Kamis, 05 Januari 2017

DIVISI PTERIDOPYHTA



COVER

Tugas Kelompok IX
MAKALAH
DIVISI PTERIDOPYHTA
Di susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah:Botani Tumbuhan Rendah
Dosen Pengampu:Usmiyatun, M. Pd



Disusun Oleh:
Nurhidayat Novalis, NIM 1301140326
Nor Apriyani Dewi, NIM 1301140332

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya kami sebagai penulis telah menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang “ Divisi Pteridophyta (Tumbuhan Paku)“. Tidak lupa juga kami sampaikan sholawat serta salam semoga rahmat dan berkah selalu dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan tabi’at serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menambah keterampilan dan kemahiran dalam berdiskusi dan berbicara di depan orang banyak serta sebagai pengetahuan mengenai divisi pteridophyta (tumbuhan paku). Dengan makalah ini kami berharap dapat berguna bagi kita semua.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Sehubungan dengan kekurangan di dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penyusun makalah membuka diri untuk menerima saran-saran dan masukan yang membangun dan diharapkan agar dalam pelaksanaan penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

                                                 Palangka Raya,   12  Maret 2015

                                                                                                                              Penyusun        


DAFTAR ISI







BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebes dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet (gametofit) merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora m pembelahan reduksi. Spora inilah yang merupakan permulaan dari generasi haploid. Dari spora akan terbentuk protalium melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas, yaitu: Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan Filicineae (paku sejati).

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan Pteridophyta?
2.      Apa saja karakteristik Pteridophyta?
3.      Daur hidup Bagaimana Pteridophyta ?
4.      Dimana saja habitat Pteridophyta?
5.      Apa saja klasifikasi Pteridophyta?

C.    TUJUAN

1.    Untuk mengetahui pengertian Pteridophyta.
2.    Untuk mengetahui karakteristik Pteridophyta .
3.    Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Pteridophyta.
4.    Untuk mengetahui dimana saja habitat Pteridophyta.
5.    Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Pteridophyta.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PTERIDOPHYTA

Divisi Pteridophytha merupakan kelompok tumbuhan darat atau pun air yang memiliki pigmen klorofil (autotrop), tetapi reproduksi seksualnya dengan cara menghasilkan spora.
Tumbuhan paku juga merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang, dan daun.

B.     KARAKTERISTIK PTERIDOPHYTA

1.      Embrio sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan berkembang menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Dengan demikian embrio Pteridophyta bersifat unipolar, akar yang keluar pertama tidak dominan dan segera disusul oleh akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar memiliki kaliptra.
2.      Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu atau membentuk cabang-cabang ke samping yang bukan keluar dari ketiak daun.
3.      Daun-daun pada Pteridophyta yang tinggi tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan daun Spermatophyta.
4.      Dalam akar, batang dan daun terdapat jaringan pengangkut, yaitu terdiri atas xylem dan floem. Berkas pengangkut konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah dikelilingi oleh floem.
5.      Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan cambium belum ada.
6.      Sporofit memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk pada daun, kadang-kadang dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai sporangium disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil.
7.      Sporangium memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk spora.

8.      Masing-masing membelah reduksi membentuk 4 spora haploid yang dapat bergandengan tetraeder.
9.      Lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna member makan pada sel-sel sporogen dinamakan tapetum, terdapat di sekeliling jaringan sporoge.
10.  Spora memiliki tiga lapis dinding, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu perisporium, eksosporium dan endosporium. Endosporium berdinding tipis menempel di sebelah dalam eksosporium yang berdinding tebal dan kuat, sedangkan perisporium merupakan lapisan tambahan yang dibentuk dari periplasmodium (plasma yang melumuri sel-sel induk spora).

C.    DAUR HIDUP PTERIDOPHYTA

Reproduksi tumbuhan dapat secara aseksual (vegetative), yakni dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi secara seksual (generative) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat-alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur (ovum). Sepertihalnya tumbuhan lumut , tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan). Tumbuhan paku mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan generasi gametofit.
1.      Generasi Sapropit
Generasi saprofit merupakan tumbuhan paku itu sendiri yang dapat menghasilkan spora. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang disebut sporofil. Spora tersebut mudah menyebar diterbang angin, dan spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yaitu berupa protalium.
2.      Generasi Gametofit
Generasi gametofit merupakan tumbuhan penghasil gamet. Ditandai dengan adanya protalium yaitu tumbuhan paku baru yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada substrat dengan rizoidnya. Generasi gametofit tidak berlangsung lama karena biasanya protaliumnya berukuran kecil dan tidak berumur panjang. Di dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga dapat membentuk anteridium yaitu alat kelamin jantan yang akan menghasilkan sperma, dan arkegonium yaitu alat kelamin betina yang akan menghasilkan sel telur. Jika terjadi pertemuan antara sperma dengan sel telur maka akan terbentuk zigot dan akan tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

D.    HABITAT PTERIDOPHYTA

Tumbuhan paku memiliki berbagai habitat, yaitu didarat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 meter diatas permukaan laut terutama didaerah lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain.

E.     KLASIFIKASI PTERIDOPHYTA

Ada beberapa klasifikasi pterydohyta yaitu sebagai berikut:
1.      Kelas Psilophytineae (Paku Purba)
Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Anggotanya ada yang merupakan paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil) yang belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum memiliki akar namun sudah mempunyai jaringan pengangkut, semua bersifat homospor dan sporangium letaknya terminal pada batang.
a.      Bangsa Psilophytales (paku telanjang)
Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini merupakan paku telanjang. Dikenal sebagai tumbuhan darat tertua. Ditemukan fosilnya dalam lapisan bumi yang amat tua. Paku telanjang merupakan tumbuhan paku yang paling rendah tingkat perkembangannya.Yang paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar, namun batangnya sudah mempunyai berkas pengangkut.
b.      Bangsa Psilotales
Dari bangsa ini yang masih hidup adalah marga Psilotum yang berupa terna kecil rendah, batang bercabang dengan mikrofil berbentuk sisik. Tidak berakar hanya mempunyai tunas tunas tanah dengan rizoid menggarpu. Sporangium terdapat diantara taju-taju sporofilyang berbagi menggarpu. Sporangium ruangan 3, dinding terdiri dari beberapa lapis, tidak punya tapetum. Protalium berbentuk silinder dan bercabang, ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna, hidup dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan mikoriza. Anteridium terdiri atas banyak ruang dan mengeluarkan spermatozoid yang mempunyai bnyak bulu cambuk. Arkegonium kecil dan agak tenggelam. Embrio tidak mempunyai suspensor dan letaknya eksoskopik (ujungnya kearah arah leher arkegonium). Contoh: Psilotum nudum, P. triquetrum, Tmesipteris tannensis.
2.      Kelas Lycopdineae (Paku Kawat atau Paku Rambat)
Paku kawat atau paku rambat ini tumbuh baik pada kondisi lembab dan merambat. Meliputi golongan yang sudah punah dan yang sekarang masih ada. Golongan yang sekarang masih ada hanya terdiri dari 4 marga, yaitu: Lycopodium, Phylloglosum, Selaginella, dan Isoetes, yang keseluruhannya meliputi 900 jenis. Sporofit dapat dibedakan adanya batang, akar dan daun. Batang kecil seperti kawat dan bercabang-cabang. Daunnya berukuran kecil seperti rambut yang terdapat di seluruh batang. Sporangium terdapat di ketiak daun atau pangkal sisi atas daun dan biasanya terkumpul di ujung cabang atau batang, dilindungi oleh daun-daun steril yang lembut seperti rambut (strobilus). Ada yang bersifat homospor dan ada yang heterospor. Pada yang heterospor gametofit dibentuk di dalam spora (endosporik), sedang yang homospor gametofitnya dibentuk di luar spora (eksosporik).
a.      Bangsa Lycopodiales
Bangsa ini terdiri kurang lebih atas 200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong dalam suku Lycopodiaceaw dari marga lycopodium. Lycopodium itu kebanykan berupa terna kecil, batang tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menggarpu yang tertutup oleh daun. Daun panjangnya 2-10 mm, berambut, berbentuk garis atau jarum yang sama bentuknya. Akar bercabang menggarpu. Batang masih sederhana tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang keatas.
b.      Bangsa Selaginalles (Paku Rane, Paku Lumut)
Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Selaginellaceae dengan satu marga Selaginella yang meliputi ± 700 jenis. Habitus dalam beberapa hal menyerupai Lycopodineae. Ada juga yang berukuran kecil mirip dengan lumut hati yang berdaun dan tumbuh di antara tumbuhan lumut, sehingga dinamakan juga paku lumut. Di dekat percabangan batang terdapat alat tambahan yang dinamakan rizofora atau pendukung akar. Rizofora bentuknya seperti batang tetapi tidak berdaun, tumbuh ke bawah menuju tanah dan pada ujungnya tumbuh akar. Selaginella bersifat herterospor. Sporangium terdapat dalam strobilus, menghasilkan mikro dan megaspore yang terpisah-pisah tetapi keduanya ditemukan dalam satu rangkaian sporofil. Dinding sporangium terdiri atas 3 lapis, tapetum di lapis paling dalam berguna untuk member makanan kepada spora. Spora sudah memulai perkembangannya membentuk protalium sejak masih di dalam sporangium. Setelah satu atau beberapa arkegonium dibuahi, mulailah perkembangan embrio yang bersifat endoskopik. Untuk membebaskan diri dari protalium, embrio tersebut membelok seperti pada Lycopodium. Calon akar baru dibentuk kemudian. Pertumbuhan memanjang berlangsung dengan perantaraan suatu sel ujung sebagai sel pemulanya.
c.       Bangsa Lepidodendrales
Tumbuhan ini mencapai puncak perkembangannya di zaman Devon, karbon dan perm. Fosil dari tumbuhan ini merupakan sumber batubara. Beberapa pohon berukuran raksasa, tinggi s/d 30 meter dengan diameter hingga 2 meter. Daun yang gugur meninggalkan bekas seperti bantalan di pangkal tangkai daun. Bangun daun berupa jarum atau berupa garis, berlidah-lidah dengan bekas pengangkut yang sederhana dan jarang sekali memperlihatkan percabangan menggarpu. Batangnya sudah mengalami penebalan sekunder dengan adanya jaringan semacam cambium gabus yang kearah dalam menghasilkan sel-sel gelam yang jumlahnya lebih banyak daripada unsure-unsur kayu. Punya “rimpang” yang disebut pendukung akar atau stigmarium, dan dipermukaannya ada bekas-bekas akar. Rangkaian sporofil Lepidodendron dapat mencapai panjang 25 cm dan hampir selalu heterospor. Ada suatu kelompok warga Lepidodenrales yaitu Lepidospermae yang memiliki biji. Mikrosporofil menjadi suatu selubung (integument) “porangium, tetapi pada ujungnya terbuka, sehingga dapat menangkap mikrospora yang berhamburan dan dengan cara-cara yang belum diketahui akhirnya akan terjadi pembuahan. Organ tersebut tetap pada tumbuhan induknya dan berkembang menjadi biji. Pada pembentukan kulit biji tidak hanya dinding sporangium saja yang ikut mengambil bagian tetapi juga sporofil.
d.      Bangsa Isoetales
Bangsa ini memuat golongan rumput-rumputan yang sebagian hidup dalam air dan sebagian pada tanah-tanah yang basah. Anggotanya sekarang ada hanya terdiri dari 1 suku dan 1 marga saja yaitu Isoetes dengan 60-100 jenis. Sporofit mempunyai batang seperti umbi, jarang bercabang, kalau bercabang menggarpu. Dari bagian bawah batang keluar akar-akar dan bercabang menggarpu, sedangkan di bagian atas batang terdapat rozet daun, terdiri atas daun-daun yang berujung runcing panjang sampai satu meter. Tiap daun memiliki saluran udara dan di sisi atas dekat pangkal daun ada lekukan yang disebut foveum. Semua daun kecuali yang letaknya di tengah adalah sporofil. Tiap sporofil mengandung satu sporangium yang letaknya di dalam foveum. Di atas foveum terdapat ligula yang berupa selaput berbentuk segitiga dengan pangkal terbenam. Di dalam roset daun yang letaknya di bagian luar berupa makrosporofil dan yang letaknya di bagian dalam berupa mikrosporofil. Sporangium besarnya 4-7 mm melindungi sebagian atau seluruhnya oleh selaput yang disebut velum. Ruang sporangium terbagi-bagi oleh jaringan steril yang dinamakan trabekula. Dinding sporangium terdiri dari beberapa lapis sel. Perkembangan gametofit hampir sama dengan Selaginella. Zigot dengan dua dinding yang tegak lurus satu sama lain membelah menjadi empat kuadran, dan diantaranya membentuk ujung tunas dan daun beserta ligulanya, yang dua lainnya menjadi akar dan haustorium. Suspensor tidak ada. Letak embrio mula-mula endoskopik, tetapi sedikit demi sedikit embrio itu berputar hingga mencapai kedudukan yang eksoskopik.
3.      Kelas Equisetineae (Paku Ekor Kuda)
Anggota dari kelas ini yang sekarang masih ada umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat lembab, kadang-kadang dalam jumlah besar dan bersifat dominant dalam komunitas tertentu. Bentuk strobilus pada sporofit seperti ekornya kuda. Batang bercabang-cabang berkarang dan berbuku-buku dan beruas-ruas. Daun-daun kecil seperti selaput, tersusun berkarang. Sporofil berbeda dengan daun biasa (berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium di sisi bawahnya). Sporofil tersusun sebagai badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang. Protalium berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya.
a.      Bangsa Equisetales
Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku yaitu Equisetaceae dan satu marga yaitu Equisetum dengan ± 25 jenis. Tumbuhan ini hidup di darat atau di rawa-rawa. Mempunyai semacam rimpang dengan cabang yang berdiri tegak, batang yang berdiri tegak tersebut berumur hanya 1 tahun. Pada penampang melintang, batang mempunyai lingkaran berkas pengangkut kolateral, dua lingkaran saluran-saluran antar sel, dan satu ruang udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut dalam sporofil mempunyai susunan konsentris. Batang atau cabang beralur dan beruas-ruas panjang. Pada buku-buku batang terdapat karangan daun serupa selaput atau sisik. Daun-daun itu di bagian bawah berlekatan menjadi suatu sarung yang menyelubungi batang. Cabang-cabang keluar di antara daun-daun dan menembus sarung. Pada beberapa warga Equisetales  terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi untuk menghadap kala yang buruk. Sporofil tersusun dalam rangkaian yang menyerupai kerucut pada ujung batang. Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo dan eksoporium, dan perisporium yang berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang terluar terdiri atas dua pita sejajar yang ujungnya melebar seperti lidah. Jika spora itu kering, pita terlepas dari gulungannya tetapi di tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium. Dari bangsa ini ada suku yang sudah punah yaitu Calamitaceae, contohnya: Eucalamites multiramis, Calamophyton primaevum.
b.      Bangsa Sphenophyllales
Bangsa ini dikenal fosilnya saja, berasal dari zaman Paleozoikum. Daunnya menggarpu atau berbentuk pasang dengan tulang-tulang bercabang menggarpu, tersusun berkarang. Daunnya termasuk heterofil, yaitu tidak sama bentuk dan ukurannya, ada yang berbentuk pasak dan ada yang kecil sempit. Batangnya beruas-ruas panjang, bercabang-cabang, mempunyai satu berkas pengangkut yang tidak berteras dan mempunyai cambium. Rangkaian sporofil menyerupai Equisetum. Contohnya: Sphenophyllum cuneifolium, S. dawsoni, S. fertile.
c.       Bangsa Protoarticulales
Bangsa ini juga hanya ditemukan fosilnya. Hidup pada pertengahan zaman Devon. Contoh yang paling dikenal adalah Rhynia, berupa semak kecil yang bercabang-cabang menggarpu. Daunnya sempit, berbagi menggarpu, tersusun berkarang. Sporofil tersusun dalam bulir dengan percabangan menggarpu, sporangium bergantung-gantung.
4.      Kelas Filicineae (Paku Sejati)
Warga kelas ini sehari-hari dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya. Berupa higrofit (hidup di tempat teduh, lembab), teresterial, akuatik atau epifit (penyusun underground di hutan). Berdasarkan lingkungan hidupnya kelasi ini dibedakan menjadi paku tanah, paku air dan paku epifit. Daun berupa makrofil dengan ukuran dan bentuk daun yang beraneka ragam, serta pertulangan daun yang bercabang-cabang. Sporangium kebanyakan dalam sorus, keluar dari suatu bantalan atau plasenta atau reseptakel. Biasanya sorus dilindungi oleh indusium atau tepi daun yang melipat. Dinding sporangium mempunyai annulus. Kebanyakan bersifat heterospor. Gametofitnya untuk yang heterospor bersifat endosporik, sedang yang homospor bersifat eksosporik. Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak kelas yaitu: Euspongiatae, Leptosporangiatae, dan Hydropteris.


BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

B.     PENUTUP



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar