LAPORAN
LENGKAP PRAKTIKUM
EKOLOGI
LAHAN GAMBUT
“MENGHITUNG
PENDUGAAN CADANGAN KARBON BAWAH PERMUKAAN”

DISUSUN
OLEH:
NAMA : NURHIDAYAT
NOVALIS
NIM :
1301140326
KELOMPOK : IV (EMPAT)
TANGGAL : 29 MEI 2016
PRAKTIKUM
KE : VI (ENAM)
DOSEN
PENGAMPU : AYATUSA’ADAH, M. Pd
ASISTEN
DOSEN : BUNGA NILAM SARI
: EMEN
LABORATORIUM
BIOLOGI
PROGRAM
STUDI TADRIS BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN
2016
I.
TOPIK
Menghitung pendugaan cadangan karbon bawah permukaan.
II.
TUJUAN
Untuk menghitung pendugaan cadangan karbon bawah permukaan.
III.
DASAR
TEORI
Hutan merupakan sumber daya alam
yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan hutan di
antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat
tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata
air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon.
Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis
tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari tanah
menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi mejadi
selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon.
Kerusakan hutan, perubahan iklim
dan pemanasan global, menyebabkan manfaat tidak langsung dari hutan berkurang,
yaitu karena hutan merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan
yang penting dalam siklus karbon global dan dapat menyimpan karbon sekurang
kurangnya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan tipe vegetasi lain seperti
padang rumput, tanaman semusim dan tundra.
Kemampuan hutan dalam menyerap
dan menyimpan karbon tidak sama baik di
hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di hutan
rakyat tergantung pada jenis pohon, tipe tanah dan topografi. Oleh karena itu, informasi mengenai cadangan
karbon dari berbagai tipe hutan, jenis pohon, jenis tanah dan topografi di
Indonesia sangat penting. Dari seratus empat (104) jenis pohon di Indonesia,
baru 11 jenis pohon yang sudah diketahui cadangan karbonnya. Saat ini sumber
data yang komprehensif tentang cadangan karbon di berbagai tipe ekosistem hutan
dan penggunaan lahan lain masih terbatas.
Cadangan karbon pada berbagai
kelas penutupan lahan di hutan alam berkisar antara 7,5–264,70 ton C/ha. Secara
umum pada hutan lahan kering primer mampu menyimpan karbon dalam jumlah lebih
besar dibandingkan dengan hutan lahan kering sekunder karena pada hutan
sekunder telah terjadi gangguan terhadap tegakannya. Kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan lahan
untuk bercocok tanam dan kejadian atau aktivitas lainnya di kawasan hutan yang
menyebabkan berkurangnya potensi biomassa yang berindikasi langsung terhadap
kemampuannya menyimpan karbon. Pola
tersebut juga terjadi pada hutan rawa primer dan hutan rawa sekunder. Selanjutnya pada hutan lahan kering relatif
memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar daripada hutan
rawa dan mangrove karena kemampuannya dalam membangun tegakan yang tinggi dan
berdiameter besar sebagai tempat menyimpan karbon.
Hasil utama ekosistem hutan rawa gambut yang
banyak dimanfaatkan masyarakat adalah kayu seperti gelam (Mellaleuca sp) khususwanya sebagai bahan bangunan ringan, kerangka
pembuatan bangunan gedung dan bagan penangkap ikan. Selain itu, jenis-jenis
komersial yang banyak diperdagangkan adalah Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp), dan Damar (Agathis Damara). Hasil tambahan lainnya
adalah hasil non-kayu seperti getah jelutung, tumbuhan obat, ikan dan
buah-buahan.
Secara ekologi ekosistem hutan rawa gambut
merupakan tempat pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai
jenis satwa liar termasuk jenis-jenis endemik. Dengan kata lain, hutan rawa
gambut merupakan sumber daya biologis yang penting yang dapat dimanfaatkan dan
dikonservasi untuk memperoleh manfaat yang lestari.
Lahan gambut memiliki peranan yang penting
karena secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas
yang sangat besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan
air sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit
air pada musim hujan dan musim kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat
penting untuk menghambat oksidasi pirit (FeS2) dalam upaya untuk mengurangi
kemasaman tanah dan keracunan tanaman. Sulfat yang terlarut juga akan berpenganruh
dibagian hilir.
Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah
yang dicirikan oleh tingginya akumulasi bahan organik dengan laju dekomposisi
yang rendah. Lahan gambut tropis maliputi areal seluas 40 juta ha dan 50%
diantaranya terdapat di Indonesia. Karena itu lahan gambut di Indonesia yang
tersebar di sumatra, kalimanta, sulawesi dan papua. Merupakan cadangan karbon
terestris yang penting. Jika dilindungi kondisi alami, lahan gambut dapat
meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon. Tetapi jika mengalami
gangguan, lahan gambut berpotensi menjadi sumber karbondioksida (CO2), metana
(CH4) dan nitrous oksida (N2O) yang cukup besar.
IV.
ALAT DAN BAHAN
A.
ALAT
NO
|
ALAT
|
JUMLAH
|
1
|
Themometer
|
1 buah
|
2
|
Tali rafia (kuadran 10 x 10)
|
10 x 10 meter
|
3
|
Soil tester
|
1 buah
|
4
|
Meteran
|
1 buah
|
5
|
Luxmeter
|
1 buah
|
6
|
DO meter
|
1 buah
|
7
|
Botol air mineral
|
1 buah
|
B.
BAHAN
NO
|
BAHAN
|
JUMLAH
|
1
|
Kertas pengamatan
|
2 lembar
|
2
|
Patok
|
4 buah
|
3
|
Tanah gambut
|
Secukupnya
|
4
|
Air gambut
|
Secukupnya
|
V.
PROSEDUR KERJA
1.
Menentukan lokasi kegiatan, yaitu daerah ternaung dan terdedah.
2.
Membuat plot dengan ukuran 10 x 10 meter.
3.
Mencatat faktor lingkungan seperti bobot isi tanah gambut, luas
tanah gambut, ketebalan lahan gambut dan kadar karbon (C-organik).
4.
Mencatat dan mengamati tanaman dan hewan yang berada dalam plot
tersebut.
5.
Kemudian memasukkan data tersebut dalam data hasil pengamatan.
6.
Menghitung kandungan karbon pada lahan gambut dengan rumus:
Kandungan Karbon (KC) = B x A x D
x C
Dimana: KC = kandungan karbon dalam ton.
B = bobot isi (BD) tanah gambut
dalam g/cc atau ton/m3
A = luas tanah gambut dalam m2
D = ketebalan tanah gambut dalam
m
C = kadar karbon (C-organik)
dalam persen (%)
VI.
DATA HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan tingkat kematangan dan ketebalan gambut, serta
perbandingan dengan tabel, menentukan cadangan karbon bawah permukaan.
No
|
Tingkat Kematangan
|
Bobot Isi (BD) (g/cc)
|
C-organik (%)
|
||
Kisaran
|
Rerata
|
Kisaran
|
Rerata
|
||
1
|
Fibrik
|
0,1012 – 0,12
|
0,1028
|
|
53,31
|
2
|
Hemik
|
0,1325 – 0,29
|
0,1716
|
38,97 – 51,87
|
48,00
|
3
|
Saprik
|
0,2492 – 0,37
|
0,2794
|
28,96 – 53,89
|
44,95
|
4
|
Peaty soil / mineral bergambut
/ sangat dangkal
|
0,2151 – 0,6878
|
0,3402
|
28,96 – 38,91
|
35,12
|
Dari pengamatan yang dilakukan dapat ketahui bahwa:
1.
Lokasi Terdedah
Kandungan Karbon (KC) = B x A x D x C
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x
44,95
= 1.398.274.064.000.000 ton
2.
Lokasi Ternaung
Kandungan Karbon (KC) = B x A x D x C
= 0,1716 x 5.687.000.000 x 1,5 x 48,00
= 702.640.224.000.000 ton
VII.
PEMBAHASAN
Kawasan bergambut di Kalimantan
Tengah melingkupi hamparan arealyang cukup luas, yakni diperkirakan mencangkup
areal seluas 3,472 juta Ha, atau sekitar 21,98 % dari total luas wilayah
Provinsi Kaimantan Tengah yang mencangkup 15,798 Ha. Ditinjau dari letak
geografis wilayah Provinsi Kaimantan Tengah, kawasan bergambut tersebut terletak
dibagian selatan dari garis equator (0o garis lintang), atau dengan
kata lain terletak pada Garis Lintang Selatan hingga kegugusan pantai di tepi
laut Jawa bagian selatan Kalimantan Tengah dibagi dua oleh Garis Lintang atau
gars equator menjadi dua bagian, yaitu dari selatan ke utara.
Gambut hanya mungkin terbentuk
apabila terdapat limpahan biomass atau vegetasi pada suatu kawasan yang
mengalami hambatan dalam proses dekompsisinya. Faktor penghambat utama tersebut
adalah genangan air sepanjang tahun atau kondisi rawa. Dalam konteks yang
demikian, hutan sebagai penghasil limpahan biomass, yang mendominasi wilayah
Kaimantan Tengah (sekitar 65,05 % dari total luas wilayah), khususnya pada
areal-areal yang selalu tergenang air adalah merupakan kawasan potensial
terbentuknya gambut. Tapi sebaliknya, tidak semua areal hutan dapat membentuk
lahan-lahan bergambut.
Dari paraktikum yang telah
dilakukan pada tempat ternaung dan terdedah pada daerah Sebangau dapat
diketahui bahwa metode yang digunakan dalam praktikum kali adalah metode
pendugaan cadangan karbon bawah permukaan. Untuk menduga
kandungan cadangan karbon (C) dibawah permukaan lahan gambut. Terlebih dahulu
harus diketahui volume gambut pada wilayah tertentu dan klasifikasi tingkat
kematangannya. Volume gambut dapat diketahui dengan menggalikan ketebalan
lapisan gambut dengan luasan wilayah lahan gambutnya. Ketebalan gambut diukur
pada beberapa titik / lokasi yang berbeda (agar datnya mewakili) dengan cara
menusukkan pipa paralon kedalam lapisan gambut hingga mencapai / mengenai
lapisan tanah mineralnya, sedangkan luasan lahan gambut dapat diketahui dari
hasil pengukuran langsung dilapangan atau dari peta dasar / tanah atau citra
landsat. Tingkat kematangan / pelapukan gambut dapat diukur langsung dilapangan
dengan metode sederhanan seperti yang diuraikan dibawah ini. Sedangkan
penentuan bobot isi dan persen (%)-C-organik dapat merujuk dan berdasarkan kepada hasil analisis
beberapa lokasi di Sumatera kenapa harus merujuk kesana karena pada daerah
Kalimantan Tengah belum ada penelitian yang lebih mendalam tentang hal tersebut.
Prosedur pengukuran yang harus diikuti adalah pengukuran luas lahan, ketebalan
gambut, penetuan tingkat kematangan, bobot isi gambut dan C-organik, dan
pendugaan cadangan karbon.
Hasil pengamatan pada bobot isi
tanah gambut pada tempat terdedah adalah 0,2794 g/cc dan tempat ternaung adalah
0,1716 g/cc. Untuk luas wilayah tanah gambut daerah Sebangau adalah 286.700 m2,
ketebalan lahan gambut pada tempat ternaung adalah 1,5 m dan tempat terdedah
adalah 2 m. Dan untuk kadar karbon untuk tempat terdedah adalah 44,95 % dan
tempat ternaung adalah 48,00 %. Kemudian data tersebut dimasukan dalam rumus
Kandungan Karbon (KC) = B x A x D x C.
Tempat terdedah
Kandungan Karbon (KC) = B x A x D x C
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x
44,95
= 1.398.274.064.000.000 ton
Tempat ternaung
Kandungan Karbon (KC) = B x A x D x C
= 0,1716 x 5.687.000.000 x 1,5 x 48,00
= 702.640.224.000.000 ton
Jadi dari hasil perhitungan yang
dilakukan dapta diketahu bahwa kandungan karbon terbanyak terdapat pada daerah
terdedah dari pada tempat ternaung.
VIII.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan
dapat di simpulkan bahwa :
1. Hutan merupakan sumber daya alam
yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan hutan di
antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat
tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata
air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon.
Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis
tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari tanah
menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi mejadi
selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon.
2. Lahan gambut memiliki peranan yang penting karena
secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang
sangat besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air
sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air
pada musim hujan dan musim kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat
penting untuk menghambat oksidasi pirit (FeS2) dalam upaya untuk mengurangi
kemasaman tanah dan keracunan tanaman. Sulfat yang terlarut juga akan
berpenganruh dibagian hilir.
3. Dari paraktikum yang telah
dilakukan pada tempat ternaung dan terdedah pada daerah Sebangau dapat
diketahui bahwa metode yang digunakan dalam praktikum kali adalah metode
pendugaan cadangan karbon bawah permukaan. Untuk menduga
kandungan cadangan karbon (C) dibawah permukaan lahan gambut. Terlebih dahulu
harus diketahui volume gambut pada wilayah tertentu dan klasifikasi tingkat
kematangannya. Volume gambut dapat diketahui dengan menggalikan ketebalan
lapisan gambut dengan luasan wilayah lahan gambutnya.
4. Dari hasil yang di dapat bahwa kandungan karbon
yang besar terdapat pada tempat ternaung dari pada kandungan karbon pada tempat
terdedah.
B.
SARAN
Adapun saran yang dapat di
sampaikan pada praktikum kali ini adalah :
1.
Praktikum yang di lakukan sudah cukup baik, semoga dalam
praktikum selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmuddin Agus dan I. G. Made
Subika. 2008. Balai Pnenelitian Tanah Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian
dan Aspek Lingkungan. Kementrian Pertanian. Bogor
Hardiansyah, dkk. 2011. Penuntun
Praktikum Ekologi Tumbuhan. Laboratorium PMIPA UNLAM. Jurusan Pendidikan
Biologi. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarmasin
Murdianso, Daniel, dkk. 2004. Petunjuk Lapangan:
Pendugaan Cadangan Karbon pada Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest,
and Peatlands in Indonesia. Wetlands Internasiona Indonesia Programme and
Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar