Senin, 05 Desember 2016

ANTROPODA TANAH DILAHAN GAMBUT



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
EKOLOGI LAHAN GAMBUT
“ANTROPODA TANAH DILAHAN GAMBUT”
IAIN Palangkaraya.jpg
DISUSUN OLEH :
NAMA                            : NURHIDAYAT NOVALIS
NIM                                 : 1301140326
KELOMPOK                 : IV (EMPAT)
PRAKTIKUM KE        : II (DUA)
TANGGAL                    : 29 MEI 2016
DOSEN PENGAMPU  : AYATUS’ADAH M,Pd
ASISTEN                        : BUNGA NILAM SARI
: EMEN
: SYAFRUDIN

LABORATORIUM BIOLOI
PROGRAM STUDI TADRI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2016
I.              TOPIK
“ Antropoda Tanah di Lahan Gambut”

II.           TUJUAN
Untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan Artropoda Tanah.

III.         DASAR TEORI
Lahan gambut merupakan lahan marginal untuk pertanian karena kesuburannya yang rendah, pH sangat masam, dan keadaan drainasenya yang jelek. Akan tetapi karena keterbatasan lahan bertanah mineral, ekstensifikasi pertanian ke lahan gambut tidak dapat dihindari. Lahan gambut yang penduduknya relatif jarang, menarik bagi investor karena konflik hak atas penguasaan lahan gambut relatif lebih sedikit. Dewasa ini lahan gambut digunakan untuk berbagai komoditas pertanian, termasuk kelapa sawit, karet, buah-buahan dan sayur-sayuran. Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik.
Volume gambut akan menyusut bila lahan gambut didrainase, sehingga terjadi penurunan permukaan tanah (subsiden). Selain karena penyusutan volume, subsiden juga terjadi karena adanya proses dekomposisi dan erosi. Dalam 2 tahun pertama setelah lahan gambut didrainase, laju subsiden bisa mencapai 50 cm. Pada tahun berikutnya laju subsiden sekitar 2 – 6 cm tahun-1 tergantung kematangan gambut dan kedalaman saluran drainase. Adanya subsiden bisa dilihat dari akar tanaman yang menggantung. Secara alamiah lahan gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam organic yang sebagian bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur hara.
Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan arthropoda yang lain. Sebagai konsekuensi struktur komunitas mikro arthropoda akan mencerminkan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah, termasuk terhadap aktivitas manusia. Berdasarkan uraian di atas maka identifikasi kelimpahan serta keanekaragaman jenis merupakan hal yang penting, sehingga dapat diketahui peran organisme terhadap lingkungan.

IV.        ALAT DAN BAHAN
A.    Alat
No
Alat
Jumlah
1
Luxmeter
1 buah
2
Soiltester
1 buah

B.     Bahan
No
Bahan
Jumlah
1
Larutan deterjen
Secukupnya
2
Aroma manis (permen)
2 buah
3
Botol bekas air mineral
2 buah


V.           PROSEDUR KERJA
1.      Menentukan lokasi kegiatan, yaitu daerah terdedah dan ternaung.
2.      Membuat lubang galian setinggi botol bekas air mineral.
3.      Menempatkan botol bekas air mineral pada lubang tersebut yang telah diisi dengan larutan deterjen ± setengah isi botol air mineral (catatan : permukaan botol sejajar dengan permukaan tanah).
4.      Mencatat faktor lingkungan seperti suhu tanah, suhu udara, kelembaban tanah dan pH pada saat meletakkan perangkap.
5.      Membiarkan perangkap tersebut selama beberapa waktu.
6.      Setelah selang waktu, mengambil perangkap tersebut dan hewan yang terjebak didalamnya, menyisihkan kedalam pelastk sampel dan memberi tanda.
7.      Menghitung keanekaragaman dan kemelimpahannya.

VI.        DATA HASIL PENGAMATAN
No
Nama Spesies
Ternaung
terdedah
1
2
1
2
1
Semut hitam
5
1
0
3
2
Semut hitam kecil
1
3
0
4
3
Semut merah
2
3
5
0
4
Spesies A
6
4
6
7

Tabel Daerah Ternaung
No
Nama Spesies
∑ind
∑cup
K
KR
F
FR
NP
Pi
H'
1
semut hitam
6
2
3
24
1
25
49
0,214
0,329
2
semut hitam kecil
4
2
2
16
1
25
41
0,142
0,277
3
Semut merah
5
2
2,5
20
1
25
65
0,178
0,367
4
Spesies A
10
2
5
40
1
25
45
0,357
0,307


25
8
12,5
100
4
100
200
0,891
1,274

Tabel Daerah Terdedah
No
Nama Spesies
∑ind
∑cup
K
KR
F
FR
NP
Pi
H'
1
semut hitam
3
2
1,5
12
0,5
20
32
0,12
0,254
2
semut hitam kecil
4
2
2
16
0,5
20
36
0,16
0,293
3
Semut merah
13
2
2,5
52
1
40
53
0,52
0,339
4
Spesies A
5
2
6,5
20
0,5
20
40
0,2
0,321


25
8
12,5
100
2,5
100
161
1
1,477

VII.     Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, didaerah sebangau pada lahan gambutnya. Kami melakukan pengamatan tentang Antropoda Tanah di Lahan Gambut. Pengamatan ini berlangsung beberapa menit, dengan bahan seperti detergen, permen, air, gelas aqua. Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan pengecekkan tempat yang akan kami pasang dengan jebakan nanti. Pengamatan ini kami melakukan di dua tempat yaitu ternaung dan terdedah.
Pengamatan yang pertama kami lakukan di tempat ternaung, dimana pada tempat ternaung ini kami meletakkan jebakan tepat dibawah semak-semak yang kemungkinan besar terdapat banyak jenih antropoda tanah disana. Adapun yang bahan yang berada dalam jebakan itu adalah air rinso dan diatasnya kami meletakkan permen, fungsi permen ini yaitu untuk mengundang berbagai jenis Antropoda tanah agar mendekati jebakan kami
Kemudian spesiesnya akan terperangkap kedalam jebakan. Adapun hasil dari spesies yang didapatkan pada daerah ternaung sebanyak 4 spesies, yaitu semut hitam, semut hitam kecil, semut merah dan spesies A. adapun jumlah yang didapat dari masing-masing spesies ini yaitu pada plot 1 semut hitam terdapat 5 ekor, semut hitam kecil 1 ekor, semut merah yaitu 2 dan spesies A yaitu 6 ekor. Sedangkan pada plot 2 yaitu semut hitam berjumlah 1 ekor, semut hitam kecil berjumlah 3 ekor, spesies A berjumlah 4 ekor dan semut hitam berjumlah 6 ekor
Sedangkan pengamatan kami yang kedua adalah ditempat terdedah dimana ditempat terdedah ini kami meletakkan jebakan dibawah pohon-pohon kecil. Pada plot 1 hanya ada beberapa spesies yaitu spesies A berjumlah 5 ekor dan semut merah berjumlah 6 ekor. Sedangkan pada plot ke-2 terdapat beberapa spesies juga yaitu semut hitam berjumlah 3 ekor, semut hitam kecil berjumlah 4 ekor dan semut merah berjumlah 7 ekor.
Hasil pengamatan yang kami lakukan dapat diketahui bahwa Antropoda didaerah ternaung lebih banyak dibandingkan dengan Antropoda di daerah terdedah. Hal itu dapat terlihat dari jumlah spesies yang ditemukan.

VIII.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa: Daerah  terdedah lebih banyak jenis Antropoda Tanah yang ditemukan dengan menggunakan jebakan dengan 2 plot, sedangkan untuk didaerah ternaung hanya terdapat sedikit spesies yang kami temukan, kemungkinan bahwa didaerah terdedah sangat panas sehingga menyebabkan Antropoda tanahnya sangat sedikit.

B.     Saran
Saran yang ingin disampaikan untuk pengamatan selanjutnya lebih baik lagi dan untuk lokasi jarak tempuhnya yang sedang-sedang saja.


DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Nurjati, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung
Hakim, N, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar