Rabu, 07 Desember 2016

REPTILIA



COVER

Tugas Kelompok VI
MAKALAH
“REPTILIA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Zoologi Vertebrata
Dosen: JUMRODAH, S. Si, M.Pd

logo.jpg

Disusun Oleh:
NURHIDAYAT NOVALIS, NIM 1301140326
NOR APRIYANI DEWI, NIM 1301140332

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
2015 / 1436 H



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua, karenanya dapatlah penulis menghimpun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Zoologi Vertebrata sesuai dengan jadwal. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak langkah beliau samapai hari kiamat.
Pembuatan makalah ini bertujuan antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Vertebrata. Selain itu juga sebagai bahan untuk menambah wawasan penulis tentang Reptil.
Harapan penulis pada makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca sebagai bahan tambahan dalam proses belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan lainya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan makalah sederhana ini. Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari ALLAH SWT, dan yang salah adalah sifat manusia.

Penulis



DAFTAR ISI








BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Secara filogeni munculnya vertebrata dapat diruntut dari Chordata. Untuk memahami ancestor atau asal-usul vertebrata, maka perlu mengenal Chordata. Ciri umum Chordata adalah adanya sefalisasi, simetri bilateral, kondisi triploblastic, selom dan segmentasi yang bersifat metameric. Karekteristik utama, Chordata adala adanya notochord (chorda dorsalis) berupa struktur batang fleksibel memanjang dari bagian anterior sampai dengan posterior tubuh yang menggambarkan skeleton aksiale primitive, nervecord dan celah ingsang faringeal pada masa perkembangan embrionik. Bagian dorsal dari notochord membentuk cekungan yang ditempati nervecord atau tali saraf yang juga memanjang dari anterior ke posterior tubuh. Pada Chordata tinggi, bagian ujung anterior tali saraf membesar menjadi otak. Celah ingsang pada Chordata rendah menjadi celah visceral berfungsi menyaring makanan, sedangkan pada Chordata tingkat tinggi mengalami modifikasi antara lain menjadi jaringan penghasil hormone. Beberapa Chordata perairan, bagian dari penyusun celah insang tersebut berbentuk lembaran vaskuler disebut insang berfungsi untuk respirasi. Beberapa ciri lain pada Chordata tingkat tinggi adalah memiliki jantung dibagian ventral tubuh, system portae hipatik, korpuskula darah merah da nada ekor dibagian anal.
Vertebrata adalah satu daru tiga subfilum Chordata,. Subfulim lainya adalah, Urochordata dan Cephalochordata. Urochordata adalah hewan sessil atau mengapung biasanya hidup berkoloni, menyaring makan dengan menggunakan celah insang faringeal seperti halnya Hemichordata. Celah insang membentuk bangunan seperti penutup tong yang liat berbentuk tunika. Oleh sebab bentuk tubuh seperti tunika itu maka Urochordata disebut juga Tunicata. Urochordata dewasa tidak mempunyai notochord ataupun cekungan nervechord. Ciri-ciri Urochordata sebagai anggota dari filum Chordata hanya ditemukan pada fase larva. Larva Urochordata memiliki ekor sebagai penggerak untuk berenang, seperti layaknya larva amfibi. Keberadaan notochord sejalan dengan fungsi ekor saat larva, sehingga disebut Urochordata. Setelah larva tumbuh menjadi hewan dewasa maka secara berangsur-angsur ekornya mengalami reduksi.
Cephalochordata dikenal dari organisme Amphioxus. Hubungan kekerabata hewan ini dengan Vertebrata lebih nyat dibandingkan  dengan Hemichordata dan Urochordata. Bentuk tubuh Amphioxus mirip dengan bentuk tubuh ikan. Notochord memanjang dan berkembang baik, celah insang faringeal berfungsi sebagai makanan dan respirasi.  Celah insang ini menjadi penting oleh sebab Amphioxus hidup diperairan laut dangkal, bersembunyi dipasir dan hanya bagian anterior tubuh yang tidak terlindungi untuk menyaring makanan dan oksigen. Air yang sudah tersaring, keluar melewati celah insang ini. Meskipun ciri tubuh Cephalochordata sangat berbeda dengan Vertebrata, terutama organ ekskresi dan reproduksi, tetapi dalam banyak hal mirip dengan larva Lamprey yang merupakan anggota Vertebrata sejati.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana ciri-ciri umum Reptil ?
2.      Bagaimana ciri-ciri khusus Reptil ?
3.      Bagaimana system otot Reptil ?
4.      Bagaimana system sirkulasi Reptil ?
5.      Bagaimana system pencernaan Reptil ?
6.      Bagaimana system pernapasan Reptil ?
7.      Bagaimana urogenital Reptil ?
8.      Bagaimana system saraf Reptil ?
9.      Bagaimana organ indera Reptil ?
10.  Bagaimana kelenjar endoktrin Reptil ?

C.    TUJUAN

1.      Dapat mengetahui ciri-ciri umum Reptil.
2.      Dapat mengetahui ciri-ciri khusus Reptil.
3.      Dapat mengetahui system otot Reptil.
4.      Dapat mengetahui system sirkulasi Reptil.
5.      Dapat mengetahui system pencernaan Reptil.
6.      Dapat mengetahui system pernapasan Reptil.
7.      Dapat mengetahui urogenital Reptil.
8.      Dapat mengetahui system saraf Reptil.
9.      Dapat mengetahui organ indera Reptil.
10.  Dapat mengetahui kelenjar endoktrin Reptil.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    CIRI-CIRI UMUM

Anggota kelas Reptil yang masih hidup diperkirakan mendekati 6.000 spesies. Reptil adalah kelompok besar keturunan vertebrata yang mendominasi pada era Mesozoik. Keberhasilan Reptil ini didukung oleh cara melindungi emrionya. Gunanya untuk mencegah telur supaya tidak kekeringan, setelah telur tersebut dikeluarkan dari tubuh induk reptil. Reptil membangun perlindungan tersebut secara bertahap, yaitu dengan cangkang yang melindungi embrio dari luka dan kekeringan. Setelah perberkembangan embrionik berhasil, reptil berkembang hidupnya ke dalam berbagai habitat baik didarat maupun diair.
Reptil hanya ditemukan pada bagian bumi yang hangat, karena hewan ini tidak memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh. Sebagai hewan ectoderm, maka reptile lebih banyak tergantung pada lingkungan eksternal untuk panas tubuh, jadi reptile tidak berkembang pada lingkungan yang temperaturnya rendah. Selam beraktifitas, reptil mampu mengatur temperature tubuhnya dengan menggunakan radiasi sinar matahari dan radiasi panas dari tanah dengan cara mengendalikan periode pengendalian dirinya pada beberapa sumber panas, sehingga temperature tubuh dapat dijaga secara konstan.[1]
Embrio yang berkembang didalam telur menghasilkan empat membran embrio luar (ekstarembrionik). Embrio lindungi oleh cairan yang terdapat dalam amnion, mendapat makanan dari kantong kuning telur, bernapas melalui karion dan allantois, dan menyimpan limbah metabolisme didalam kantoung yang dibentuk allantois.[2]
Iguana gurun (Dipsosaurus dorsalis) dibarat Amerika Utara yang ditemukan oleh DeWitt (1967) temperatur tubuhnya dapat mencapai 420C dengan rata-rata 38,50C. temperature tubuh ini diatur dengan cara bergerak keluar-masuk lubang persembuyiannya. Jika rata-rata panas tubuh lebih tinggi, iguana memperpanjang aktifitas dilubang perlindungan agar temperature tubuh mencapai tingkat optimum. Pada saat temperature lingkungan sangat panas dengan membuka mulut dan terngah-engah, sehingga kehilangan air lewat paru-paru menjadi lebih besar. Meskipun kekerabatan reptil lebih dekat dengan burung, keragaman struktur reptilia lebih besar dari pada aves. Reptile telah kehilangan spesialisasinya untuk hidup diperairan, diantaranya insang, pasangan organ lateral dan kelenjar mukosa eksternal.[3]

B.     CIRI KHUSUS

Tubuh reptil sering dibungkus dengan sisik kering sebagai pelindung tubuh seperti halnya sisik ikan. Tipe sisik ikan terbagi menjadi dua yaitu, sisik epidermal dan dermal yang berganti secara berkala (ekdisis). Sebelum berlangsung ekdisis, sisik-sisik baru akan menggantikan sisik-sisik yang sudah tua. Reptil juga memiliki ciri khusus  yang lain diantaranya yaitu:
1.      Kelenjar Kulit
Dikarenakan sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit, apalagi pada ular dan kadal kulitnya berganti secara kadangkala berganti.[4]
2.      Sisik Epitermal
Sisik epitermal terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik epitermal secara terus menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan statum germanativum epidermis dan umumnya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Ular dan kadal sisik-sisiknya berganti, sebuah proses yang dikenal sebagai ekdisis. Sebelum berlangsungnya ekdisis, sisik-sisik baru yang akan menggantikan sisik yang tua sudah terbentuk. Epitermal tua yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit didorsal daerah mata, si ular akhirnya beringsut keluar dari penutup mata. Jenis ular yang tumbuh cepat mungkin berganti kulit setiap dua bulan.[5]
3.      Gigi
Gigi sama sekali tidak terdapat pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti dengan lapisan tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptile kelompok lain umumnya mempunyai gigi dan berkembang dengan baik.[6]
4.      Macam-Macam Klasifikasi Pada Reptil
Reptil dalam klasifikasinya terbagi dalam beberapa ordo, yaitu:
a.       Chelonia (contonya kura-kura),
Reptil dengan skeleton yang sebagian bermodifiasi menjadi karapaks (bagian atas yang menutupi punggung) dan plastron (perisai ventral). Rahang tidak bergigi, tetapi berzat tanduk. Hidup dilaut, air tawar, atau di darat. Tubuh lebar. Karapaks keras dan bersatu disisi tubuh dengan plastron. Perisai tertutup dengan skutum polygonal. Ovipar, telur diletakkan dalam lubang-lubang galian yang dibuat hewan betina.[7]
b.      Crocodilia (contonya buaya),
Reptilia besar, berkulit tebal, dengan rusuk-rusuk abdominal. Bilik (ventrikel) jantung berbagi sempurna menjadi ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Hidup diair tawar dan air laut. Tubuh panjang, kepala besar dan panjang. Rahang sangat kuat dengan gigi-gigi konis, tumpul. Kaki berjumlah empat, pendek. Jari-jari dengan kuku. Ekor panjang, pipih. Kulit tebal, dengan skutum berzat tanduk.lidah tidak dapat dijulurkan. Ovipar, telur diletakkan dalam daun-daun yang membusuk.[8]
c.       Squamata (contonya kadal),
Reptil yang tubuhnya tertutup dengan sisik-sisik kecil yang fleksibel. Tubuh memenjang, tertekan lateral. Kaki empat, kuat dapat digunakan untuk memanjat. Mandibular bersatu dibagian anterior. Tulang pterigoid berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan. Sabuk pectoral berkembang baik. Mulut lengkap. Mempunyai kandung kemih. Gendang telinga terlihat dari luar. Ekornya digunakan untuk keseimbangan gerak ketika lari. Kulit tertutup sisik yang tersusun seperti susunan genting, sisik-sisik ini lunak.[9]
d.      Serpentes (contohnya ular).
Tidak mempunyai kaki ( tidak mempunyai telapak kaki ). Lubang telinga, tulang dada (sternum), dan kandung kemih tidak ada. Mandibula dihubungkan di bagian anterior oleh sebuah ligamentum. Bola mat tidak dapat digerakkan , tertutup oleh sisi transparan. Tidak mempunyai kelopak mata. Lidah panjang, bercabang dua dapat dijulurkan keluar. Paru-paru tereduksi.[10]
5.      Alat Gerak
Reptil selama sejarah evolusinya telah menggunakan berbagai macam gerakan, ada yang dapat berenang, berjalan atau berlari didarat, menggali liang, memanjat dan bahkan dapat meluncur keudara. Contonya pada kadal, setiap tungkai biasanya memiliki lima jari dan setiap jari bercakar. Banyak kadal dapat berlari dengan empat tungkai, tetapi juga ada yang menggunaka dua tungkai belakang saat berlari.
Reptil yang beradaptasi sangat baik untuk kehidupan aquatic adalah kura-kura laut. Tungkainya termodifikasi menjadi sirip, kuku mereduksi atau tidak ada. Kura-kura tanah memiliki tungkai yang kuat dan mampu mengangkat tubuh untuk bergerak. Kura-kura laut dan air tawar dapat merubah berat badannya secara spesifik sehingga mampu bertahan dalam air pada kedalaman tertentu, dapat mengambang dipermukaan atau bergerak didasar kolam.
Gerakan melata pada ular adalah hal yang menarik. Ternyata ular melata dengan cara berbeda. Ada empat tipe gerakan maju, berombak horizontal, rectilinear (seperti garis lurus), concertina , dan sidewinder.[11]

C.    SISTEM OTOT

Otot aksial (otot badan) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang ditemukan pada mamalia. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang. Hal ini biasa diamati terutama pada bangsa ular sebab jaringan otot telah menghilang. Otot rangka pada kura-kura dan kerabatnya sangat berkurang kecuali pada daerah leher akibat adanya karapaks dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang baik pada reptil, dan perkembangan yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil menunjukkan variasi bergantung pada gerakannya.[12]

D.    SISTEM SIRKULASI

Sistem sirkulasi pada reptil lebih sempurna dari pada amfibi oleh sebab adanya paru-paru fungsional dan ginjal metanofros. Atrium jantung terbagi sempurna menjadi ruangan kanan dan kiri, sinus venosus menyatu dengan dinding dari atrium kanan, ventrikel terpisah oleh septum (sekat).[13]

E.     SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan pada reptil disesuaikan dengan kebiasaan makan. Reptil umumnya herbivore, hanya sedikit yang karnivora. Reptil karnivora kecil makanan pokoknya serangga dan avertebrata lain, sedangkan karnivora yang lebih besar mangsa pokoknya adalah vertebrata lain mulai dari ikan sampai mamal.
Reptil darat umumnya mempunyai kelenjar pencernaan mulut yang berkembang lebih baik. Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk perlunasan makanan yang kering agar mengurangi gesekan saat ditelan. Kelenjar-kelenjar ini antara lain di daerah  fasial, lingual, dan sublingual di dalam mulut yang berfungsi untuk melumasi makanan. Kadal dan ular memiliki lidah dengan ujung yang tebal dan lengket berfungsi menangkap mangsa dan ular mampu menerima respon zat kimia dari lingkungan.[14]

F.     SISTEM PERNAPASAN

Paru-paru pada reptil lebih berkembang dari pada amfibi, tetapi masih sederhana bila dibandingkan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri pada ular, lebih tereduksi atau bahkan tidak ada. Reduksi atau eleminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh memanjang. Paru-paru bangsa buaya mirip pada mamal, sementara itu pada sebagian kecil kadal memiliki diverticula yang terntang dibagian posterior paru-paru yang berfungsi seperti halnya kantong udara pada burung. Trakhea dan bronkus umumnya pendek dan sederhana, tetapi reptile berleher panjang, misalnya kura-kura, trakhea juga panjang.[15]

G.    UROGENITAL

Ginjal reptil, seperti halnya pada burung dan mamal, dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah pronetros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi lebih ringkas dan memuat memuat jumlah lebih banyak unit-unit renal , ada saluran menuju tubulus dan akhirnya menyatu disebut ureter.[16]
Kajian terbaru telah menunjukan bahwa sejumlah reptil mempunyai kelenjar ekskresi garam dikepala, berfungsi untuk mengelimisasi garam lebih cepat. Ekskresi garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar-kelenjar ini sangat berkembang pada iguana laut Galapagos, yang hidup bergantung pada alga laut. Setelah makan, hewan ini ke pantai untuk istirahat di atas karang. Garam yang terbawa saat makan , secara berkala dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap selam hewan bernafas.
Tipe unik kelenjar pengeluar garam ditemukan pada ular-ular laut dari genus Pelamis dan Lacticauda, yang sebagian besar hidupnya didalam laut. Kelenjar sublingual dipermukaan ventrolateral lidah mampu mengeluarkan cairan pekat mengandung banyak sodium klorida (NaCl), dikeluarkan ketika lidah dijulurkan.
Ovarium dan testes pada reptile ditemukan berpasangan. Telur reptile sedikit lebih keras dibandingkan telur amfibi.[17] Kuning telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan menetas. Telur reptile seringkali diselubungi oleh albumin dan lapisan pembungkus luar berupa cangkang kalkareus (cangkang kapur). Albumin dan cangkang dihasilkan oleh kelenjar disepanjang oviduk, kemudian telur dikeluarkan lewat kloaka.[18]

H.    SISTEM SARAF

Otak tengah pada omniota adalah sebagai pusat pada aktivitas, tetapi pada reptil terdapat perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perubahan ukuran dari belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum reptil relatip lebih besar dari pada milik amfibi. Kemampuan otak ini dihubungkan dengan macam gerakan dari kebanyakan reptil. Reptile memiliki 12 saraf kranial.[19]

I.       ORGAN INDERA

Pada beragam vertebrata tingkat rendah, penyesuaian diri untuk melihat jauh dan dekat diatasi dengan gerakan lensa kedepan atau kebelakang sehingga menjadi berubah jarak antara lensa dengan bagian sensitif retina. Penyesuaian jarak pada reptile ini dan sebagian besar amniota, diatasi bukan dengan gerakan lensa mata, tetapi dengan mengganti bentuknya lensa mata bentuknya lebih pipih untuk pandangan jauh atau lensa lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau membulatnya lensa ini dihasilkan kerja otot lensa mata.
Struktur telinga pada reptil juga bervariasi. Lagena lebih panjang dari pada lagena ampibi dan pada buaya betul-betul membentuk rumah saluran rumha siput serupa dengan yang ada pada burung.[20]

J.      KELENJAR ENDOKRIN

Kelenjar paratiroid seringkali lebih kranial dari kelenjar tiroid dan tidak berpasangan. Kelenjar endoktrin lain pada reptil tidak berbeda nyata dengan kebanyakan vertebrata tingkat tinggi.[21]



BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1.      Ciri Umum
Anggota kelas Reptil yang masih hidup diperkirakan mendekati 6.000 spesies. Reptil adalah kelompok besar keturunan vertebrata yang mendominasi pada era Mesozoik. Keberhasilan Reptil ini didukung oleh cara melindungi emrionya. Gunanya untuk mencegah telur supaya tidak kekeringan, setelah telur tersebut dikeluarkan dari tubuh induk reptil. Reptil membangun perlindungan tersebut secara bertahap, yaitu dengan cangkang yang melindungi embrio dari luka dan kekeringan. Setelah perberkembangan embrionik berhasil, reptil berkembang hidupnya ke dalam berbagai habitat baik didarat maupun diair.
2.      Ciri Khusus
Tubuh reptil sering dibungkus dengan sisik kering sebagai pelindung tubuh seperti halnya sisik ikan. Tipe sisik ikan terbagi menjadi dua yaitu, sisik epidermal dan dermal yang berganti secara berkala (ekdisis). Sebelum berlangsung ekdisis, sisik-sisik baru akan menggantikan sisik-sisik yang sudah tua. Reptil juga memiliki ciri khusus  yang lain diantaranya yaitu: kelenjar kulit, sisik epitermal, gigi, dan alat gerak.
3.      System Otot
Otot aksial (otot badan) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang ditemukan pada mamalia. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang. Hal ini biasa diamati terutama pada bangsa ular sebab jaringan otot telah menghilang.
4.      System Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada reptil lebih sempurna dari pada amfibi oleh sebab adanya paru-paru fungsional dan ginjal metanofros.
5.      System Pencernaan
Reptil darat umumnya mempunyai kelenjar pencernaan mulut yang berkembang lebih baik. Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk perlunasan makanan yang kering agar mengurangi gesekan saat ditelan.
6.      System Pernapasan
Paru-paru pada reptil lebih berkembang dari pada amfibi, tetapi masih sederhana bila dibandingkan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri pada ular, lebih tereduksi atau bahkan tidak ada.
7.      Urogenital
Ginjal reptil, seperti halnya pada burung dan mamal, dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah pronetros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi lebih ringkas dan memuat memuat jumlah lebih banyak unit-unit renal , ada saluran menuju tubulus dan akhirnya menyatu disebut ureter.
8.      System Saraf
Otak tengah pada omniota adalah sebagai pusat pada aktivitas, tetapi pada reptil terdapat perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perubahan ukuran dari belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum reptil relatip lebih besar dari pada milik amfibi.
9.      Organ Indera
Pada beragam vertebrata tingkat rendah, penyesuaian diri untuk melihat jauh dan dekat diatasi dengan gerakan lensa kedepan atau kebelakang sehingga menjadi berubah jarak antara lensa dengan bagian sensitif retina. Penyesuaian jarak pada reptile ini dan sebagian besar amniota, diatasi bukan dengan gerakan lensa mata, tetapi dengan mengganti bentuknya lensa mata bentuknya lebih pipih untuk pandangan jauh atau lensa lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau membulatnya lensa ini dihasilkan kerja otot lensa mata.
10.  Kelenjar Endoktrin
Kelenjar paratiroid seringkali lebih kranial dari kelenjar tiroid dan tidak berpasangan. Kelenjar endoktrin lain pada reptil tidak berbeda nyata dengan kebanyakan vertebrata tingkat tinggi.



B.     SARAN

Saran yang dapat kami ajukan dalam makalah ini adalah diharapkan kepada pembaca dan juga penulis semoga isi makalah ini dapat menambah hasanah pengetahuan kita mengenai Zoologi Vertebrata khususnya kelas Reptil dan penulisan makalah ini dapat menjadi latiahan bagi penulis untuk lebih baika dalam penulisan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Djarubito Brotowidjoto Mukayat. 1990. ZOOLOGI DASAR. Jakarta: Erlangga
KIMBAL JOHN, W. 1983. BIOLOGI Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss


[1] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss, h. 53
[2] KIMBAL JOHN, W. 1983. BIOLOGI Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, h. 933
[3] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss, h. 54
[4]Ibid, h. 64
[5]Ibid, h. 65
[6]Ibid, h. 66
[7] Djarubito Brotowidjoto Mukayat. 1990. ZOOLOGI DASAR. Jakarta: Erlangga, h. 204
[8]Ibid, h. 213
[9]Ibid, h. 207
[10] https://evisafitri772.wordpress.com, diunduh pada tanggal 21-02-2015 pada pukul 11:47 WIB
[11] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss, h. 67
[12]Ibid, h. 57
[13] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss, h. 58
[14] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss, h. 59
[15]Ibid, h. 59
[16] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss, h. 62
[17]Ibid, h. 61
[18]Ibid, h. 62
[19]Ibid, h. 62
[20] Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Perss, h. 63
[21]Ibid, h. 64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar