COVER
Tugas Kelompok
IV,
BOTANI TUMBUHAN RENDAH
Ganggang (Gandar,Karang, Pirang ,Merah ) Dan Fungi
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Botani Tumbuhan Rendah.
Dosen Pembimbing: Usmiyatun, M.Pd.

Di susun oleh:
Okta Vianita Sari
NIM: 1301140337
Tuti Nur
NIM: 1301140339
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN
MIPA
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT
yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua, karena
dapatlah penyusun menghimpun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Botani
Tumbuhan Rendah sesuai dengan jadwal. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat serta orang-orang yang
mengikuti jejak langkah beliau sampai hari kiamat.
Pembuatan makalah ini
bertujuan antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Botani
Tumbuhan Rendah. Selain itu juga sebagai bahan
untuk menambah wawasan penyusun.
Harapan penyusun pada
makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca sebagai bahan tambahan dalam
proses belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan lainnya. Kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapakan demi perbaikan makalah
sederhana ini dan dalam pembuatan makalah kedepannya lagi. Akhir kata penyusun
ucapkan Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan
dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Didalam
lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun
hewan air.Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah
alga/ ganggang.Ganggang termasuk tumbuhan
bertalus, tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati.Ganggang ada yang bersel
satu dan bersel banyak, bersifat eukariotik, ada yang hidup melayang-layang
(neustonik) dan ada yang di dasar air (bentik).Habitat di air tawar, air laut
dan daerah-daerah yang lembab, reproduksi dilakukan dapat dilakukan secara
seksual (konjugasi, anisogami, isogami) atau aseksual.
Dalam
taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan
dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai
dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah
satu kelompok takson tersendiri. Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal
diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel
banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya
Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta).
Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak
memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi
selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga
bersel banyak tertentu.Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok
(kelas) yang lebih berdekatan dengan semua tumbuhan fotosintetik (membentuk
klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta
atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta atau
Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
Damlam makalah
ini akan membahas mengenai bentuk, sifat, dan peranan algae serta dasar-dasar
pengkasifikasiannya. Hal tersebut perlu di ketahui mengingat bahwa pentingnya
pengetahuan tersebut untuk di ketahui dan di pahami.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimkasud dengan Kelas
conjugatae.?
2.
Apa yang dimkasud dengan Kelas
charophyceae.?
3.
Apa yang dimkasud dengan Kelas
phaeophyceae.?
4.
Apa yang dimkasud dengan Kelas rhodophyceae.?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
karakteristik dari Kelas conjugatae.
2.
Untuk mengetahui
karakteristik dari Kelas charophyceae.
3.
Untuk mengetahui
karakteristik dari Kelas phaeophyceae.
4.
Untuk mengetahui
karakteristik dari Kelas rhodophyceae.
D. Metode Penulisan
Metode yang
digunakan, yaitu:
1.
Kepustakaan, dan
2.
Media Online
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelas conjugatae (ganggang gandar)
Conjugatae
adalah ganggang yang berwana hijau (mengandung klorofil a dan b), sel-selnya
mempunyai satu inti dan dinding selnya dari selulosa. Conjugatae
merupakan golongan ganggang dengan beranekarupa bentuk yang sebagian besar
hidup di air tawar. Conjugatae dibedakan
dalam dua bangsa, yaitu:
1.
Bangsa Desmidiales
Karene bentuknya beraneka rupa ganggang ini juga
disebut ganggang hias, terutama hidup dalam rawa-rawa (gambut) yang airnya
bereaksi asam. Sel-selnya ada berbentuk bulan sabit (closterium), atau
di tengah-tengahnya berlekuk, sehingga mempunya bentuk seperti biskuit atau
bintang, sehingga sel terdiri atas dua bagian yang setangkup (simetris) dengan
di dalam tiap-tiap bagian itu suatu chloroplas yang besar dengan susunan yang
rumit, mempunyai satu atau beberapa pirenoid. Di tengah-tengah sel terdapat
satu inti.
Perkembang biakan terjadi secara:
a. Aseksual, sel membagi di tengah-tengahnya, dan masing-masing
bagian lalu menyempurnakan diri. Pada marga-marga tertentu sel-sel anak itu
tetap berlekatan dan dengan demikian terbentuklah deretan sel-sel.
b. Seksual dengan kopulasi, dua sel berdekatan lalu menyelubungi
diri dengan lendir. Dinding dibagian tengah lalu membuka dan protoplas kedua
sel itu bersatu di saluran kopulasi yang membesar dan terjadilah sebuah zigot,
yang dindingnya berduri, hingga dengan ini mudah dikenal dan dibedakan dari sel
biasa. Di samping zigot itu terdapat 4 belahan dinding sel yang berkopulasi.
Pada perkecambahan terjadi pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4 inti haploid
yang bebas, dua kemudian mengalami degenerasi. Dengan demikian dari satu zigot
paling banyak hanya dapat tumbuh dua individu baru.
Contoh spesies:
Klasifikasi Costerium
moniliforme
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Charophyta
Class :
Zygnemophyceae
Ordo :
Desmidiales
Family : Closteriaceae
Genus :
Closterium
Species :
Costerium moniliforme

2.
Bangsa zygnema sp

Zygnema sp
Sel-selnya membentuk koloni berupa benang yang tidak
bercabang. Dari golongan ini yang terkenal adalah jenis-jenis yang tegolong
dalam marga Spirogyra. Koloni yang berbentuk benang selalu bertambah
panjang karenan pembelahan sel secara vegetative. Dinding selny lunak, tidak
berlubang-lubang, terdiri atas selulosa dengan selaput pektin, yang karena
pembengkakan menjadi agak berlendir. Koloni-koloni ini pada dinding pemisah
yang melintang dapat terputus-putus menjadi beberapa bagian, yang masing-masing
dapat tumbuh menjadi koloni baru. Tiap sel mempunyai satu inti dan satu
kloroplas bentuk pita yang melingkar seperti spiral dan menempel pada dinding
sel dengan mengandung paranoid-piranoid.
Pada konjugasi dua koloni yang berlainan jenis
kelaminnya lalu berdekatan dan sejajar satu sama lain. Pada tempat persentuhan
antara dua sel lalu terbentuk penonjolan-penonjolan, sehingga kedua koloni itu
sedikit berjauhan lagi. Karena terlalurnya dinsing persentuhan, tonjolan
menjadi saluran kopulasi. Melalui tonjolan itu protoplas sel-sel pada benang
yang jantan lalu bersifat sebagai gamet jantan dan masuk ke dalam sel-sel pada
koloni betina. Peleburan kedua protopals itu lalu membulat dank arena
kehilangan air sedikit mengecil dan menjadi suatu zigot dengan beberapa lapis
dinding yang tebal berarna coklat, penuh bersisi dengan tepung dan minyak.
Dalam zigot ini kloroplas yang berasal dari gamet jantan mengelami degenerasi.
Pada perkecambahan, zigot mengadakan pembelahan reduksi, dan terbentuklah 4
inti haploid yang bebas. Satu diantaranya agak besar dan tetap, yang tiga
lainnya yang lebih kecil mengalami degenerasi. Zigot berkecambah menjadi
individu baru.
Kopulasi kedua gamet ini ada yang terjadi di tengah-tengah
saluran kopulasi, sehingga zigot terdapat di antara kedua koloni yang
mengadakan perkawinan, antara lain pada anggota-anggota marga mougeotia dan
zygnemazygnema.
B. Kelas charophyceae (characeae) (ganggang karang)

Ganggan ini
hanya terdiri atas beberapa marga saja. Selnya mempunya dinding selulosa,
klorofil a dan b, dan zat tepung hasil asimilasi, dan merupakan zat makanan
cadangan. Hidupnya di kolam atau selokan-selokan sebagai bentos. Talus
berbuku-buku dengan ruas-ruas yang panjang dengan cabang yang tersusun dalam
suatu karang. Pembiakan seksual dengan oogami. Oogonium diselubungi
benang-benang yang melingkar-lingkar seperti spiral. Ateridium
bergandeng-gandeng merupakan benang-benang dan tersusun dalam sebuah badan
berbentuk peluru yang kosong.
Pada
buku-bukunya tumbuh cabang-cabang pendek yang beruas-ruas, kadang-kadang juga
cabang-cabang yang lebih pendek lagi pada buku-bukunya. Dari ketiak
cabang-cabang pendek itu seringkali tumbuh cabang-cabang yang panjang yang
susunannya sama dengan sumbu pokok.
Alat-alat
pembiakan berupa anteridium bulat berwarna kekuning kuningan, dan oogonium berbentuk seperti telur berwarna hijau dan
terdapat dalam ketiak cabang.
Anteridium
berasal dari satu sel induk yang kemudian membelah-belah menjadi 8 sel, yang
dinakam oktan. Tiap-tiap oktan lalu membentuk 2 dinding tangensial menjadi 3
sel, sehingga dengan ini terbentuk 24 sel. Delapan sel paling luar pipih,
dinamakan sel-sel dindinh (pelindung), 8 sel di tengah-tengah dinamakn sel pemengang
(manubrium), 8 lagi yang paling dalam dinamakan sel-sel pokok sel-sel dinding
lalu membentuk tonjolan-tonjolan radial tidak sempurna, sehingga sel-sel itu
terbagi-bagi dalam ruang-ruang yang terpisah-pisah tidak sempurna pula. Sel-sel yang di tengah kemudian membentang ke
arah radial. Karena sel dinding tumbuh meluas, dalam alat itu akan terjadi
suatu ruangan dengan sel-sel pemegang dan sel-sel pokok di dalamnya. Sel-sel
yang paling dalam lalu membuat 3-6 sel sekunder, dan dari sel-sel ini ditonjolkan
3-5 sel-sel benang spermatogen terdiri atas sel-sel bentuk cakram.
Dari setiap
sel akhirnya keluar spermatozoid berbentuk spiral yang mempunyai satu bintik
mata, kadang-kdang tenpa plastid dan mempunyai 2 bulu cambuk.
Oogonium
mula-mula hanya mengandung satu sel telur saja yang penuh terisi dengan
tetes-tetes minyak dan butir-butir tepung, kemudian oogonium itu diselubungi
oleh 5 buluh yang terpilin seperti spiral. Ujung benang-benang selubung
oogonium ini merupakan bentuk seperti mahkota, diantaranya terdapat celah jalan
masuknya spermatozoid. Setelah selesai pembuahan, sel telur membentuk dinding
yang tidak berwarna. Dinding benang-benang pembungkus yang sebelah dalam
menebal, warna menjadi pirang, kadang-kadang diperkuat dengan kapur, sedangkan
dinding luranya lenyap setelah buah itu jauh. Pada perkecambahan zigot terjadi
pembelahan reduksi dan terjadilah 4 inti haploid. Dari 4 inti ini hanya tumbuh
satu tumbuhan baru saja.
C. Kelas phaeophyceae (ganggang pirang)
Pada phaeophyceae
tingkat perkembangan yang dapat bergerak berupa zoospora dan gamet, mempunyai
dua bulu cambuk yang heterokon dan terdapat dibagian samping dadanya berbentuk
bulat per atau sekoci. Pada waktu bergerak bulu cambung yang panjang yang mempunyai rambut-rambut
mengkilap menghadap ke muka dan yang pendek meghadap ke belakang. Dekat dengan
keluarnya bulu cambuk terdapat bintik mata berwarna pirang kemerah-merahan, dan
dalam bagian zoospora yang lebar itu terdapat satu (jarang sekali lebih)
kromatofora berwarna pirang.
Terbagi
menjadi beberapa bangsa:
1.
Bangsa Phaeosporales

Bangsa ini merupakan sebagian besar ganggang pirang.
Kebenayakan mempunyai perawakan seperti cladophora, tetapi ada pula yang
mempunyai talus yang lebih tinggi tingkatannya. Pembiakan terjadi secara:
a.
Aseksual dengan zoospore,
yang terjadi karena adanya pembelahan reduksi. Dalam sporangium yang berbentuk
gelembung dan mula-mula hanya mempunyai satu inti saja, kemudian terjadi
pembelahan inti dan kromatofora sampai beberapa kali. Dari zoospore itu tumbuh
gametofit haploid dengan gametangiumyang berwarna berkotak-kotak.
b.
Seksual dengan isogamy.
Gametagium bersel banyak. Pada tiap pembelahan inti terjadi suatu sekat,
sehingga terjadi suatu gametangium yang berkotak-kotak. Tiap-tiap kotak
mengelurkan satu isogamet. Kopulasi isogamete menghasilkan satu zigot yang
tanpa mengalami waktu istirahat dan tanpa pembelahan reduksi tanpa mengeluarkan
sel kembara, langsung berkecambah menjadi tumbuhan diploid, yang mempunyai
sporangium beruang satu saja. Jadi pada golongan ini terdapat suatu pergiliran
keturunan.
2.
Bangsa Laminariales

Warga-warga laminariales yang paling sederhan tingkat
perkembangannya mempunyai habitus yang memperlihatkan adanya hubungan
kekerabatan dengan phaeosporales. Warga-warga yang lebih tinggi organisasinya
mempunya sporofit dengan diferensiasi morfologi dan anatomi yang lebih tinggi
serta mempunyai ukuran yang yang besar.
Dalam bangsa ini termasuk suku laminariaceae, yang
antara lain meliputi:
a.
Marocystis pyrifera,
hidup didaerah kutup selatan, talusnya dapat mencapai panjang 60 m dengan berat
sampai 100 kg. Alat pelekatnya seakan-akan memiliki kuku untuk berpegangan
erat-erat. Sumbu talus bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran
yang bergantung, kadang-kadang sampi 3 m panjangnya, hingga dengan ini talus
dapat terapung-apung pada permukaan air laut.
b.
Lessonia sp,
mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
c.
Luminaria cloustoni,
banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5 m. Pangkal talus setebal
lengan dan umurnya tahunan, bagian atas mempunyai daun atau mempunyai lembaran-lembaran
menjari yang setiap tahun diperbarui. Menjelang berakhirnya musim dingin
terjadi pertumbuhan dibagian tengah pada pangkal lembaran-lembaran tadi dan
terbentuklah lembaran-lembaran bar
3.
Bangsa Dictyotalis

Pada
ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk sporangium beruang satu dan
mengluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dan oogami,Anteridium yang
berkotak- kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara
berkelompok. Tiap oogonium merupakan suatu sel telur. Gamet jantan mempunyai
suatu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya juga ada 2
bulu cambuk,tetapi yang kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarang
diabaikan.sporofit dan gematrofit bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempunyai
talus berbentuk pita yang bercabang- cabang menggarpu, misalnya Dictyota
dichotoma yang tersebar di lautan Eropa. Sporafit dan gematrofit isomarf.
Bangsa Dictyoteles
terdiri atas satu suku saja, yaitu Dictyotaceae yang meliputi beberapa
jenis, antara lain Dictyota dichotoma, Dictyopoides, padina pavonia.
4.
Bangsa
Fucales

Gbr. fucus serratus
Bersama-
sama dengan laminariales ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi
lautan di daerah dingin. Pembiakan generatif dengan oogami, pembiakan vegetatif
tidak ada. Fucales hanya terdiri
atas suku Fucaceae, meliputi antara lainfucus serratus. Fucus
yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di
tengah- tengahnya diperkuat oleh suatu rusuk tengah, kaku seperti kulit,
bercabang-cabang mengrapu dan melekat pada batu dengan suatu alat pelekat yang
berbentuk cakram. Ujung cabang- cabang talus itu agak membesar dan mempunyai
lekukan- lekukan yang disebut koseptakel. Di dalamnya terdapat
oogonium,anteridium, dan benang- benang mandul ( parafisis).
Anteridium
beberapa sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang- benang
pendek yang bercabang- cabang. Tiap antridium menghasilkan 64 spermatozoid.
Suatu spermatozoid terutama terdiri atas bahan inti, suatu bintik mata dan 2
bulu cambuk pada sisinya. Bulu cambuk yang pendek menghadap kemuka dan mempunya
rambut- rambut mengikat. Oogonium berupa suatu badan yang duduk diatas tangkai,
terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel telur, hanya kurang lebih 40 %
dari sel telur yang di buahi , dan tiap 100.000 spermatozoid hanya 1-2 saja yang dapat menunaikan yugasnya
.zigot lalu membentuk dinding selulosa dan pektin, melekat pada substrat dan
tumbuh menjadi individu yang diploid.Selain Fucus serattusdalam suku ini
termasuk pula fucus vesiculosus, sargassum vulgare,Turbinaria decurrens.
Dari
uraian- uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa phaeophyceae mempunyai
habitus yang beraneka ragam, dari deretan sel- sel yang berbentuk benang yang
terkumpuldalam suatu berkas dan bersifat heterotrik sampai talus yang besar,
yang kadang- kadang memperlihatkan bentuk luar seperti tumbuhan tinggi, dan
sepintas lalu seperti telah ada akar, batang dan daunnya. Tidak hanya dari luar
tampak adanya defrensiasi, susunan dalanya pun demikian. Ujung talus mempunyai
titik tumbuh yang terdiri atas satu sel ujung. Jaringan dalamnya dapat di
bedakan dalam jaringan asimilasi di sebelah luar, dan jaringan penimbunan
makanan cadangan disebelah dalam. Pembelahan sel- selnya tidak hanya mlintang,
tetapi juga membujur hingga dengan demikian telah terjadi parenkim sejati. Pada
dinding selnya pun telah terdapat noktah. Selain itu telah nampak pula
jaringan- jaringan mekanik yang sederhana dengan buluh- buluh yang menyerupai
buluh tipis, dan seperti pada tumbuh- tumbuhan tinggi juga berguna untuk
pengkutan hasil asimilasi.Phaeophyceae mempunyai perkembangan yang
setingkat dengan Chlorophyceae. Rupa- rupanya sama- sama berasal dari
flagellata yang pada phaephyceae dapat dilihat dari bentuk zoossporanya.
Tetapi bentuk- bentuk peralihan yang menunjukan perkembangan setingkat demi
setingkat dari flagellata phaeophyceae tidak di temukan.Melihat adanya
rambut-rambut mengkilat pada salah sau bulu cambuknya yang heterkon itu,
rupanya ada kekerabatan dengan chrysomonadales dan heterochloridales.
Mengenal
cara-cara pembiakan seksual, sama halnya dengan pada Chlorophyceae, pada phaephyceae terdapat pula perkembangan tingkat dari
isogami menjadi oogami. Pergantian keturunan pun bermacam- macam. Pembelahan
reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan spora, dengan demikian berganti-
ganti terdapat pada gametofit ysng hafloid dan saprofit yang diploid.
Gametrofit dapat isomart, dapat juga heteromart. gametofit jarang- jarang lebih besar dari pada
sporofitnya.
Dalam
lapisan-lapisan bumi yang tua tidak banyak ditemukan phaeophyceae yang
fosil. Sangat boleh jadi ganggang ini telah hidup dalam silur dan devon.
Beberapa jenis phaeophyceae menghasilkan yodium. Ada pula yang
menghasilkan khasiat obat, misalkan Laminara cloustoni dan fucus vesiculosus. Selain itu, dari
phaeophyceae dapat diperoleh bermacam macam hasil, antara lain asam alginal,soda, dan manit.
D. Kelas Rhodophyceae ( ganggang merah )

Rhodopphyceae
berwarna merah sampai ungu, kadang- kadang juga lembayung atau pirang kemerah-
merahan. Kromatoora berbentuk cakram atau suatu lembaran mengandung korofil dan
karotenoid,tetapi warna itu tertutup oleh zat berwarna merah yang mengadakan
fluoresensi yaitu fikoeritrin pada jenis- jenis tertentu terdapat fikosianin
Sebagai
hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride,
yang juga merupakan hasil polimerasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut
dalam air, sering kali berlapis- apis jika dibubuhi yodium berwarna kemerah-
merahan. Tepung ini bersifat lebih dekat dari pada glikogen, dan tidak terdapat
dalam kromotofora, melainkan pada permukaannya, selain tepung florida terdapat
juga floridesida ( senyawa
glesirin dan glaktosa ) dan tetes minyak. Perinoid kadang- kadang juga terdapat
selain beberapa perkecualian. Rhodophyceae selalu bersifat autotrop.
Yang hetrotrof tidak mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada lain
ganggang. Dinding sel terdiri ats dua apis, yang dalam terdiri atas selulosa,
yang luar terdiri atas pektin yang terlendir.
Kebanyakan
Rhodophyceae hidup di dalam air laut, terutama dalam lapsan- lapisan air
yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya
sebagai benthos melekat pada substrat dan benang- benang pelekat atau cakram pelekat.talus
bermacam- macam bentuknya, tetapi pada bagian sederhana pun bersifat
hetrotrofik. Jaringan tubuh belum bersifat sbagai parenkim, melainkan hanya
merupakan plektenkim.
Perkembangbiakan
dapat secara aseksual, taitu dengan pembentukan
spora, dapat pula secara seksual ( oogami ), vaok spora maupun gametnya tidak
mempunyao bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif. Rhodophyceae dibagi dalam dua anak kelas yaitu Bangieae dan
Florodeae.
1.
Anak
kelas Bangieae ( Protoflorideae )
Telah berbentuk benang, cakram atau pun pita
dengan tidak ada percabangan yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan
monospora yang dapat memperlihatkan gerakan ameboid. Pembiakan seksual dengan
oogami. Oogami berupa sel yang sedikit saja di bedakan dengan sel talus,
kadang- kadang mempunyai alat tambahan seperti trikogen. Anteridium
menghasilkan sel gamet jantan yang disebut spermatium. Zigot dengan
langsung membuat spora atau setelah mengadakan
pembelahan baru mengeluarkan spora.
Dalam golongan ini termasuk suku Bangiaceae
yang dibawah ini antara lain ganggang tanah porphyridium cruentum dan ganggang laut bangia artropurea.
2.
Anak kelas FLORIDEAE
Talus ada yang masih sederhana,tetapi umumnya
hampir selalu bercabang- cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam
bentuk, seperti benang, lembaran- lembaran . percabangannya menyirip atau
menggarpu. Pembiakan seksual terlangsung sebagai berikut : dari sel sel ujung
cabang talus, terbentuk dua anterium yang masing-masing terdiri atas satu sel
saja dan berasal dari penonjolan sel ujung. Tiap anteridium menghasilkan satu
gamet jantan yang oleh karena itu tidak dapat bergerak tidak dinamakan
spermatozoid tetapi spermatium. Gametengium betina dinamakan karpogenium,
karpogonium terdapat pada ujung
cabang- cabang lain dari pada cabang talus yang mempnyai anteridium. Suatu
karogonium terdiri atas sel panajng, bagian bawanya membesar seperti botol.
Bagian atasnya berbentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti telur terdapat pada bagian
dasar yang membesar tadi. Spermatium secara pasif (oleh air ) akhirnya sampai
pada trikogen, melekat padda trikogen, dan setelah dinding perlekatan teratur,
seluruh protoplas spermatium masuk kedalam karpogonium. Setelah terjadi
pembuahan bagian bawah karpogonium lalu membuat sumbat, dan dengan sumbat itu
menjadi terpisah dan trikogen.
Jadi disini kita lihat pula adanya pergiliran
keturunan, tetapi gemetofit dan sprofit yang disini berupa benang- benang
sporogen tidak terpisah : sporofit yang berupa benang dan hanya terdiri atas
beberapa sel itu hidup sebagai parait pada ganetofitnya. Peristiwa seperti di
uraikan diatas terdapat antra lain pada batrachospermunmonoliforme. Pemelahan
reduksi terjadi pada zigot, jadi baik gemetofit maupun sprofit bersifat
haploid, dan hanya zigot saja yang merupakan fase yang diploid.
Pada warga Florideae lainnya terdapat
pergiliran antara 3 keturunan dalam daur hidupnya antra lain adalah sebagai
berikut :
a.
Gametofit yang haploid yang mempunyai anteridum dan
karpogonium.
b.
Karposporofit, yang diploid mengeluarkan karpospora
diploid.
c.
Tetrasporofit yang habitatnya menyerupai gametifit (
keturunan pertama ) akann tetapi tidak mempunyai alat- alat sekksual, melainkan
mempunyai masing- masing mengelurkan 4 spora 9 tetraspora). Baru dalamnya
pembentukan tetraspora menjadi pembelahan reduksi. Jadi tetraspora adalah
haplloid, dan kemudian tumbuh menjadi gametofit yang hafloid pula. Adapun daur
hidupnya yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara lain terdapat pada callithamnion
corymbosum. yang tidak misalnya i Bonnemaisonia hamiera.
Sporofit yang hidup sebagai parasit dan
gametofit dapat mempunyai bentuk yang sering dianggap sebagai tumbuhan asing
yangbenar- benar hidup sebagai parasit dan di beri nama lain pula.
3.
Anak divisi FUNGI (Cendawan atau Jamur )
Cendawan tidak mempunyai kromtofra, oleh
sebab itu umumya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatanya
terdapat bermacam- macam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Umumnya sel-
sel ini mempunyai membran yang terdiri atas kitin dan bukan salulosa.
Bagian tubuh yang paling vegetatif terdiri
atas benang-benang halus di namakan hifa, yang seluruhnya merupakan mesilum.
Benang-benang itu ada yang bersekat- sekat dan ada yang tidak. Pembiakan dengan
bermacam- macam spora, pada jamur yang hidup di air brupa spora kembara yang mempunyai
bulu cambuk.
Fungi yang hidup di darat dapat menghasilkan
spora yang terbentuk di dalam sel- sel khusus ( askus ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Conjugatae adalah
ganggang yang berwana hijau (mengandung klorofil a dan b), sel-selnya mempunyai
satu inti dan dinding selnya dari selulosa. Conjugatae merupakan
golongan ganggang dengan beranekarupa bentuk yang sebagian besar hidup di air
tawar. Conjugatae dibedakan dalam dua bangsa, yaitu:Bangsa
Desmidiales dan Bangsa Zygnematales.
2.
Kelas charophyceae
(characeae) (ganggang kerang),
ganggan ini hanya terdiri atas beberapa marga saja. Selnya mempunya dinding
selulosa, klorofil a dan b, dan zat tepung hasil asimilasi, dan merupakan zat
makanan cadangan. Hidupnya di kolam atau selokan-selokan sebagai bentos. Talus
berbuku-buku dengan ruas-ruas yang panjang dengan cabang yang tersusun dalam
suatu karang. Pembiakan seksual dengan oogami.
3.
Phaeophyceae adalah
ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatoforannya terkandung klorofil a,
karotin, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang mempunya warna
lainnya dan menyebabkan ganggang itu berwarna pirang.Terbagi menjadi beberapa
bangsa:Bangsa Phaeosporales, Bangsa Laminariales, Bangsa Dictyotalis,
dan Bangsa Fucales.
4.
Kelas Rhodophyceae, berwarna
merah sampai ungu, kadang- kadang juga lembayung atau pirang kemerah- merahan.
Kromatoora berbentuk cakram atau suatu lembaran mengandung korofil dan
karotenoid,tetapi warna itu tertutup oleh zat berwarna merah yang mengadakan
fluoresensi yaitu fikoeritrin pada jenis- jenis tertentu terdapat fikosianin,
dibagi dalam dua anak kelas yaitu Bangieae dan Florodeae.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis sajikan, penulis
menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekeliruan, untuk itu penulis
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi
kebaikkan untuk pembuatan makalah selanjutnya dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
·
Tjitsoepomo.Gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
·
Fadillarahmah,Ukhti. 2012. Kelas
Diatomea, Conjugatae, Charophyceae. Di akses Sabtu, 21 Maret 2015 (14.27
WIB), dari http://ukhti-fadillarahmah.blogspot.com
·
Hadi,Khairil. 2012. Makalah
Ganggang. Di akses Sabtu, 21 Maret 2015 (14.27 WIB), dari http://biologi-khairil.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar