Kamis, 05 Januari 2017

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI LAHAN GAMBUT “MENGHITUNG PENDUGAAN CADANGAN KARBON BAWAH PERMUKAAN”



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
EKOLOGI LAHAN GAMBUT
“MENGHITUNG PENDUGAAN CADANGAN KARBON BAWAH PERMUKAAN”


DISUSUN OLEH:

NAMA                                   : NURHIDAYAT NOVALIS
NIM                                        : 1301140326
KELOMPOK                        : IV (EMPAT)
TANGGAL                           : 29 MEI 2016
PRAKTIKUM KE               : VI (ENAM)
DOSEN PENGAMPU         : AYATUSA’ADAH, M. Pd
ASISTEN DOSEN                : BUNGA NILAM SARI
: EMEN

LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2016


I.            TOPIK
Menghitung pendugaan cadangan karbon bawah permukaan.

II.            TUJUAN
Untuk menghitung pendugaan cadangan karbon bawah permukaan.

III.            DASAR TEORI
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan hutan di antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon. Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas  proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi mejadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon.
Kerusakan hutan, perubahan iklim dan pemanasan global, menyebabkan manfaat tidak langsung dari hutan berkurang, yaitu karena hutan merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan yang penting dalam siklus karbon global dan dapat menyimpan karbon sekurang kurangnya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan tipe vegetasi lain seperti padang rumput, tanaman semusim dan tundra.
Kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon tidak sama baik di  hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di hutan rakyat tergantung pada jenis pohon, tipe tanah dan topografi.  Oleh karena itu, informasi mengenai cadangan karbon dari berbagai tipe hutan, jenis pohon, jenis tanah dan topografi di Indonesia sangat penting. Dari seratus empat (104) jenis pohon di Indonesia, baru 11 jenis pohon yang sudah diketahui cadangan karbonnya. Saat ini sumber data yang komprehensif tentang cadangan karbon di berbagai tipe ekosistem hutan dan penggunaan lahan lain masih terbatas.
Cadangan karbon pada berbagai kelas penutupan lahan di hutan alam berkisar antara 7,5–264,70 ton C/ha. Secara umum pada hutan lahan kering primer mampu menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan hutan lahan kering sekunder karena pada hutan sekunder telah terjadi gangguan terhadap tegakannya.  Kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam dan kejadian atau aktivitas lainnya di kawasan hutan yang menyebabkan berkurangnya potensi biomassa yang berindikasi langsung terhadap kemampuannya menyimpan karbon.  Pola tersebut juga terjadi pada hutan rawa primer dan hutan rawa sekunder.  Selanjutnya pada hutan lahan kering relatif memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar daripada hutan rawa dan mangrove karena kemampuannya dalam membangun tegakan yang tinggi dan berdiameter besar sebagai tempat menyimpan karbon.
Hasil utama ekosistem hutan rawa gambut yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah kayu seperti gelam (Mellaleuca sp) khususwanya sebagai bahan bangunan ringan, kerangka pembuatan bangunan gedung dan bagan penangkap ikan. Selain itu, jenis-jenis komersial yang banyak diperdagangkan adalah Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp), dan Damar (Agathis Damara). Hasil tambahan lainnya adalah hasil non-kayu seperti getah jelutung, tumbuhan obat, ikan dan buah-buahan.
Secara ekologi ekosistem hutan rawa gambut merupakan tempat pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai jenis satwa liar termasuk jenis-jenis endemik. Dengan kata lain, hutan rawa gambut merupakan sumber daya biologis yang penting yang dapat dimanfaatkan dan dikonservasi untuk memperoleh manfaat yang lestari.
Lahan gambut memiliki peranan yang penting karena secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan musim kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat penting untuk menghambat oksidasi pirit (FeS2) dalam upaya untuk mengurangi kemasaman tanah dan keracunan tanaman. Sulfat yang terlarut juga akan berpenganruh dibagian hilir.
Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh tingginya akumulasi bahan organik dengan laju dekomposisi yang rendah. Lahan gambut tropis maliputi areal seluas 40 juta ha dan 50% diantaranya terdapat di Indonesia. Karena itu lahan gambut di Indonesia yang tersebar di sumatra, kalimanta, sulawesi dan papua. Merupakan cadangan karbon terestris yang penting. Jika dilindungi kondisi alami, lahan gambut dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon. Tetapi jika mengalami gangguan, lahan gambut berpotensi menjadi sumber karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O) yang cukup besar.



IV.            ALAT DAN BAHAN
A.    ALAT
NO
ALAT
JUMLAH
1
Themometer
1 buah
2
Tali rafia (kuadran 10 x 10)
10 x 10 meter
3
Soil tester
1 buah
4
Meteran
1 buah
5
Luxmeter
1 buah
6
DO meter
1 buah
7
Botol air mineral
1 buah

B.     BAHAN
NO
BAHAN
JUMLAH
1
Kertas pengamatan
2 lembar
2
Patok
4 buah
3
Tanah gambut
Secukupnya
4
Air gambut

Secukupnya

V.            PROSEDUR KERJA
1.      Menentukan lokasi kegiatan, yaitu daerah ternaung dan terdedah.
2.      Membuat plot dengan ukuran 10 x 10 meter.
3.      Mencatat faktor lingkungan seperti bobot isi tanah gambut, luas tanah gambut, ketebalan lahan gambut dan kadar karbon (C-organik).
4.      Mencatat dan mengamati tanaman dan hewan yang berada dalam plot tersebut.
5.      Kemudian memasukkan data tersebut dalam data hasil pengamatan.
6.      Menghitung kandungan karbon pada lahan gambut dengan rumus:
Kandungan Karbon (KC) = B x A x D x C
Dimana:           KC = kandungan karbon dalam ton.
B = bobot isi (BD) tanah gambut dalam g/cc atau ton/m3
A = luas tanah gambut dalam m2
D = ketebalan tanah gambut dalam m
C = kadar karbon (C-organik) dalam persen (%)

VI.            DATA HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan tingkat kematangan dan ketebalan gambut, serta perbandingan dengan tabel, menentukan cadangan karbon bawah permukaan.
No
Tingkat Kematangan
Bobot Isi (BD) (g/cc)
C-organik (%)
Kisaran
Rerata
Kisaran
Rerata
1
Fibrik
0,1012 – 0,12
0,1028

53,31
2
Hemik
0,1325 – 0,29
0,1716
38,97 – 51,87
48,00
3
Saprik
0,2492 – 0,37
0,2794
28,96 – 53,89
44,95
4
Peaty soil / mineral bergambut / sangat dangkal
0,2151 – 0,6878
0,3402
28,96 – 38,91
35,12

Dari pengamatan yang dilakukan dapat ketahui bahwa:
1.      Lokasi Terdedah
Kandungan Karbon (KC)       = B x A x D x C
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
= 1.398.274.064.000.000 ton
2.      Lokasi Ternaung
Kandungan Karbon (KC)       = B x A x D x C
= 0,1716 x 5.687.000.000 x 1,5 x 48,00
= 702.640.224.000.000 ton

VII.            PEMBAHASAN
Kawasan bergambut di Kalimantan Tengah melingkupi hamparan arealyang cukup luas, yakni diperkirakan mencangkup areal seluas 3,472 juta Ha, atau sekitar 21,98 % dari total luas wilayah Provinsi Kaimantan Tengah yang mencangkup 15,798 Ha. Ditinjau dari letak geografis wilayah Provinsi Kaimantan Tengah, kawasan bergambut tersebut terletak dibagian selatan dari garis equator (0o garis lintang), atau dengan kata lain terletak pada Garis Lintang Selatan hingga kegugusan pantai di tepi laut Jawa bagian selatan Kalimantan Tengah dibagi dua oleh Garis Lintang atau gars equator menjadi dua bagian, yaitu dari selatan ke utara.

Mendiskripsikan Habitat dan Relung Ekologi



COVER

Makalah Kelompok IV
Mendiskripsikan Habitat dan Relung Ekologi
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: EKOLOGI HEWAN
Dosen: USMIYATUN, M. Pd
Disusun oleh:
NURHIDAYAT NOVALIS (1301140326)
NENY RATNASARI (13011403)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
2015


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Ekologi Hewan yang berjudul Mendiskripsikan Habitat dan Relung Ekologi dengan tepat waktu.
   Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Usmiytun, M. Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Ekologi Hewan semester V program studi Pendidikan Biologi (PBG) di Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya yang telah membimbing kami dalam membuat makalah ini.
   Di dalam makalah ini, kami akan menjelaskan beberapa hal mengenai Mendiskripsikan Habitat dan Relung Ekologi sesuai dengan beberapa buku yang kami jadikan referensi.
   Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi teknik penyajian maupun dari segi materi. Oleh karena itu, demi penyempurnaan makalah ini, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan.
   Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan atau pengetahuan tentang ilmu Profesi Keguruan.

Palangka Raya, Oktober 2015


DAFTAR ISI







BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

B.     RUMUSAN MASALAH

C.    TUJUAN



BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN HABITAT

Habitat, yaitu tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat. Contohnya, habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat buaya muara adalah perairan payau, habitat monyet dan harimau adalah hutan, habitat pohon bakau adalah daerah pasang surut, habitat pohon butun dan ketapang adalah hutan pantai, habitat cemara gunung dan waru gunung adalah hutan dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan dataran rendah dan hutan rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran rendah lainnya, pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae pada umumnya hidup di dataran rendah hingga daerah pegunungan, dan pohon durian habitatnya ditanah darat dataran rendah.
Istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove dapat menggunakan istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat menggunakan hutan rawa, dan lain sebagiannya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme mencakup  organisme lain yang merupakan komponen lingkungan biotik dan komponen lingkungan abiotik.[1]
Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Misalnya habitat kodok adalah didarat setelah dewasa, diair bila masih menjadi berudu atau telurnya. Dalam hal ini kodok mempunyai dua habitat. Setiap makhluk hidup mempunyai habitat yang sesuai dengan kebutuhannya. Apabila terjadi gangguan atau perubahan yang cepat makhluk hidup tersebut mungkin akan matiatau pergi mencari habitat lain yang cocok. Misalnya jika terjadi arus terus-menerus dipantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan hidup. Akan tetapi jika terjadi perubahan secara perlahan taua berevolusi, lama kelamaan makhluk yang ada disitu akan berusaha melakukan penyesuaian diri, atau berdaptasi yang akhirnya mungkin akanterjadi jenis baru. Habitat dapat disebut alamat makhluk hidup tersebut. Dan setiap makhluk hidup dapat mempunyai lebih dari satu habitat.[2]

B.     MACAM-MACAM HABITAT

Ada 4 jenis habitat utama di dalam biosfer adalah habitat lautan, habitat perairan tawar, habitat perairan payau, dan habitat daratan:
1.      LAUTAN
Lautan memiliki ciri yang penting secara ekologi sebagai berikut:
a.       Lautan itu luas, menutupi 70% permukaan bumi.
b.      Lautan itu dalam dan makhluk hidup terdapat disemua kedalaman.
c.       Lautan itu berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat daratan dan habitat perairan daratan. Semua lautan itu berhubungan, suhu, salinitas, serta kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk lautan.
d.      Lautan berada dalam situasi yang kontinyu. Perbedaan suhu udara diantara kutub dan equator menimbulkan angin yang juat seperti kearah yang angin pasat, yaitu angin bertiup kearah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi, menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih ditambah oleh adanya arus yang ada dilapisan air yang lebih dalam yang sebagai akibat adanya perbedaan suhu dan salinitas, yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
e.       Lautan didominasi oleh gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut yang disebabkan oleh gaya tarik matahari. Proses pasang surt terutama penting didalam zona yang terletak kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk lautan yang sering berlain-lainan secara khusus pula.
f.       Lautan itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian garam menurut berat perseribu bagian air lautan atau 3,5%.
g.      Konsentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan faktor pembatas yang penting dalam menentukan besarnya populasi makhluk lautan.
h.      Bersifat paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya lebih tua dari pada dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh proses tektonik dan proses sedimenter.
2.      PERAIRAN TAWAR
Perairan tawar dapat di bedakan menjadi:
a.       Perairan yang tidak mengalir, contohnya: danau, kolam, rawa dan perairan.
b.      Perairan yang mengalir, contohnya: mata air dan sungai.
Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil permukaan bumi di bandingkan dengan habitat daratan dan habitat perairan lautan,tetapi kepentingannya  bagi kehidupan makhluk terutama  bagi manusia jauh lebih besar, karena:
a.       Perairan tawar tersebut adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah untuk keperluan rumah tangga  serta untuk keperluan industri.
b.      Anasir air tawar merupakan bagian penting dalam daur hidrologik.
c.       Ekosistem perairan tawar dapat di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan limbah yang paling murah serta paling mudah.
3.      PERAIRAN PAYAU ATAU ESTUARIUM
Estuarium adalah suatu perairan pantai yang semi tertutup yang  memiliki hubungan dengan lautan. Estuarium terpengaruhi oleh aktivitas pasang surut,dan di dalam habitat estuarium ini air laut tercampur dengan air tawar menghasilkan perairan payau. Contoh   estuarium adalah muara sungai, teluk dipantai, rawa pasang surut, dan perairan di belakang pantai barrier.
4.      DARATAN ATAU HABITAT TERRESTRIAL
Ciri habitat terestrial adalah:
a.       Perbedaan suhu dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada di medium air.
b.      Sirkulasi udara yang cepat di seluruh muka bumi berakibat kandungan gas oksigen dan gas co2 yang siap bercampur dan jelas konstan.
c.       Tanah merupakan pendukung yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.
d.      Daratan, tidak seperti lautan, tidak kontinyu. Ada barrier yang penting untuk perpindahan yang bebas bagi makhluk.[3]

C.    PENGERTIAN RELUNG

Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam ekosistem. Menurut Resosoedarmo, relung yaitu posisi atau status organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu. Relung suatu organisme ditentukan oleh tempat hidupnya (habitat) dan oleh berbagai fungsi yang dikerjakannya, sehingga dikatakan sebagai profesi organisme dalam habitatnya. Profesi organisme menunjukkan fungsi organisme dalam habitatnya. Berbagai  organisme dapat hidup bersama dalam satu habitat. Akan tetapi, jika dua atau lebih organisme mempunyai relung  yang sama dalam satu habitat, maka akan terjadi persaingan. Makin besar kesamaan relung dari organisme-organisme yang hidup bersama dalam satu habitat, maka makin intensif  persaingannya.[4]