat misalnya pada keluwih (Artocarpus
communis Forst.), nangka (Artocarpus integra Merr.),
b)
ujung
ibu tangkai menebal berdaging, membentuk badan yang menyerupai periuk, sehingga
bunga-bunga yang semestinya terletak padanya lalu terdapat di dalam periuk
tadi, dan sama sekali tak tanpa darii luar, misalnya pada lo ( Ficus glomerata
Roxb.), awar-awar (Ficus septica Burm.), dan marrga lo (Ficus sp.), umumnya.
b.
Ibu
tangkai bercabang-cabang dan cabang-cabangnya dapat bercabang lagi, sehingga
bunga-bunga tidak terdapat pada ibu tangkainya.
1)
malai
(panicula)
2)
malai
rata (corymbus ramosus)
3)
bunga
paying majemuk (umbrella combosita):
4)
bunga
tongkol majemuk,
5)
bulir
majemuk,
2.
Bunga
majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentia centrifuga).
a.
anak
payung menggarpu (dichasium).
b.
bunga
tangga atau bunga bercabang seling (cincinnus)
c.
bunga
sekerup (bostryx),
d.
bunga
sabit (drepanium),
e.
bunga
kipas (rhipidium),
3.
Bunga
majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu suatu bunga majemuk yang
merupakan campuran antara sifat-sifat bunga majemuk berbatas dengan tidak
berbatas. Bunga johar misalnya, ibu tangkai mengadakan percabangan seperti pada
suatu malai, tetapi cabang-cabangnya bersifat seperti malai rata. Bunga soka
(ixora padulosa Kurz.), seluruhnya merupakan suatu malai rata, tetapi
bagian-bagiannya berupa anak payung menggarpu. Bunga kenari (canarium commune
L.), mempunyai susunan seperti malai, tetapi ujungnya berupa sekerup.
4.
Tipe-tipe
bunga majemuk
a.
gubahan
semu atau karangan semu (verticillaster). Pada bunga ini tampaknya seperti ibu
tangkainya berbuku-buku, dan pada buku-bukunya terdappat sejumlah bunga yang
tersusun berkarang (melingkari buku-buku tadi), tetapi sesungguhnya pada tempat
di ibu tangkai yang sama tinggi ada beberapa
cabang yang masing-masing cabang itu merupakan suatu anak payung,
misalnya pada rumujung (Orthosiphon stamineus Benth.) dan tumbuhan suku
Labiatae umumnya.
b.
lembing
(anthela), jika cabang-cabang ibu tangkai yang sebelah bawah jauh lebih panjang
dari pada ibu tangkai dan cabang-cabang yang di atasnya, terdapat pada Juncus
dan Luzula.
c.
tukal
(glomelurus), suatu bunga majemuk yang biasanya bersifat berbatas (cymosus),
terdiri atas kelompokan bunga-bunga kecil tidak bertangkai, yang tersusun rapat
pada cabang-cabang bunga majemuknya, misalnya pada rami (Boehmeria niveaa
Gaud.),
d.
berkas
(fasciculus), juga suatu bunga majemuk yang umumnya bersifat berbatas (cymosus)
dengan ibu tangkai yang pendek. bunga lebih besar daripada bunga pada tukal,
mempunyai tangkai yang tidak sama panjang, seringkali dengan warna yang
menarik, misalnya pada jadam (Rhoe discolor Hance).
C. Bagian-Bagian Bunga
Bunga
pada umumnya mempunyai bagian-bagian berikut:
1.
Tangkai
bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang,
padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang
menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun
biasa ke hiasan bunga.
2.
Dasar
bunga (receptalucum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan
ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daunp-daun yang telah mengalami
metamorphosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain,
bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
3.
Hiasan
bunga (perianthum), yaitu bagian bunga yang merrupakan penjelmaan daun yang
masih tampak lembaran dengan tulang-yulang atau urat-urat yang masih jelas.
Biasany hiasan bunga dapat dibedakan menjadi dua bagian yang masing-masing
duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian-bagian hiasaan bunga itu umumnya
tersusun dalam dua lingkaran.
a.
kelopak
(kalyx),
b.
tajuk
bunga atau mahkota bunga (corolla),
Pada suatu bunga seringkali tidak
kita dapati hiasan bunganya. Bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang
(flos nudus), misalnya pada patikan (Euphorbia hirta L.), atau hiasan bunga
tadi tidak dapt dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, dengan kata lain
kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya. Hiasan bunga yang
demikian sifatnya dinamakan : tenda bunga (perigonium), yang terdiri atas
sejumlah daun tenda bunga (tepala), misalnya pada kembang sungsang (Gloriosa
superba L.), lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.).
4.
Alat-alat
kelamin jantan (androecium); bagian ini juga sesungguhnya merupakan
metamorphosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas
sejumlah benang sari (stamen). Pada bunga beanang-benang sarinya dapatt pula bebas
atau berlekatan, ada yang tersusun dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua
lingkaran. Bahwasannya bagian ini merupakan penjelmaan daun, masih dapat
terlihat misalnya pada bunga tasbih (Canna hybrid Hort.), yang benang sarinya
yang mandul berbentukk lembaran-lembaran menyerupai daun-daun mahkota.
5.
Alat-alat
kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya di
sebut putik (pistillum), juga putik terdiri atas metamorphosis daun yang
disebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa
putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah, tetapi dapat
pula hanya terdiri atas satu daun buah. Kalau ada beberapa daun buah, maka
biasanya semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagian-bagian bunga yang
terakhir.
Meliaht bagian-bagian yang terdapat pada bunga, maka bunga
dapat dibedakan dalam :
1.
bunga
lengkap atau bunga sempurna (flos completus), yang dapat terdiri atas : 1
lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran
benang-benang sari dan satu lingkaran daun-daun buah. Bunga yang
bagian-bagiannya tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan : bersifat tetrasiklik,
dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam lima lingkaran : pentasiklik.
2.
bunga
tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletus), jika ssalah satu
bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminya tidak ada. Jika bunga
tidak mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu disebut telanjang (nudus), jika
hanya mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan
berkelamin tunggal (unisexualis).
D. Kelamin Bunga
Berdasarkan
alat-alat kelamin yang terdapat pada
masing-massing bunga, orang membedakan :
1.
bunga
banci atau berkelamin dua (hermaphroditus),
2.
bunga
berkelamin tunggal (unisexualis). Berrdasarkan alat kelamin yang ada padanya
dapat dibedakan lagi dalam :
a.
bunga
jantan (flos masculus),
b.
bunga betina (flos femineus),
c.
bunga mandul atau tidak berkelamin,
Bertalian dengan kelamin bunga yang
terdapat pada suatu tumbuhan, orang membedakan tumbuhan yang :
1.
berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan
yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang
tumbuhan), misalnya jagung (Zea mays L.), mentimun (Cucumis sativus L.),jarak
(Ricinus communis L.).
2.
berumah dua (dioecus), jika bunga
jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada individu yang hanya
mendukung bunga jantan saja dann ada individu yang hanya mendukung bunga betina
saja, misalnya slak (Zalacca edulus Reinw.),
3.
poligam (polygamous), jika pada satu
tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama-sama.
Misalnya pada papaya (Carica papaya L.), biasanya poligami dimaksud untuk
menunjukan sifat tumbuhan bertalian dengan sifat bunga tadi yang memperlihatkan
suatu kombinasi bukan berumah satu dan juga bukan berumah dua.
E. Simetri Pada Bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau
badan yang juga bias disebut untuk bagian-bagian tubuh tumbuhan (batang, daun,
maupun bunga), jika benda tadi oleh suatu bidang dapat dibagi menjadi dua
bagian sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu dapat saling menutupi.
Bunga sebagai satu bagian tubuh
tumbuhan dapat pula mempunyai sifat tersebut di atas dan bertalian dengan
simetri itu dapat dibedakan bunga yang :
1.
asimetri atau tidak simetri, jika pada
bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetri dengan jalan apapun juga, misalnya
bunga tasbih 9Canna hybrid Hort.),
2.
setangkup tunggal (monosimetris atau
zygomorphus), jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidanng simetri saja yang
membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup. Sifat ini biasanya
ditunjukan dengan lambang (anak
panah) .
Bergantung
pada letaknya bidang simetri, bunga yang setangkup tunggal dapat dibedakan lagi
dalam tiga macam :
a.
setangkup tegak, jika bidang simetrinya
berimpit dengan bidang median, misalnya bunga telang (Clitoria ternatea L.).
b.
setangkup mendatar, jika bidang
simetrinya tegak lurus pada bidang median, dan tegak lurus pula pada arah
vertical, misalnya bunga Corydalis.
c.
setangkup miring, jika bidang
simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar)
90̊, misalnya bunga kecubung (datura metel L.).
3.
setangkup menurut dua bidang (bilateral
simetri atau disimetris), dapat pula dikatakan setangkup ganda, yaitu bunga
yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang
tegak lurus satu sama lain, misalnya bunga lobak (Raphanus sativus L.), dan
bunga tumbuhan lain yang sesuku (Cruciferae).
4.
beraturan atau bersimetri banyak
(polysimetris, regularis, atau actinophormus), yaitu jika dapat dibuat banyak
bidang simetri untuk membagai bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup,
misalnya bunga lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.) Bunga yang beraturan
seringkali ditunjukan dengan lambing bintang.
F. Penyerbukan atau Persarian (Pollinatio) dan Pembuahan (Fertilisatio)
Bunga merupakan organ tumbuhan yang nantinya akan menjadi
buah dan di dalam buah nanti akan terjadi biji, dan di dalam bijilah terdapat
calon tumbuhan baru yaitu lembaga.
Buah, biji dan lembaga hanya akan terjadi setelah
terlebih dahulu pada bunga terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan, yang
dinamakan penyerbukan ialah : jatuhnya serbuk sari pada kepala putiik (untuk
golongan tumbuhan biji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal
biji (untuk tumbuhan biji telanjang), sedang yang dimaksud dengan pembuahan
ialah : terjadinya perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi satu) sel telur
yang terdapat dalam kandung lembaga di dalam bakal biji dengan suatu inti yang
berasal dari serbuk sari.
Penyerbukan tidak selalu diikuti oleh pembuahan. Lazimnya
penyerbukan hanya akan diikuti oleh pembuahan bila tumbuhan diserbuki oleh
tumbuhan yang sama atau sejenis jika tidak pembuahan tidak akan berlangsung.
Hal itu disebabkan karena serbuk sari yang jatuh pada kepala putik bunga
tumbuhan yang berbeda tidak dapat tumbuh menjadi buluh serbuk sari atau bila
dapat pula tumbuh menjadi buluh serbuk sari, buluh serbuk sari itu biasanya
akan mengalami kegagalan dalam pertumbuhannya , sehingga tidak dapat mencapai
bakal biji.
Sebaliknya, meskipun tidak terjadi pembuahan ada pula
kalanya bakal biji dapat berkembang menjadi biji dengan di dalamnya terdapat
pula lembaga, jadi sel telur dengan tidak dibuahi dapat tumbuh menjadi lembaga.
Terjadinya lembaga dari sel telur tanpa pembuahan dinamakan partenogenesis.
Pembentukan calon tumbuhan baru (lembaga) yang disertai
dengan peristiiwa perkawinan antara sel telur dengan inti sperma disebut
amfimiksis, sedang pembentukan lembaga (calon tumbuhan baru) tanpa adanya
peristiwa perkawinan terlebih dahulu disebut apomiksis.
Berdasarkan asalnya serbuk sari yang jatuh di kepala putik itu, penyerbukan
dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu :
1.
Penyerbukan
sendiri (autogamy), yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal
dari bunga itu sendiri.
2.
Penyerbukan
tetangga (geitonogamy), jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal
dari bunga lain pada tumbuhan itu juga.
3.
Penyerbukan
silang (allogamy,xenogamy), jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik itu
berasal dari bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama.
4.
Penyerbukan
bastar (hybridogamy), jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain
yang berbeda jenisnya atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda.
Menurut vector atau perantara yang menyebabkan dapat berlangsungnya penyerbukan,
penyerbukan dapat dibedakan dalam beberapa macam :
1.
Penyerbukan
dengan perantara angin (anaemophyly),
2.
Penyerbukan
dengan perantara air (hydrophyly),
3.
Penyerbukan
dengan perantara binatang (zoidiophyly).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Tata letak dan jumlah bunga pada
suatu tumbuhan :
Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu
bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), sedangkan lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).
Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai
satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya
banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan
sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang.
2.
Bunga
majemuk pada suatu tumbuhan
Bunga majemuk
adalah bunga berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka
ragam. ibu tangkai bunga pada bunga majemuk dapat mengadakan percabangan dapat
pula tidak. Ibu tangkai bunga yang tidak bercabang dan tidak berdaun seringkali
dinamakan sumbu bunga (scapus). Ibu tangkai yang berabang memperlihatkan cara
percabangan yang bermacam-macam. Selain dari itu, jumlah cabang, panjangnya
dibandingkan dengan ibu tangkai serta susunan cabang-cabang, berpengaruh pula
terhadap urut-urutan mekarnya masing-masing bunga pada suatu bunga majemuk.
3.
Bagian-bagian
pada bunga :
a.
tangkai
bunga (pedicellus),
b.
dasar
bunga (receptalucum),
c.
hiasan
bunga (perianthum). Bagian-bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua
lingkaran.
1)
kelopak
(kalyx),
2)
tajuk
bunga atau mahkota bunga (corolla),
d.
alat-alat
kelamin jantan (androecium),
e.
alat-alat
kelamin betina (gynaecium).
4.
Simetri
pada bunga
a.
asimetri atau tidak simetri,
b.
setangkup tunggal (monosimetris atau
zygomorphus). Bergantung pada letaknya bidang simetri, bunga yang setangkup
tunggal dapat dibedakan lagi dalam tiga macam :
1)
setangkup tegak,
2)
setangkup mendatar,
3)
setangkup miring,
c.
setangkup menurut dua bidang (bilateral
simetri atau disimetris),
d.
beraturan atau bersimetri banyak
(polysimetris, regularis, atau actinophormus).
5.
Penyerbukan
adalah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan biji
tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan
biji telanjang).
Pembuahan adalah terjadinya perkawinan (persatuan atau
peleburan menjadi satu) sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga di dalam
bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. kami
menyarankan kepada pembaca untuk mencari referensi lain yang mendukung agar
pembaca lebih memahami dan mendalami tentang Bunga ini.
DAFTAR PUSTAKA
GEMBONG
TJITROSOEPOMO, 2009, MORFOLOGI TUMBUHAN, YOGYAKARTA: GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS