COVER
Makalah Kelompok IV
Mendiskripsikan
Habitat dan Relung Ekologi
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: EKOLOGI
HEWAN
Dosen: USMIYATUN, M.
Pd

Disusun
oleh:
NURHIDAYAT NOVALIS (1301140326)
NENY RATNASARI (13011403)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Ekologi
Hewan yang berjudul Mendiskripsikan Habitat dan Relung Ekologi dengan tepat
waktu.
Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Usmiytun, M. Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Ekologi Hewan
semester V program studi Pendidikan Biologi (PBG) di Institut Agama Islam
Negeri Palangka Raya yang telah membimbing kami dalam membuat makalah ini.
Di dalam makalah ini, kami akan menjelaskan
beberapa hal mengenai Mendiskripsikan Habitat dan Relung Ekologi sesuai dengan
beberapa buku yang kami jadikan referensi.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna, baik dari segi teknik penyajian maupun dari segi materi. Oleh karena
itu, demi penyempurnaan makalah ini, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
untuk menambah wawasan atau pengetahuan tentang ilmu Profesi Keguruan.
Palangka
Raya, Oktober 2015
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HABITAT
Habitat, yaitu tempat suatu
makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat.
Contohnya, habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah
air tawar, habitat buaya muara adalah perairan payau, habitat monyet dan
harimau adalah hutan, habitat pohon bakau adalah daerah pasang surut, habitat
pohon butun dan ketapang adalah hutan pantai, habitat cemara gunung dan waru
gunung adalah hutan dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan dataran rendah
dan hutan rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran rendah
lainnya, pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae
pada umumnya hidup di dataran rendah hingga daerah pegunungan, dan pohon durian
habitatnya ditanah darat dataran rendah.
Istilah habitat dapat juga dipakai
untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang
membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu
padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove
dapat menggunakan istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat
menggunakan hutan rawa, dan lain sebagiannya. Dalam hal seperti ini, maka
habitat sekelompok organisme mencakup
organisme lain yang merupakan komponen lingkungan biotik dan komponen
lingkungan abiotik.[1]
Habitat adalah tempat
hidup makhluk hidup. Misalnya habitat kodok adalah didarat setelah dewasa,
diair bila masih menjadi berudu atau telurnya. Dalam hal ini kodok mempunyai dua
habitat. Setiap makhluk hidup mempunyai habitat yang sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila terjadi gangguan atau perubahan yang cepat makhluk hidup
tersebut mungkin akan matiatau pergi mencari habitat lain yang cocok. Misalnya
jika terjadi arus terus-menerus dipantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau
tersebut tidak akan bertahan hidup. Akan tetapi jika terjadi perubahan secara
perlahan taua berevolusi, lama kelamaan makhluk yang ada disitu akan berusaha
melakukan penyesuaian diri, atau berdaptasi yang akhirnya mungkin akanterjadi
jenis baru. Habitat dapat disebut alamat makhluk hidup tersebut. Dan setiap
makhluk hidup dapat mempunyai lebih dari satu habitat.[2]
B. MACAM-MACAM HABITAT
Ada
4 jenis habitat utama di dalam biosfer adalah habitat lautan, habitat perairan
tawar, habitat perairan payau, dan habitat daratan:
1.
LAUTAN
Lautan memiliki ciri
yang penting secara ekologi sebagai berikut:
a.
Lautan itu luas, menutupi 70%
permukaan bumi.
b.
Lautan itu dalam dan makhluk
hidup terdapat disemua kedalaman.
c.
Lautan itu berkesinambungan.
Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat daratan dan habitat
perairan daratan. Semua lautan itu berhubungan, suhu, salinitas, serta
kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk lautan.
d.
Lautan berada dalam situasi
yang kontinyu. Perbedaan suhu udara diantara kutub dan equator menimbulkan
angin yang juat seperti kearah yang angin pasat, yaitu angin bertiup kearah
yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi, menimbulkan
lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih ditambah oleh adanya arus yang ada
dilapisan air yang lebih dalam yang sebagai akibat adanya perbedaan suhu dan
salinitas, yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
e.
Lautan didominasi oleh
gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut yang disebabkan oleh gaya
tarik matahari. Proses pasang surt terutama penting didalam zona yang terletak
kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk lautan yang sering
berlain-lainan secara khusus pula.
f.
Lautan itu asin. Rerata
salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian garam menurut berat
perseribu bagian air lautan atau 3,5%.
g.
Konsentrasi zat hara yang
terlarut rendah dan merupakan faktor pembatas yang penting dalam menentukan
besarnya populasi makhluk lautan.
h.
Bersifat paradoksik.Bahwa lautan
dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya lebih tua dari pada dasar lautan
yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh proses tektonik dan proses
sedimenter.
2.
PERAIRAN
TAWAR
Perairan tawar dapat di bedakan menjadi:
a.
Perairan yang tidak mengalir,
contohnya: danau, kolam, rawa dan perairan.
b.
Perairan yang mengalir, contohnya:
mata air dan sungai.
Habitat
perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil permukaan bumi di bandingkan
dengan habitat daratan dan habitat perairan lautan,tetapi kepentingannya bagi kehidupan makhluk terutama bagi manusia jauh lebih besar, karena:
a.
Perairan tawar tersebut
adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah untuk keperluan rumah
tangga serta untuk keperluan industri.
b.
Anasir air tawar merupakan
bagian penting dalam daur hidrologik.
c.
Ekosistem perairan tawar
dapat di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan limbah yang paling murah serta
paling mudah.
3.
PERAIRAN
PAYAU ATAU ESTUARIUM
Estuarium adalah suatu
perairan pantai yang semi tertutup yang
memiliki hubungan dengan lautan. Estuarium terpengaruhi oleh aktivitas
pasang surut,dan di dalam habitat estuarium ini air laut tercampur dengan air
tawar menghasilkan perairan payau. Contoh
estuarium adalah muara sungai, teluk dipantai, rawa pasang surut, dan
perairan di belakang pantai barrier.
4.
DARATAN ATAU HABITAT TERRESTRIAL
Ciri habitat terestrial adalah:
a.
Perbedaan suhu dan harga
ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada di medium air.
b.
Sirkulasi udara yang cepat di
seluruh muka bumi berakibat kandungan gas oksigen dan gas co2 yang siap
bercampur dan jelas konstan.
c.
Tanah merupakan pendukung
yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.
d.
Daratan, tidak seperti
lautan, tidak kontinyu. Ada barrier yang penting untuk perpindahan yang bebas
bagi makhluk.[3]
C. PENGERTIAN RELUNG
Relung (niche) menunjukkan peranan
fungsional dan posisi suatu organisme dalam ekosistem. Menurut Resosoedarmo,
relung yaitu posisi atau status organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem
tertentu. Relung suatu organisme ditentukan oleh tempat hidupnya (habitat) dan
oleh berbagai fungsi yang dikerjakannya, sehingga dikatakan sebagai profesi
organisme dalam habitatnya. Profesi organisme menunjukkan fungsi organisme
dalam habitatnya. Berbagai organisme
dapat hidup bersama dalam satu habitat. Akan tetapi, jika dua atau lebih
organisme mempunyai relung yang sama
dalam satu habitat, maka akan terjadi persaingan. Makin besar kesamaan relung
dari organisme-organisme yang hidup bersama dalam satu habitat, maka makin
intensif persaingannya.[4]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Djamal Irwan Zoer’ aini. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara. 2010
Indriyanto. Ekologi
Hutan. Jakrta: Bumi Aksara. 2012
[3] http://dianfitriyanti.blogspot.co.id/2012/12/ekologi-hewan.html (29 September 2015 pada Pukul
07.00 WIB)
[4] Indriyanto. Ekologi Hutan. Jakrta: Bumi Aksara.
2012. h. 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar