LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
EKOLOGI LAHAN GAMBUT
“ANTROPODA TANAH DILAHAN GAMBUT”

DISUSUN OLEH :
NAMA :
NURHIDAYAT NOVALIS
NIM : 1301140326
KELOMPOK :
IV (EMPAT)
PRAKTIKUM
KE : II (DUA)
TANGGAL : 29 MEI 2016
DOSEN
PENGAMPU : AYATUS’ADAH M,Pd
ASISTEN : BUNGA NILAM SARI
: EMEN
: SYAFRUDIN
LABORATORIUM BIOLOI
PROGRAM STUDI TADRI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2016
I.
TOPIK
“ Antropoda Tanah di Lahan Gambut”
II.
TUJUAN
Untuk mengetahui keanekaragaman dan
kemelimpahan Artropoda Tanah.
III.
DASAR TEORI
Lahan gambut
merupakan lahan marginal untuk pertanian karena kesuburannya yang rendah, pH
sangat masam, dan keadaan drainasenya yang jelek. Akan tetapi karena keterbatasan
lahan bertanah mineral, ekstensifikasi pertanian ke lahan gambut tidak dapat
dihindari. Lahan gambut yang penduduknya relatif jarang, menarik bagi investor
karena konflik hak atas penguasaan lahan gambut relatif lebih sedikit. Dewasa
ini lahan gambut digunakan untuk berbagai komoditas pertanian, termasuk kelapa
sawit, karet, buah-buahan dan sayur-sayuran. Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus
bertambah karena proses dekomposisi terhambat
oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai.
Pembentukan tanah gambut merupakan proses
geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan
oleh proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya
merupakan proses pedogenik.
Volume gambut akan menyusut
bila lahan gambut didrainase, sehingga terjadi
penurunan permukaan tanah (subsiden). Selain karena penyusutan volume, subsiden juga terjadi karena adanya proses
dekomposisi dan erosi. Dalam 2 tahun pertama
setelah lahan gambut didrainase, laju subsiden bisa mencapai 50 cm. Pada tahun
berikutnya laju subsiden sekitar 2 – 6 cm tahun-1 tergantung kematangan gambut
dan kedalaman saluran drainase. Adanya subsiden bisa dilihat dari akar tanaman
yang menggantung. Secara alamiah lahan gambut memiliki tingkat kesuburan rendah
karena kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam organic yang
sebagian bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian asam-asam tersebut merupakan
bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur
hara.
Arthropoda tanah memiliki peran
yang sangat vital dalam rantai makanan khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa
organisme ini alam tidak akan dapat mendaur ulang bahan organik. Selain itu,
arthropoda juga berperan sebagai mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga
akan menjaga kelangsungan arthropoda yang lain. Sebagai konsekuensi struktur
komunitas mikro arthropoda akan mencerminkan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap tanah, termasuk terhadap aktivitas manusia. Berdasarkan uraian di atas
maka identifikasi kelimpahan serta keanekaragaman jenis merupakan hal yang
penting, sehingga dapat diketahui peran organisme terhadap lingkungan.
IV.
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat
No
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
Luxmeter
|
1 buah
|
2
|
Soiltester
|
1 buah
|
B.
Bahan
No
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Larutan deterjen
|
Secukupnya
|
2
|
Aroma manis (permen)
|
2 buah
|
3
|
Botol bekas air mineral
|
2 buah
|
V.
PROSEDUR KERJA
1.
Menentukan lokasi kegiatan, yaitu daerah terdedah
dan ternaung.
2.
Membuat lubang galian setinggi botol bekas air
mineral.
3.
Menempatkan botol bekas air mineral pada lubang
tersebut yang telah diisi dengan larutan deterjen ± setengah isi botol air
mineral (catatan : permukaan botol sejajar dengan permukaan tanah).
4.
Mencatat faktor lingkungan seperti suhu tanah,
suhu udara, kelembaban tanah dan pH pada saat meletakkan perangkap.
5.
Membiarkan perangkap tersebut selama beberapa
waktu.
6.
Setelah selang waktu, mengambil perangkap
tersebut dan hewan yang terjebak didalamnya, menyisihkan kedalam pelastk sampel
dan memberi tanda.
7.
Menghitung keanekaragaman dan kemelimpahannya.
VI.
DATA HASIL PENGAMATAN
No
|
Nama Spesies
|
Ternaung
|
terdedah
|
||
1
|
2
|
1
|
2
|
||
1
|
Semut hitam
|
5
|
1
|
0
|
3
|
2
|
Semut hitam kecil
|
1
|
3
|
0
|
4
|
3
|
Semut merah
|
2
|
3
|
5
|
0
|
4
|
Spesies A
|
6
|
4
|
6
|
7
|
Tabel
Daerah Ternaung
No
|
Nama Spesies
|
∑ind
|
∑cup
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
NP
|
Pi
|
H'
|
1
|
semut hitam
|
6
|
2
|
3
|
24
|
1
|
25
|
49
|
0,214
|
0,329
|
2
|
semut hitam kecil
|
4
|
2
|
2
|
16
|
1
|
25
|
41
|
0,142
|
0,277
|
3
|
Semut merah
|
5
|
2
|
2,5
|
20
|
1
|
25
|
65
|
0,178
|
0,367
|
4
|
Spesies A
|
10
|
2
|
5
|
40
|
1
|
25
|
45
|
0,357
|
0,307
|
|
|
25
|
8
|
12,5
|
100
|
4
|
100
|
200
|
0,891
|
1,274
|
Tabel Daerah Terdedah
No
|
Nama Spesies
|
∑ind
|
∑cup
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
NP
|
Pi
|
H'
|
1
|
semut hitam
|
3
|
2
|
1,5
|
12
|
0,5
|
20
|
32
|
0,12
|
0,254
|
2
|
semut hitam kecil
|
4
|
2
|
2
|
16
|
0,5
|
20
|
36
|
0,16
|
0,293
|
3
|
Semut merah
|
13
|
2
|
2,5
|
52
|
1
|
40
|
53
|
0,52
|
0,339
|
4
|
Spesies A
|
5
|
2
|
6,5
|
20
|
0,5
|
20
|
40
|
0,2
|
0,321
|
|
|
25
|
8
|
12,5
|
100
|
2,5
|
100
|
161
|
1
|
1,477
|
VII.
Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang kami lakukan, didaerah sebangau pada lahan gambutnya. Kami
melakukan pengamatan tentang Antropoda Tanah di Lahan Gambut. Pengamatan ini
berlangsung beberapa menit, dengan bahan seperti detergen, permen, air, gelas
aqua. Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan pengecekkan tempat
yang akan kami pasang dengan jebakan nanti. Pengamatan ini kami melakukan di
dua tempat yaitu ternaung dan terdedah.
Pengamatan yang
pertama kami lakukan di tempat ternaung, dimana pada tempat ternaung ini kami
meletakkan jebakan tepat dibawah semak-semak yang kemungkinan besar terdapat
banyak jenih antropoda tanah disana. Adapun yang bahan yang berada dalam
jebakan itu adalah air rinso dan diatasnya kami meletakkan permen, fungsi permen
ini yaitu untuk mengundang berbagai jenis Antropoda tanah agar mendekati
jebakan kami
Kemudian spesiesnya
akan terperangkap kedalam jebakan. Adapun hasil dari spesies yang didapatkan
pada daerah ternaung sebanyak 4 spesies, yaitu semut hitam, semut hitam kecil,
semut merah dan spesies A. adapun jumlah yang didapat dari masing-masing
spesies ini yaitu pada plot 1 semut hitam terdapat 5 ekor, semut hitam kecil 1
ekor, semut merah yaitu 2 dan spesies A yaitu 6 ekor. Sedangkan pada plot 2
yaitu semut hitam berjumlah 1 ekor, semut hitam kecil berjumlah 3 ekor, spesies
A berjumlah 4 ekor dan semut hitam berjumlah 6 ekor
Sedangkan
pengamatan kami yang kedua adalah ditempat terdedah dimana ditempat terdedah
ini kami meletakkan jebakan dibawah pohon-pohon kecil. Pada plot 1 hanya ada
beberapa spesies yaitu spesies A berjumlah 5 ekor dan semut merah berjumlah 6
ekor. Sedangkan pada plot ke-2 terdapat beberapa spesies juga yaitu semut hitam
berjumlah 3 ekor, semut hitam kecil berjumlah 4 ekor dan semut merah berjumlah
7 ekor.
Hasil pengamatan
yang kami lakukan dapat diketahui bahwa Antropoda didaerah ternaung lebih
banyak dibandingkan dengan Antropoda di daerah terdedah. Hal itu dapat terlihat
dari jumlah spesies yang ditemukan.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa: Daerah terdedah lebih banyak jenis Antropoda Tanah
yang ditemukan dengan menggunakan jebakan dengan 2 plot, sedangkan untuk
didaerah ternaung hanya terdapat sedikit spesies yang kami temukan, kemungkinan
bahwa didaerah terdedah sangat panas sehingga menyebabkan Antropoda tanahnya
sangat sedikit.
B.
Saran
Saran yang ingin disampaikan untuk pengamatan selanjutnya
lebih baik lagi dan untuk lokasi jarak tempuhnya yang sedang-sedang saja.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Nurjati, dkk. 1986.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung
Hakim, N, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung
Hardjowigeno, H. Sarwono.,
2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar