COVER
Tugas Kelompok
IX
MAKALAH
“DIVISI PTERIDOPYHTA”
Di susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah:Botani Tumbuhan Rendah
Dosen Pengampu:Usmiyatun, M. Pd
Disusun Oleh:
Nurhidayat Novalis, NIM 1301140326
Nor Apriyani Dewi, NIM 1301140332
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN
MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan
memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya kami
sebagai penulis telah menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini membahas tentang “ Divisi
Pteridophyta (Tumbuhan Paku)“. Tidak lupa juga kami sampaikan sholawat
serta salam semoga rahmat dan berkah selalu dicurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan
tabi’at serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah untuk menambah keterampilan dan kemahiran dalam
berdiskusi dan berbicara di depan orang banyak serta sebagai pengetahuan
mengenai divisi pteridophyta (tumbuhan paku). Dengan makalah ini kami berharap
dapat berguna bagi kita semua.
Kami
juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Sehubungan dengan kekurangan di dalam penulisan makalah ini, kami sebagai
penyusun makalah membuka diri untuk menerima saran-saran dan masukan yang
membangun dan diharapkan agar dalam pelaksanaan penyusunan makalah selanjutnya
dapat lebih baik dan sempurna. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Palangka
Raya, 12 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena
meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh
tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah
spora. Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada
Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebes dan berumur
panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan
heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat
pergiliran keturunan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran.
Individu yang menghasilkan gamet (gametofit) merupakan generasi yang haploid.
Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot yang merupakan permulaan dari
keturunan yang diploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yang diploid
(sporofit) karena menghasilkan spora m pembelahan reduksi. Spora inilah yang
merupakan permulaan dari generasi haploid. Dari spora akan terbentuk protalium
melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas,
yaitu: Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku
ekor kuda) dan Filicineae (paku sejati).
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan Pteridophyta?
2.
Apa saja karakteristik Pteridophyta?
3.
Daur hidup Bagaimana Pteridophyta ?
4.
Dimana saja habitat Pteridophyta?
5.
Apa saja klasifikasi Pteridophyta?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Pteridophyta.
2. Untuk mengetahui karakteristik Pteridophyta .
3. Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Pteridophyta.
4. Untuk mengetahui dimana saja habitat Pteridophyta.
5. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Pteridophyta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PTERIDOPHYTA
Divisi Pteridophytha merupakan kelompok
tumbuhan darat atau pun air yang memiliki pigmen klorofil (autotrop), tetapi
reproduksi seksualnya dengan cara menghasilkan spora.
Tumbuhan paku juga merupakan
suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya
dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang,
dan daun.
B. KARAKTERISTIK PTERIDOPHYTA
1. Embrio
sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan berkembang
menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus
berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat endogen dan
tumbuh ke samping dari batang. Dengan demikian embrio Pteridophyta bersifat
unipolar, akar yang keluar pertama tidak dominan dan segera disusul oleh
akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar memiliki kaliptra.
2. Batang
Pteridophyta bercabang-cabang
menggarpu atau membentuk cabang-cabang ke samping yang bukan keluar dari ketiak
daun.
3. Daun-daun
pada Pteridophyta yang tinggi tingkat
perkembangannya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan daun Spermatophyta.
4. Dalam
akar, batang dan daun terdapat jaringan pengangkut, yaitu terdiri atas xylem
dan floem. Berkas pengangkut konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah
dikelilingi oleh floem.
5. Pertumbuhan
menebal sekunder karena kegiatan cambium belum ada.
6. Sporofit
memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk pada daun,
kadang-kadang dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai
sporangium disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil.
7. Sporangium
memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel
sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk
spora.
8. Masing-masing
membelah reduksi membentuk 4 spora haploid yang dapat bergandengan tetraeder.
9. Lapisan
sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna member makan pada sel-sel
sporogen dinamakan tapetum, terdapat di sekeliling jaringan sporoge.
10. Spora
memiliki tiga lapis dinding, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu
perisporium, eksosporium dan endosporium. Endosporium berdinding tipis menempel
di sebelah dalam eksosporium yang berdinding tebal dan kuat, sedangkan
perisporium merupakan lapisan tambahan yang dibentuk dari periplasmodium
(plasma yang melumuri sel-sel induk spora).

C. DAUR HIDUP PTERIDOPHYTA

1.
Generasi
Sapropit
Generasi saprofit
merupakan tumbuhan paku itu sendiri yang dapat menghasilkan spora. Spora
dihasilkan oleh struktur daun khusus yang disebut sporofil. Spora tersebut
mudah menyebar diterbang angin, dan spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan
tumbuh menjadi tumbuhan baru yaitu berupa protalium.
2.
Generasi
Gametofit
Generasi gametofit
merupakan tumbuhan penghasil gamet. Ditandai dengan adanya protalium yaitu
tumbuhan paku baru yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat
pada substrat dengan rizoidnya. Generasi gametofit tidak berlangsung lama
karena biasanya protaliumnya berukuran kecil dan tidak berumur panjang. Di
dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga dapat membentuk anteridium
yaitu alat kelamin jantan yang akan menghasilkan sperma, dan arkegonium yaitu
alat kelamin betina yang akan menghasilkan sel telur. Jika terjadi pertemuan
antara sperma dengan sel telur maka akan terbentuk zigot dan akan tumbuh
menjadi tumbuhan paku baru.
D. HABITAT PTERIDOPHYTA
Tumbuhan paku memiliki berbagai
habitat, yaitu didarat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran rendah,
tepi pantai, lereng gunung, 350 meter diatas permukaan laut terutama didaerah
lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain.
E. KLASIFIKASI PTERIDOPHYTA
Ada beberapa klasifikasi pterydohyta yaitu sebagai berikut:
1.
Kelas Psilophytineae (Paku Purba)
Paku purba meliputi jenis-jenis
tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Anggotanya ada yang merupakan
paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil) yang belum
terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum memiliki akar namun sudah mempunyai
jaringan pengangkut, semua bersifat homospor dan sporangium letaknya terminal
pada batang.
a. Bangsa Psilophytales (paku telanjang)
Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa
ini merupakan paku telanjang. Dikenal sebagai tumbuhan darat tertua. Ditemukan
fosilnya dalam lapisan bumi yang amat tua. Paku telanjang merupakan tumbuhan
paku yang paling rendah tingkat perkembangannya.Yang paling sederhana masih
belum berdaun dan belum berakar, namun batangnya sudah mempunyai berkas
pengangkut.
b. Bangsa Psilotales
Dari bangsa ini yang masih hidup
adalah marga Psilotum yang berupa
terna kecil rendah, batang bercabang dengan mikrofil berbentuk sisik. Tidak
berakar hanya mempunyai tunas tunas tanah dengan rizoid menggarpu. Sporangium
terdapat diantara taju-taju sporofilyang berbagi menggarpu. Sporangium ruangan
3, dinding terdiri dari beberapa lapis, tidak punya tapetum. Protalium
berbentuk silinder dan bercabang, ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna,
hidup dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan mikoriza. Anteridium terdiri
atas banyak ruang dan mengeluarkan spermatozoid yang mempunyai bnyak bulu
cambuk. Arkegonium kecil dan agak tenggelam. Embrio tidak mempunyai suspensor
dan letaknya eksoskopik (ujungnya kearah arah leher arkegonium). Contoh: Psilotum
nudum, P. triquetrum, Tmesipteris tannensis.

2.
Kelas Lycopdineae (Paku Kawat atau Paku
Rambat)
Paku kawat atau paku rambat ini
tumbuh baik pada kondisi lembab dan merambat. Meliputi golongan yang sudah
punah dan yang sekarang masih ada. Golongan yang sekarang masih ada hanya
terdiri dari 4 marga, yaitu: Lycopodium, Phylloglosum, Selaginella, dan
Isoetes, yang keseluruhannya meliputi 900 jenis. Sporofit dapat dibedakan
adanya batang, akar dan daun. Batang kecil seperti kawat dan bercabang-cabang.
Daunnya berukuran kecil seperti rambut yang terdapat di seluruh batang.
Sporangium terdapat di ketiak daun atau pangkal sisi atas daun dan biasanya
terkumpul di ujung cabang atau batang, dilindungi oleh daun-daun steril yang
lembut seperti rambut (strobilus). Ada yang bersifat homospor dan ada yang
heterospor. Pada yang heterospor gametofit dibentuk di dalam spora
(endosporik), sedang yang homospor gametofitnya dibentuk di luar spora
(eksosporik).
a.
Bangsa Lycopodiales
Bangsa ini terdiri kurang lebih atas
200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong dalam suku Lycopodiaceaw dari marga lycopodium.
Lycopodium itu kebanykan berupa terna
kecil, batang tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menggarpu yang
tertutup oleh daun. Daun panjangnya 2-10 mm, berambut, berbentuk garis atau
jarum yang sama bentuknya. Akar bercabang menggarpu. Batang masih sederhana
tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang keatas.
b.
Bangsa Selaginalles (Paku Rane, Paku Lumut)
Bangsa ini hanya terdiri atas satu
suku Selaginellaceae dengan satu
marga Selaginella yang meliputi ± 700
jenis. Habitus dalam beberapa hal menyerupai Lycopodineae. Ada juga yang berukuran kecil mirip dengan lumut hati
yang berdaun dan tumbuh di antara tumbuhan lumut, sehingga dinamakan juga paku
lumut. Di dekat percabangan batang terdapat alat tambahan yang dinamakan
rizofora atau pendukung akar. Rizofora bentuknya seperti batang tetapi tidak
berdaun, tumbuh ke bawah menuju tanah dan pada ujungnya tumbuh akar. Selaginella bersifat herterospor.
Sporangium terdapat dalam strobilus, menghasilkan mikro dan megaspore yang
terpisah-pisah tetapi keduanya ditemukan dalam satu rangkaian sporofil. Dinding
sporangium terdiri atas 3 lapis, tapetum di lapis paling dalam berguna untuk
member makanan kepada spora. Spora sudah memulai perkembangannya membentuk
protalium sejak masih di dalam sporangium. Setelah satu atau beberapa
arkegonium dibuahi, mulailah perkembangan embrio yang bersifat endoskopik.
Untuk membebaskan diri dari protalium, embrio tersebut membelok seperti pada
Lycopodium. Calon akar baru dibentuk kemudian. Pertumbuhan memanjang
berlangsung dengan perantaraan suatu sel ujung sebagai sel pemulanya.

c.
Bangsa Lepidodendrales
Tumbuhan ini mencapai puncak
perkembangannya di zaman Devon, karbon dan perm. Fosil dari tumbuhan ini
merupakan sumber batubara. Beberapa pohon berukuran raksasa, tinggi s/d 30
meter dengan diameter hingga 2 meter. Daun yang gugur meninggalkan bekas
seperti bantalan di pangkal tangkai daun. Bangun daun berupa jarum atau berupa
garis, berlidah-lidah dengan bekas pengangkut yang sederhana dan jarang sekali
memperlihatkan percabangan menggarpu. Batangnya sudah mengalami penebalan
sekunder dengan adanya jaringan semacam cambium gabus yang kearah dalam
menghasilkan sel-sel gelam yang jumlahnya lebih banyak daripada unsure-unsur kayu.
Punya “rimpang” yang disebut pendukung akar atau stigmarium, dan dipermukaannya
ada bekas-bekas akar. Rangkaian sporofil Lepidodendron dapat mencapai panjang
25 cm dan hampir selalu heterospor. Ada suatu kelompok warga Lepidodenrales
yaitu Lepidospermae yang memiliki biji. Mikrosporofil menjadi suatu selubung
(integument) “porangium, tetapi pada ujungnya terbuka, sehingga dapat menangkap
mikrospora yang berhamburan dan dengan cara-cara yang belum diketahui akhirnya
akan terjadi pembuahan. Organ tersebut tetap pada tumbuhan induknya dan
berkembang menjadi biji. Pada pembentukan kulit biji tidak hanya dinding
sporangium saja yang ikut mengambil bagian tetapi juga sporofil.
d.
Bangsa Isoetales
Bangsa ini memuat golongan
rumput-rumputan yang sebagian hidup dalam air dan sebagian pada tanah-tanah
yang basah. Anggotanya sekarang ada hanya terdiri dari 1 suku dan 1 marga saja
yaitu Isoetes dengan 60-100 jenis. Sporofit mempunyai batang seperti umbi,
jarang bercabang, kalau bercabang menggarpu. Dari bagian bawah batang keluar
akar-akar dan bercabang menggarpu, sedangkan di bagian atas batang terdapat
rozet daun, terdiri atas daun-daun yang berujung runcing panjang sampai satu
meter. Tiap daun memiliki saluran udara dan di sisi atas dekat pangkal daun ada
lekukan yang disebut foveum. Semua daun kecuali yang letaknya di tengah adalah
sporofil. Tiap sporofil mengandung satu sporangium yang letaknya di dalam
foveum. Di atas foveum terdapat ligula yang berupa selaput berbentuk segitiga
dengan pangkal terbenam. Di dalam roset daun yang letaknya di bagian luar
berupa makrosporofil dan yang letaknya di bagian dalam berupa mikrosporofil.
Sporangium besarnya 4-7 mm melindungi sebagian atau seluruhnya oleh selaput
yang disebut velum. Ruang sporangium terbagi-bagi oleh jaringan steril yang
dinamakan trabekula. Dinding sporangium terdiri dari beberapa lapis sel.
Perkembangan gametofit hampir sama dengan Selaginella. Zigot dengan dua dinding
yang tegak lurus satu sama lain membelah menjadi empat kuadran, dan diantaranya
membentuk ujung tunas dan daun beserta ligulanya, yang dua lainnya menjadi akar
dan haustorium. Suspensor tidak ada. Letak embrio mula-mula endoskopik, tetapi
sedikit demi sedikit embrio itu berputar hingga mencapai kedudukan yang
eksoskopik.
3.
Kelas Equisetineae (Paku Ekor Kuda)
Anggota dari kelas ini yang sekarang
masih ada umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat lembab,
kadang-kadang dalam jumlah besar dan bersifat dominant dalam komunitas
tertentu. Bentuk strobilus pada sporofit seperti ekornya kuda. Batang
bercabang-cabang berkarang dan berbuku-buku dan beruas-ruas. Daun-daun kecil
seperti selaput, tersusun berkarang. Sporofil berbeda dengan daun biasa
(berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium di sisi bawahnya). Sporofil
tersusun sebagai badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau
cabang. Protalium berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya.
a. Bangsa Equisetales
Bangsa ini hanya terdiri atas satu
suku yaitu Equisetaceae dan satu marga yaitu Equisetum dengan ± 25 jenis.
Tumbuhan ini hidup di darat atau di rawa-rawa. Mempunyai semacam rimpang dengan
cabang yang berdiri tegak, batang yang berdiri tegak tersebut berumur hanya 1
tahun. Pada penampang melintang, batang mempunyai lingkaran berkas pengangkut
kolateral, dua lingkaran saluran-saluran antar sel, dan satu ruang udara
lisigen di pusat. Berkas pengangkut dalam sporofil mempunyai susunan
konsentris. Batang atau cabang beralur dan beruas-ruas panjang. Pada buku-buku
batang terdapat karangan daun serupa selaput atau sisik. Daun-daun itu di
bagian bawah berlekatan menjadi suatu sarung yang menyelubungi batang.
Cabang-cabang keluar di antara daun-daun dan menembus sarung. Pada beberapa
warga Equisetales terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi
untuk menghadap kala yang buruk. Sporofil tersusun dalam rangkaian yang
menyerupai kerucut pada ujung batang. Spora mempunyai dinding yang terdiri atas
endo dan eksoporium, dan perisporium yang berlapis-lapis. Lapisan perisporium
yang terluar terdiri atas dua pita sejajar yang ujungnya melebar seperti lidah.
Jika spora itu kering, pita terlepas dari gulungannya tetapi di
tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium. Dari bangsa ini ada suku yang
sudah punah yaitu Calamitaceae, contohnya: Eucalamites multiramis,
Calamophyton primaevum.
b. Bangsa Sphenophyllales
Bangsa ini dikenal fosilnya saja,
berasal dari zaman Paleozoikum. Daunnya menggarpu atau berbentuk pasang dengan
tulang-tulang bercabang menggarpu, tersusun berkarang. Daunnya termasuk
heterofil, yaitu tidak sama bentuk dan ukurannya, ada yang berbentuk pasak dan
ada yang kecil sempit. Batangnya beruas-ruas panjang, bercabang-cabang,
mempunyai satu berkas pengangkut yang tidak berteras dan mempunyai cambium.
Rangkaian sporofil menyerupai Equisetum. Contohnya: Sphenophyllum
cuneifolium, S. dawsoni, S. fertile.

c. Bangsa Protoarticulales
Bangsa ini juga hanya ditemukan
fosilnya. Hidup pada pertengahan zaman Devon. Contoh yang paling dikenal adalah
Rhynia, berupa semak kecil yang bercabang-cabang menggarpu. Daunnya sempit,
berbagi menggarpu, tersusun berkarang. Sporofil tersusun dalam bulir dengan
percabangan menggarpu, sporangium bergantung-gantung.
4.
Kelas Filicineae
(Paku Sejati)
Warga kelas ini sehari-hari dikenal
sebagai tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya. Berupa higrofit (hidup di
tempat teduh, lembab), teresterial, akuatik atau epifit (penyusun underground
di hutan). Berdasarkan lingkungan hidupnya kelasi ini dibedakan menjadi paku
tanah, paku air dan paku epifit. Daun berupa makrofil dengan ukuran dan bentuk
daun yang beraneka ragam, serta pertulangan daun yang bercabang-cabang.
Sporangium kebanyakan dalam sorus, keluar dari suatu bantalan atau plasenta
atau reseptakel. Biasanya sorus dilindungi oleh indusium atau tepi daun yang
melipat. Dinding sporangium mempunyai annulus. Kebanyakan bersifat heterospor.
Gametofitnya untuk yang heterospor bersifat endosporik, sedang yang homospor
bersifat eksosporik. Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak
kelas yaitu: Euspongiatae, Leptosporangiatae, dan Hydropteris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar