COVER
Tugas Kelompok
VI
MAKALAH
“REPTILIA”
Disusun untuk
memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah:
Zoologi Vertebrata
Dosen: JUMRODAH, S. Si, M.Pd

Disusun Oleh:
NURHIDAYAT
NOVALIS, NIM 1301140326
NOR APRIYANI DEWI, NIM 1301140332
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI
AGAM ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
2015 / 1436 H
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita
semua, karenanya dapatlah penulis menghimpun dan menyelesaikan tugas mata
kuliah Zoologi Vertebrata sesuai dengan jadwal. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat dan
orang-orang yang mengikuti jejak langkah beliau samapai hari kiamat.
Pembuatan makalah ini bertujuan antara
lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Vertebrata. Selain itu
juga sebagai bahan untuk menambah wawasan penulis tentang Reptil.
Harapan penulis pada
makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca sebagai bahan tambahan dalam
proses belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan lainya. Kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan makalah sederhana
ini. Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari ALLAH SWT, dan yang salah
adalah sifat manusia.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara filogeni munculnya vertebrata dapat
diruntut dari Chordata. Untuk memahami ancestor atau asal-usul vertebrata, maka
perlu mengenal Chordata. Ciri umum Chordata adalah adanya sefalisasi, simetri
bilateral, kondisi triploblastic, selom dan segmentasi yang bersifat metameric.
Karekteristik utama, Chordata adala adanya notochord (chorda dorsalis)
berupa struktur batang fleksibel memanjang dari bagian anterior sampai dengan
posterior tubuh yang menggambarkan skeleton aksiale primitive, nervecord
dan celah ingsang faringeal pada masa perkembangan embrionik. Bagian dorsal
dari notochord membentuk cekungan yang ditempati nervecord atau
tali saraf yang juga memanjang dari anterior ke posterior tubuh. Pada Chordata
tinggi, bagian ujung anterior tali saraf membesar menjadi otak. Celah ingsang
pada Chordata rendah menjadi celah visceral berfungsi menyaring makanan,
sedangkan pada Chordata tingkat tinggi mengalami modifikasi antara lain menjadi
jaringan penghasil hormone. Beberapa Chordata perairan, bagian dari penyusun
celah insang tersebut berbentuk lembaran vaskuler disebut insang berfungsi
untuk respirasi. Beberapa ciri lain pada Chordata tingkat tinggi adalah
memiliki jantung dibagian ventral tubuh, system portae hipatik, korpuskula
darah merah da nada ekor dibagian anal.
Vertebrata adalah satu daru tiga subfilum
Chordata,. Subfulim lainya adalah, Urochordata dan Cephalochordata. Urochordata
adalah hewan sessil atau mengapung biasanya hidup berkoloni, menyaring makan
dengan menggunakan celah insang faringeal seperti halnya Hemichordata. Celah
insang membentuk bangunan seperti penutup tong yang liat berbentuk tunika. Oleh
sebab bentuk tubuh seperti tunika itu maka Urochordata disebut juga Tunicata.
Urochordata dewasa tidak mempunyai notochord ataupun cekungan nervechord.
Ciri-ciri Urochordata sebagai anggota dari filum Chordata hanya ditemukan pada
fase larva. Larva Urochordata memiliki ekor sebagai penggerak untuk berenang,
seperti layaknya larva amfibi. Keberadaan notochord sejalan dengan
fungsi ekor saat larva, sehingga disebut Urochordata. Setelah larva tumbuh
menjadi hewan dewasa maka secara berangsur-angsur ekornya mengalami reduksi.
Cephalochordata dikenal dari
organisme Amphioxus. Hubungan kekerabata hewan ini dengan Vertebrata
lebih nyat dibandingkan dengan
Hemichordata dan Urochordata. Bentuk tubuh Amphioxus mirip dengan bentuk
tubuh ikan. Notochord memanjang dan berkembang baik, celah insang
faringeal berfungsi sebagai makanan dan respirasi. Celah insang ini menjadi penting oleh sebab Amphioxus
hidup diperairan laut dangkal, bersembunyi dipasir dan hanya bagian anterior
tubuh yang tidak terlindungi untuk menyaring makanan dan oksigen. Air yang
sudah tersaring, keluar melewati celah insang ini. Meskipun ciri tubuh
Cephalochordata sangat berbeda dengan Vertebrata, terutama organ ekskresi dan
reproduksi, tetapi dalam banyak hal mirip dengan larva Lamprey yang
merupakan anggota Vertebrata sejati.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana ciri-ciri umum Reptil ?
2.
Bagaimana ciri-ciri khusus Reptil ?
3.
Bagaimana system otot Reptil ?
4.
Bagaimana system sirkulasi Reptil ?
5.
Bagaimana system pencernaan Reptil ?
6.
Bagaimana system pernapasan Reptil ?
7.
Bagaimana urogenital Reptil ?
8.
Bagaimana system saraf Reptil ?
9.
Bagaimana organ indera Reptil ?
10. Bagaimana kelenjar
endoktrin Reptil ?
C. TUJUAN
1.
Dapat mengetahui ciri-ciri umum Reptil.
2.
Dapat mengetahui ciri-ciri khusus Reptil.
3.
Dapat mengetahui system otot Reptil.
4.
Dapat mengetahui system sirkulasi Reptil.
5.
Dapat mengetahui system pencernaan Reptil.
6.
Dapat mengetahui system pernapasan Reptil.
7.
Dapat mengetahui urogenital Reptil.
8.
Dapat mengetahui system saraf Reptil.
9.
Dapat mengetahui organ indera Reptil.
10.
Dapat mengetahui kelenjar endoktrin Reptil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. CIRI-CIRI UMUM
Anggota kelas Reptil yang masih hidup diperkirakan mendekati 6.000 spesies.
Reptil adalah kelompok besar keturunan vertebrata yang mendominasi pada era
Mesozoik. Keberhasilan Reptil ini didukung oleh cara melindungi emrionya.
Gunanya untuk mencegah telur supaya tidak kekeringan, setelah telur tersebut
dikeluarkan dari tubuh induk reptil. Reptil membangun perlindungan tersebut
secara bertahap, yaitu dengan cangkang yang melindungi embrio dari luka dan
kekeringan. Setelah perberkembangan embrionik berhasil, reptil berkembang
hidupnya ke dalam berbagai habitat baik didarat maupun diair.
Reptil hanya ditemukan pada bagian bumi yang hangat, karena hewan ini tidak
memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh. Sebagai hewan ectoderm, maka reptile
lebih banyak tergantung pada lingkungan eksternal untuk panas tubuh, jadi
reptile tidak berkembang pada lingkungan yang temperaturnya rendah. Selam
beraktifitas, reptil mampu mengatur temperature tubuhnya dengan menggunakan
radiasi sinar matahari dan radiasi panas dari tanah dengan cara mengendalikan
periode pengendalian dirinya pada beberapa sumber panas, sehingga temperature
tubuh dapat dijaga secara konstan.[1]
Embrio yang berkembang didalam telur menghasilkan empat membran embrio luar
(ekstarembrionik). Embrio lindungi oleh cairan yang terdapat dalam amnion,
mendapat makanan dari kantong kuning telur, bernapas melalui karion dan
allantois, dan menyimpan limbah metabolisme didalam kantoung yang dibentuk
allantois.[2]
Iguana gurun (Dipsosaurus dorsalis) dibarat Amerika Utara yang ditemukan
oleh DeWitt (1967) temperatur tubuhnya dapat mencapai 420C dengan
rata-rata 38,50C. temperature tubuh ini diatur dengan cara bergerak
keluar-masuk lubang persembuyiannya. Jika rata-rata panas tubuh lebih tinggi,
iguana memperpanjang aktifitas dilubang perlindungan agar temperature tubuh
mencapai tingkat optimum. Pada saat temperature lingkungan sangat panas dengan
membuka mulut dan terngah-engah, sehingga kehilangan air lewat paru-paru
menjadi lebih besar. Meskipun kekerabatan reptil lebih dekat dengan burung,
keragaman struktur reptilia lebih besar dari pada aves. Reptile telah
kehilangan spesialisasinya untuk hidup diperairan, diantaranya insang, pasangan
organ lateral dan kelenjar mukosa eksternal.[3]
B. CIRI KHUSUS
Tubuh
reptil sering dibungkus dengan sisik kering sebagai pelindung tubuh seperti
halnya sisik ikan. Tipe sisik ikan terbagi menjadi dua yaitu, sisik epidermal
dan dermal yang berganti secara berkala (ekdisis). Sebelum berlangsung ekdisis,
sisik-sisik baru akan menggantikan sisik-sisik yang sudah tua. Reptil juga
memiliki ciri khusus yang lain
diantaranya yaitu:
1.
Kelenjar Kulit
Dikarenakan sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki
sedikit kelenjar kulit, apalagi pada ular dan kadal kulitnya berganti secara
kadangkala berganti.[4]
2.
Sisik Epitermal
Sisik epitermal terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik epitermal
secara terus menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan statum
germanativum epidermis dan umumnya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih
satu sama lain. Ular dan kadal sisik-sisiknya berganti, sebuah proses yang
dikenal sebagai ekdisis. Sebelum berlangsungnya ekdisis, sisik-sisik baru yang
akan menggantikan sisik yang tua sudah terbentuk. Epitermal tua yang lepas
pertama pada daerah kepala termasuk kulit didorsal daerah mata, si ular
akhirnya beringsut keluar dari penutup mata. Jenis ular yang tumbuh cepat
mungkin berganti kulit setiap dua bulan.[5]
3.
Gigi
Gigi sama sekali tidak terdapat pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti
dengan lapisan tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh
burung. Reptile kelompok lain umumnya mempunyai gigi dan berkembang dengan
baik.[6]
4.
Macam-Macam Klasifikasi Pada Reptil
Reptil dalam klasifikasinya terbagi dalam beberapa ordo, yaitu:
a.
Chelonia (contonya kura-kura),
Reptil dengan skeleton yang sebagian bermodifiasi menjadi karapaks (bagian
atas yang menutupi punggung) dan plastron (perisai ventral). Rahang tidak
bergigi, tetapi berzat tanduk. Hidup dilaut, air tawar, atau di darat. Tubuh
lebar. Karapaks keras dan bersatu disisi tubuh dengan plastron. Perisai
tertutup dengan skutum polygonal. Ovipar, telur diletakkan dalam lubang-lubang
galian yang dibuat hewan betina.[7]
b.
Crocodilia (contonya buaya),
Reptilia besar, berkulit tebal, dengan rusuk-rusuk abdominal. Bilik
(ventrikel) jantung berbagi sempurna menjadi ventrikel kiri dan ventrikel
kanan. Hidup diair tawar dan air laut. Tubuh panjang, kepala besar dan panjang.
Rahang sangat kuat dengan gigi-gigi konis, tumpul. Kaki berjumlah empat,
pendek. Jari-jari dengan kuku. Ekor panjang, pipih. Kulit tebal, dengan skutum
berzat tanduk.lidah tidak dapat dijulurkan. Ovipar, telur diletakkan dalam daun-daun
yang membusuk.[8]
c.
Squamata (contonya kadal),
Reptil yang tubuhnya tertutup dengan sisik-sisik kecil yang fleksibel.
Tubuh memenjang, tertekan lateral. Kaki empat, kuat dapat digunakan untuk
memanjat. Mandibular bersatu dibagian anterior. Tulang pterigoid berkontak
dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan. Sabuk pectoral berkembang
baik. Mulut lengkap. Mempunyai kandung kemih. Gendang telinga terlihat dari
luar. Ekornya digunakan untuk keseimbangan gerak ketika lari. Kulit tertutup sisik
yang tersusun seperti susunan genting, sisik-sisik ini lunak.[9]
d.
Serpentes (contohnya ular).
Tidak mempunyai kaki (
tidak mempunyai telapak kaki ). Lubang telinga, tulang dada (sternum), dan
kandung kemih tidak ada. Mandibula dihubungkan di bagian anterior oleh sebuah
ligamentum. Bola mat tidak dapat digerakkan , tertutup oleh sisi transparan. Tidak
mempunyai kelopak mata. Lidah panjang, bercabang dua dapat dijulurkan keluar.
Paru-paru tereduksi.[10]
5.
Alat Gerak
Reptil selama sejarah evolusinya telah menggunakan berbagai macam gerakan,
ada yang dapat berenang, berjalan atau berlari didarat, menggali liang,
memanjat dan bahkan dapat meluncur keudara. Contonya pada kadal, setiap tungkai
biasanya memiliki lima jari dan setiap jari bercakar. Banyak kadal dapat
berlari dengan empat tungkai, tetapi juga ada yang menggunaka dua tungkai
belakang saat berlari.
Reptil yang beradaptasi sangat baik untuk kehidupan aquatic adalah
kura-kura laut. Tungkainya termodifikasi menjadi sirip, kuku mereduksi atau
tidak ada. Kura-kura tanah memiliki tungkai yang kuat dan mampu mengangkat
tubuh untuk bergerak. Kura-kura laut dan air tawar dapat merubah berat badannya
secara spesifik sehingga mampu bertahan dalam air pada kedalaman tertentu,
dapat mengambang dipermukaan atau bergerak didasar kolam.
Gerakan melata pada ular adalah hal yang menarik. Ternyata ular melata
dengan cara berbeda. Ada empat tipe gerakan maju, berombak horizontal,
rectilinear (seperti garis lurus), concertina , dan sidewinder.[11]
C. SISTEM OTOT
Otot aksial (otot badan)
reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang ditemukan pada
mamalia. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan
ruas-ruas tulang belakang. Hal ini biasa diamati terutama pada bangsa ular
sebab jaringan otot telah menghilang. Otot rangka pada kura-kura dan kerabatnya
sangat berkurang kecuali pada daerah leher akibat adanya karapaks dan plastron.
Dermal atau otot kulit berkembang baik pada reptil, dan perkembangan yang
sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil menunjukkan
variasi bergantung pada gerakannya.[12]
D. SISTEM SIRKULASI

Sistem sirkulasi pada
reptil lebih sempurna dari pada amfibi oleh sebab adanya paru-paru fungsional
dan ginjal metanofros. Atrium jantung terbagi sempurna menjadi ruangan kanan
dan kiri, sinus venosus menyatu dengan dinding dari atrium kanan, ventrikel
terpisah oleh septum (sekat).[13]
E. SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan pada reptil disesuaikan
dengan kebiasaan makan. Reptil umumnya herbivore, hanya sedikit yang karnivora.
Reptil karnivora kecil makanan pokoknya serangga dan avertebrata lain,
sedangkan karnivora yang lebih besar mangsa pokoknya adalah vertebrata lain
mulai dari ikan sampai mamal.

Reptil darat umumnya mempunyai kelenjar pencernaan mulut yang berkembang
lebih baik. Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk perlunasan makanan yang
kering agar mengurangi gesekan saat ditelan. Kelenjar-kelenjar ini antara lain
di daerah fasial, lingual, dan sublingual di dalam mulut yang berfungsi untuk melumasi makanan. Kadal dan ular memiliki
lidah dengan ujung yang tebal dan lengket berfungsi menangkap mangsa dan ular mampu
menerima respon zat kimia dari lingkungan.[14]
F. SISTEM PERNAPASAN

Paru-paru pada reptil lebih
berkembang dari pada amfibi, tetapi masih sederhana bila dibandingkan dengan
vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri pada ular, lebih tereduksi atau
bahkan tidak ada. Reduksi atau eleminasi ini ada hubungannya dengan bentuk
tubuh memanjang. Paru-paru bangsa buaya mirip pada mamal, sementara itu pada
sebagian kecil kadal memiliki diverticula
yang terntang dibagian posterior paru-paru yang berfungsi seperti halnya
kantong udara pada burung. Trakhea dan bronkus umumnya pendek dan sederhana,
tetapi reptile berleher panjang, misalnya kura-kura, trakhea juga panjang.[15]
G. UROGENITAL

Ginjal reptil, seperti halnya pada burung dan mamal, dikenal sebagai tipe
metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah pronetros dan mesonefros.
Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi lebih ringkas
dan memuat memuat jumlah lebih banyak unit-unit renal , ada saluran menuju
tubulus dan akhirnya menyatu disebut ureter.[16]
Kajian terbaru telah menunjukan bahwa sejumlah reptil mempunyai kelenjar
ekskresi garam dikepala, berfungsi untuk mengelimisasi garam lebih cepat.
Ekskresi garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar-kelenjar ini sangat
berkembang pada iguana laut Galapagos, yang hidup bergantung pada alga laut.
Setelah makan, hewan ini ke pantai untuk istirahat di atas karang. Garam yang
terbawa saat makan , secara berkala dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap
selam hewan bernafas.
Tipe unik kelenjar pengeluar garam ditemukan pada ular-ular laut dari genus
Pelamis dan Lacticauda, yang sebagian besar hidupnya didalam laut. Kelenjar
sublingual dipermukaan ventrolateral lidah mampu mengeluarkan cairan pekat
mengandung banyak sodium klorida (NaCl), dikeluarkan ketika lidah dijulurkan.
Ovarium dan testes pada reptile ditemukan berpasangan. Telur reptile
sedikit lebih keras dibandingkan telur amfibi.[17]
Kuning telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan menetas.
Telur reptile seringkali diselubungi oleh albumin dan lapisan pembungkus luar
berupa cangkang kalkareus (cangkang kapur). Albumin dan cangkang dihasilkan
oleh kelenjar disepanjang oviduk, kemudian telur dikeluarkan lewat kloaka.[18]
H. SISTEM SARAF
Otak tengah pada omniota
adalah sebagai pusat pada aktivitas, tetapi pada reptil terdapat perubahan
cerebrum. Perubahan tersebut akibat perubahan ukuran dari belahan-belahan otak
karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk
neopallium. Cerebellum reptil relatip lebih besar dari pada milik amfibi.
Kemampuan otak ini dihubungkan dengan macam gerakan dari kebanyakan reptil.
Reptile memiliki 12 saraf kranial.[19]
I. ORGAN INDERA

Pada beragam vertebrata tingkat rendah, penyesuaian diri untuk melihat jauh
dan dekat diatasi dengan gerakan lensa kedepan atau kebelakang sehingga menjadi
berubah jarak antara lensa dengan bagian sensitif retina. Penyesuaian jarak
pada reptile ini dan sebagian besar amniota, diatasi bukan dengan gerakan lensa
mata, tetapi dengan mengganti bentuknya lensa mata bentuknya lebih pipih untuk
pandangan jauh atau lensa lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau
membulatnya lensa ini dihasilkan kerja otot lensa mata.
Struktur telinga pada reptil juga bervariasi. Lagena lebih panjang dari
pada lagena ampibi dan pada buaya betul-betul membentuk rumah saluran rumha
siput serupa dengan yang ada pada burung.[20]
J. KELENJAR ENDOKRIN
Kelenjar paratiroid seringkali lebih kranial dari
kelenjar tiroid dan tidak berpasangan. Kelenjar endoktrin lain pada reptil
tidak berbeda nyata dengan kebanyakan vertebrata tingkat tinggi.[21]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Ciri Umum
Anggota kelas Reptil yang masih hidup diperkirakan mendekati 6.000 spesies.
Reptil adalah kelompok besar keturunan vertebrata yang mendominasi pada era
Mesozoik. Keberhasilan Reptil ini didukung oleh cara melindungi emrionya.
Gunanya untuk mencegah telur supaya tidak kekeringan, setelah telur tersebut
dikeluarkan dari tubuh induk reptil. Reptil membangun perlindungan tersebut
secara bertahap, yaitu dengan cangkang yang melindungi embrio dari luka dan
kekeringan. Setelah perberkembangan embrionik berhasil, reptil berkembang
hidupnya ke dalam berbagai habitat baik didarat maupun diair.
2.
Ciri Khusus
Tubuh reptil sering dibungkus dengan sisik kering sebagai pelindung tubuh
seperti halnya sisik ikan. Tipe sisik ikan terbagi menjadi dua yaitu, sisik
epidermal dan dermal yang berganti secara berkala (ekdisis). Sebelum
berlangsung ekdisis, sisik-sisik baru akan menggantikan sisik-sisik yang sudah
tua. Reptil juga memiliki ciri khusus
yang lain diantaranya yaitu: kelenjar kulit, sisik epitermal, gigi, dan
alat gerak.
3.
System Otot
Otot aksial (otot badan) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi
seperti yang ditemukan pada mamalia. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral
tubuh dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang. Hal ini biasa diamati
terutama pada bangsa ular sebab jaringan otot telah menghilang.
4.
System Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada reptil lebih sempurna dari pada amfibi oleh sebab
adanya paru-paru fungsional dan ginjal metanofros.
5.
System Pencernaan
Reptil darat umumnya mempunyai kelenjar pencernaan mulut yang berkembang
lebih baik. Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk perlunasan makanan yang
kering agar mengurangi gesekan saat ditelan.
6.
System Pernapasan
Paru-paru pada reptil lebih berkembang dari pada amfibi, tetapi masih
sederhana bila dibandingkan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri
pada ular, lebih tereduksi atau bahkan tidak ada.
7.
Urogenital
Ginjal reptil, seperti halnya pada burung dan mamal, dikenal sebagai tipe
metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah pronetros dan mesonefros.
Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi lebih ringkas
dan memuat memuat jumlah lebih banyak unit-unit renal , ada saluran menuju
tubulus dan akhirnya menyatu disebut ureter.
8.
System Saraf
Otak tengah pada omniota adalah sebagai pusat pada aktivitas, tetapi pada
reptil terdapat perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perubahan ukuran
dari belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf
sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum reptil relatip lebih besar dari
pada milik amfibi.
9.
Organ Indera
Pada beragam vertebrata tingkat rendah, penyesuaian diri untuk melihat jauh
dan dekat diatasi dengan gerakan lensa kedepan atau kebelakang sehingga menjadi
berubah jarak antara lensa dengan bagian sensitif retina. Penyesuaian jarak
pada reptile ini dan sebagian besar amniota, diatasi bukan dengan gerakan lensa
mata, tetapi dengan mengganti bentuknya lensa mata bentuknya lebih pipih untuk
pandangan jauh atau lensa lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau
membulatnya lensa ini dihasilkan kerja otot lensa mata.
10.
Kelenjar Endoktrin
Kelenjar paratiroid seringkali lebih kranial dari kelenjar tiroid dan tidak
berpasangan. Kelenjar endoktrin lain pada reptil tidak berbeda nyata dengan
kebanyakan vertebrata tingkat tinggi.
B. SARAN
Saran yang dapat kami ajukan dalam makalah ini
adalah diharapkan kepada pembaca dan juga penulis semoga isi makalah ini dapat
menambah hasanah pengetahuan kita mengenai Zoologi Vertebrata khususnya kelas
Reptil dan penulisan makalah ini dapat menjadi latiahan bagi penulis untuk
lebih baika dalam penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito Brotowidjoto
Mukayat. 1990. ZOOLOGI DASAR. Jakarta: Erlangga
KIMBAL JOHN, W. 1983.
BIOLOGI Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss
[1] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang:
UM Perss, h. 53
[2] KIMBAL JOHN, W. 1983. BIOLOGI Jilid 3
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, h. 933
[3] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang:
UM Perss, h. 54
[7] Djarubito Brotowidjoto Mukayat. 1990.
ZOOLOGI DASAR. Jakarta: Erlangga, h. 204
[11] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang:
UM Perss, h. 67
[13] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang:
UM Perss, h. 58
[14] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang:
UM Perss, h. 59
[16] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang:
UM Perss, h. 62
[20] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang:
UM Perss, h. 63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar