Kamis, 05 Januari 2017

Ganggang (Gandar,Karang, Pirang ,Merah ) Dan Fungi



COVER

Tugas Kelompok IV,

BOTANI TUMBUHAN RENDAH
Ganggang  (Gandar,Karang, Pirang ,Merah ) Dan Fungi
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah.
Dosen Pembimbing: Usmiyatun, M.Pd.


Di susun oleh:
Okta Vianita Sari
NIM: 1301140337
Tuti Nur
NIM: 1301140339


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua, karena dapatlah penyusun menghimpun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah sesuai dengan jadwal. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah beliau sampai hari kiamat.
Pembuatan makalah ini bertujuan antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah. Selain itu juga sebagai bahan untuk menambah wawasan penyusun.
Harapan penyusun pada makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca sebagai bahan tambahan dalam proses belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan lainnya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapakan demi perbaikan makalah sederhana ini dan dalam pembuatan makalah kedepannya lagi. Akhir kata penyusun ucapkan Terimakasih.


Penyusun


DAFTAR ISI






BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air.Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga/ ganggang.Ganggang termasuk tumbuhan bertalus, tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati.Ganggang ada yang bersel satu dan bersel banyak, bersifat eukariotik, ada yang hidup melayang-layang (neustonik) dan ada yang di dasar air (bentik).Habitat di air tawar, air laut dan daerah-daerah yang lembab, reproduksi dilakukan dapat dilakukan secara seksual (konjugasi, anisogami, isogami) atau aseksual.
Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri. Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu.Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (kelas) yang lebih berdekatan dengan semua tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
Damlam makalah ini akan membahas mengenai bentuk, sifat, dan peranan algae serta dasar-dasar pengkasifikasiannya. Hal tersebut perlu di ketahui mengingat bahwa pentingnya pengetahuan tersebut untuk di ketahui dan di pahami.

B.       Rumusan Masalah

1.        Apa yang dimkasud dengan Kelas conjugatae.?
2.        Apa yang dimkasud dengan Kelas charophyceae.?
3.        Apa yang dimkasud dengan Kelas phaeophyceae.?
4.        Apa yang dimkasud dengan Kelas rhodophyceae.?

C.      Tujuan Penulisan

1.        Untuk mengetahui karakteristik dari Kelas conjugatae.
2.        Untuk mengetahui karakteristik dari Kelas charophyceae.
3.        Untuk mengetahui karakteristik dari Kelas phaeophyceae.
4.        Untuk mengetahui karakteristik dari Kelas rhodophyceae.

D.      Metode Penulisan

Metode yang digunakan, yaitu:
1.        Kepustakaan, dan
2.        Media Online


BAB II

PEMBAHASAN

A.           Kelas conjugatae (ganggang gandar)

Conjugatae adalah ganggang yang berwana hijau (mengandung klorofil a dan b), sel-selnya mempunyai satu inti dan dinding selnya dari selulosa. Conjugatae merupakan golongan ganggang dengan beranekarupa bentuk yang sebagian besar hidup di air tawar. Conjugatae dibedakan dalam dua bangsa, yaitu:
1.        Bangsa Desmidiales
Karene bentuknya beraneka rupa ganggang ini juga disebut ganggang hias, terutama hidup dalam rawa-rawa (gambut) yang airnya bereaksi asam. Sel-selnya ada berbentuk bulan sabit (closterium), atau di tengah-tengahnya berlekuk, sehingga mempunya bentuk seperti biskuit atau bintang, sehingga sel terdiri atas dua bagian yang setangkup (simetris) dengan di dalam tiap-tiap bagian itu suatu chloroplas yang besar dengan susunan yang rumit, mempunyai satu atau beberapa pirenoid. Di tengah-tengah sel terdapat satu inti.
Perkembang biakan terjadi secara:
a.    Aseksual, sel membagi di tengah-tengahnya, dan masing-masing bagian lalu menyempurnakan diri. Pada marga-marga tertentu sel-sel anak itu tetap berlekatan dan dengan demikian terbentuklah deretan sel-sel.
b.    Seksual dengan kopulasi, dua sel berdekatan lalu menyelubungi diri dengan lendir. Dinding dibagian tengah lalu membuka dan protoplas kedua sel itu bersatu di saluran kopulasi yang membesar dan terjadilah sebuah zigot, yang dindingnya berduri, hingga dengan ini mudah dikenal dan dibedakan dari sel biasa. Di samping zigot itu terdapat 4 belahan dinding sel yang berkopulasi. Pada perkecambahan terjadi pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4 inti haploid yang bebas, dua kemudian mengalami degenerasi. Dengan demikian dari satu zigot paling banyak hanya dapat tumbuh dua individu baru.
Contoh spesies:
Klasifikasi Costerium  moniliforme
Kingdom    : Plantae
Divisi         : Charophyta
Class          : Zygnemophyceae
Ordo          : Desmidiales
Family        : Closteriaceae
Genus         : Closterium
Species       : Costerium  moniliforme
2.        Bangsa zygnema sp
Zygnema sp
Sel-selnya membentuk koloni berupa benang yang tidak bercabang. Dari golongan ini yang terkenal adalah jenis-jenis yang tegolong dalam marga Spirogyra. Koloni yang berbentuk benang selalu bertambah panjang karenan pembelahan sel secara vegetative. Dinding selny lunak, tidak berlubang-lubang, terdiri atas selulosa dengan selaput pektin, yang karena pembengkakan menjadi agak berlendir. Koloni-koloni ini pada dinding pemisah yang melintang dapat terputus-putus menjadi beberapa bagian, yang masing-masing dapat tumbuh menjadi koloni baru. Tiap sel mempunyai satu inti dan satu kloroplas bentuk pita yang melingkar seperti spiral dan menempel pada dinding sel dengan mengandung paranoid-piranoid.
Pada konjugasi dua koloni yang berlainan jenis kelaminnya lalu berdekatan dan sejajar satu sama lain. Pada tempat persentuhan antara dua sel lalu terbentuk penonjolan-penonjolan, sehingga kedua koloni itu sedikit berjauhan lagi. Karena terlalurnya dinsing persentuhan, tonjolan menjadi saluran kopulasi. Melalui tonjolan itu protoplas sel-sel pada benang yang jantan lalu bersifat sebagai gamet jantan dan masuk ke dalam sel-sel pada koloni betina. Peleburan kedua protopals itu lalu membulat dank arena kehilangan air sedikit mengecil dan menjadi suatu zigot dengan beberapa lapis dinding yang tebal berarna coklat, penuh bersisi dengan tepung dan minyak. Dalam zigot ini kloroplas yang berasal dari gamet jantan mengelami degenerasi. Pada perkecambahan, zigot mengadakan pembelahan reduksi, dan terbentuklah 4 inti haploid yang bebas. Satu diantaranya agak besar dan tetap, yang tiga lainnya yang lebih kecil mengalami degenerasi. Zigot berkecambah menjadi individu baru.
Kopulasi kedua gamet ini ada yang terjadi di tengah-tengah saluran kopulasi, sehingga zigot terdapat di antara kedua koloni yang mengadakan perkawinan, antara lain pada anggota-anggota marga mougeotia dan zygnemazygnema.

B.            Kelas charophyceae (characeae)  (ganggang karang)

Ganggan ini hanya terdiri atas beberapa marga saja. Selnya mempunya dinding selulosa, klorofil a dan b, dan zat tepung hasil asimilasi, dan merupakan zat makanan cadangan. Hidupnya di kolam atau selokan-selokan sebagai bentos. Talus berbuku-buku dengan ruas-ruas yang panjang dengan cabang yang tersusun dalam suatu karang. Pembiakan seksual dengan oogami. Oogonium diselubungi benang-benang yang melingkar-lingkar seperti spiral. Ateridium bergandeng-gandeng merupakan benang-benang dan tersusun dalam sebuah badan berbentuk peluru yang kosong.
Pada buku-bukunya tumbuh cabang-cabang pendek yang beruas-ruas, kadang-kadang juga cabang-cabang yang lebih pendek lagi pada buku-bukunya. Dari ketiak cabang-cabang pendek itu seringkali tumbuh cabang-cabang yang panjang yang susunannya sama dengan sumbu pokok.
Alat-alat pembiakan berupa anteridium bulat berwarna kekuning kuningan, dan oogonium berbentuk seperti telur berwarna hijau dan terdapat dalam ketiak cabang.
Anteridium berasal dari satu sel induk yang kemudian membelah-belah menjadi 8 sel, yang dinakam oktan. Tiap-tiap oktan lalu membentuk 2 dinding tangensial menjadi 3 sel, sehingga dengan ini terbentuk 24 sel. Delapan sel paling luar pipih, dinamakan sel-sel dindinh (pelindung), 8 sel di tengah-tengah dinamakn sel pemengang (manubrium), 8 lagi yang paling dalam dinamakan sel-sel pokok sel-sel dinding lalu membentuk tonjolan-tonjolan radial tidak sempurna, sehingga sel-sel itu terbagi-bagi dalam ruang-ruang yang terpisah-pisah tidak sempurna pula.  Sel-sel yang di tengah kemudian membentang ke arah radial. Karena sel dinding tumbuh meluas, dalam alat itu akan terjadi suatu ruangan dengan sel-sel pemegang dan sel-sel pokok di dalamnya. Sel-sel yang paling dalam lalu membuat 3-6 sel sekunder, dan dari sel-sel ini ditonjolkan 3-5 sel-sel benang spermatogen terdiri atas sel-sel bentuk cakram.
Dari setiap sel akhirnya keluar spermatozoid berbentuk spiral yang mempunyai satu bintik mata, kadang-kdang tenpa plastid dan mempunyai 2 bulu cambuk.
Oogonium mula-mula hanya mengandung satu sel telur saja yang penuh terisi dengan tetes-tetes minyak dan butir-butir tepung, kemudian oogonium itu diselubungi oleh 5 buluh yang terpilin seperti spiral. Ujung benang-benang selubung oogonium ini merupakan bentuk seperti mahkota, diantaranya terdapat celah jalan masuknya spermatozoid. Setelah selesai pembuahan, sel telur membentuk dinding yang tidak berwarna. Dinding benang-benang pembungkus yang sebelah dalam menebal, warna menjadi pirang, kadang-kadang diperkuat dengan kapur, sedangkan dinding luranya lenyap setelah buah itu jauh. Pada perkecambahan zigot terjadi pembelahan reduksi dan terjadilah 4 inti haploid. Dari 4 inti ini hanya tumbuh satu tumbuhan baru saja.

C.           Kelas phaeophyceae (ganggang pirang)

Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatoforannya terkandung klorofil a, karotin, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang mempunya warna lainnya dan menyebabkan ganggang itu berwarna pirang.
Pada phaeophyceae tingkat perkembangan yang dapat bergerak berupa zoospora dan gamet, mempunyai dua bulu cambuk yang heterokon dan terdapat dibagian samping dadanya berbentuk bulat per atau sekoci. Pada waktu bergerak bulu cambung  yang panjang yang mempunyai rambut-rambut mengkilap menghadap ke muka dan yang pendek meghadap ke belakang. Dekat dengan keluarnya bulu cambuk terdapat bintik mata berwarna pirang kemerah-merahan, dan dalam bagian zoospora yang lebar itu terdapat satu (jarang sekali lebih) kromatofora berwarna pirang.
Terbagi menjadi beberapa bangsa:
1.             Bangsa Phaeosporales
Bangsa ini merupakan sebagian besar ganggang pirang. Kebenayakan mempunyai perawakan seperti cladophora, tetapi ada pula yang mempunyai talus yang lebih tinggi tingkatannya. Pembiakan terjadi secara:
a.         Aseksual dengan zoospore, yang terjadi karena adanya pembelahan reduksi. Dalam sporangium yang berbentuk gelembung dan mula-mula hanya mempunyai satu inti saja, kemudian terjadi pembelahan inti dan kromatofora sampai beberapa kali. Dari zoospore itu tumbuh gametofit haploid dengan gametangiumyang berwarna berkotak-kotak.
b.        Seksual dengan isogamy. Gametagium bersel banyak. Pada tiap pembelahan inti terjadi suatu sekat, sehingga terjadi suatu gametangium yang berkotak-kotak. Tiap-tiap kotak mengelurkan satu isogamet. Kopulasi isogamete menghasilkan satu zigot yang tanpa mengalami waktu istirahat dan tanpa pembelahan reduksi tanpa mengeluarkan sel kembara, langsung berkecambah menjadi tumbuhan diploid, yang mempunyai sporangium beruang satu saja. Jadi pada golongan ini terdapat suatu pergiliran keturunan.
2.             Bangsa Laminariales
Warga-warga laminariales yang paling sederhan tingkat perkembangannya mempunyai habitus yang memperlihatkan adanya hubungan kekerabatan dengan phaeosporales. Warga-warga yang lebih tinggi organisasinya mempunya sporofit dengan diferensiasi morfologi dan anatomi yang lebih tinggi serta mempunyai ukuran yang yang besar.
Dalam bangsa ini termasuk suku laminariaceae, yang antara lain meliputi:
a.         Marocystis pyrifera, hidup didaerah kutup selatan, talusnya dapat mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. Alat pelekatnya seakan-akan memiliki kuku untuk berpegangan erat-erat. Sumbu talus bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantung, kadang-kadang sampi 3 m panjangnya, hingga dengan ini talus dapat terapung-apung pada permukaan air laut.
b.        Lessonia sp, mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
c.         Luminaria cloustoni, banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5 m. Pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas mempunyai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbarui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi pertumbuhan dibagian tengah pada pangkal lembaran-lembaran tadi dan terbentuklah lembaran-lembaran bar
3.             Bangsa Dictyotalis
Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk sporangium beruang satu dan mengluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dan oogami,Anteridium yang berkotak- kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan  yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan suatu sel telur. Gamet jantan mempunyai suatu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya juga ada 2 bulu cambuk,tetapi yang kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarang diabaikan.sporofit dan gematrofit bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempunyai talus berbentuk pita yang bercabang- cabang menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan Eropa. Sporafit dan gematrofit isomarf.
Bangsa Dictyoteles terdiri atas satu suku saja, yaitu Dictyotaceae yang meliputi beberapa jenis, antara lain Dictyota dichotoma, Dictyopoides, padina pavonia.
4.             Bangsa Fucales
http://thumbs.dreamstime.com/x/alga-marina-de-la-familia-un-fucus-fucaceae-15953494.jpg
Gbr. fucus serratus
Bersama- sama dengan laminariales ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin. Pembiakan generatif dengan oogami, pembiakan vegetatif tidak ada.  Fucales hanya terdiri atas suku Fucaceae, meliputi antara lainfucus serratus. Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah- tengahnya diperkuat oleh suatu rusuk tengah, kaku seperti kulit, bercabang-cabang mengrapu dan melekat pada batu dengan suatu alat pelekat yang berbentuk cakram. Ujung cabang- cabang talus itu agak membesar dan mempunyai lekukan- lekukan yang disebut  koseptakel. Di dalamnya terdapat oogonium,anteridium, dan benang- benang mandul ( parafisis).
Anteridium beberapa sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang- benang pendek yang bercabang- cabang. Tiap antridium menghasilkan 64 spermatozoid. Suatu spermatozoid terutama terdiri atas bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Bulu cambuk yang pendek menghadap kemuka dan mempunya rambut- rambut mengikat. Oogonium berupa suatu badan yang duduk diatas tangkai, terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel telur, hanya kurang lebih 40 % dari sel telur yang di buahi , dan tiap 100.000 spermatozoid  hanya 1-2 saja yang dapat menunaikan yugasnya .zigot lalu membentuk dinding selulosa dan pektin, melekat pada substrat dan tumbuh menjadi individu yang diploid.Selain Fucus serattusdalam suku ini termasuk pula fucus vesiculosus, sargassum vulgare,Turbinaria decurrens.
Dari uraian- uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa phaeophyceae mempunyai habitus yang beraneka ragam, dari deretan sel- sel yang berbentuk benang yang terkumpuldalam suatu berkas dan bersifat heterotrik sampai talus yang besar, yang kadang- kadang memperlihatkan bentuk luar seperti tumbuhan tinggi, dan sepintas lalu seperti telah ada akar, batang dan daunnya. Tidak hanya dari luar tampak adanya defrensiasi, susunan dalanya pun demikian. Ujung talus mempunyai titik tumbuh yang terdiri atas satu sel ujung. Jaringan dalamnya dapat di bedakan dalam jaringan asimilasi di sebelah luar, dan jaringan penimbunan makanan cadangan disebelah dalam. Pembelahan sel- selnya tidak hanya mlintang, tetapi juga membujur hingga dengan demikian telah terjadi parenkim sejati. Pada dinding selnya pun telah terdapat noktah. Selain itu telah nampak pula jaringan- jaringan mekanik yang sederhana dengan buluh- buluh yang menyerupai buluh tipis, dan seperti pada tumbuh- tumbuhan tinggi juga berguna untuk pengkutan hasil asimilasi.Phaeophyceae mempunyai perkembangan yang setingkat dengan Chlorophyceae. Rupa- rupanya sama- sama berasal dari flagellata yang pada phaephyceae dapat dilihat dari bentuk zoossporanya. Tetapi bentuk- bentuk peralihan yang menunjukan perkembangan setingkat demi setingkat dari flagellata phaeophyceae tidak di temukan.Melihat adanya rambut-rambut mengkilat pada salah sau bulu cambuknya yang heterkon itu, rupanya ada kekerabatan dengan chrysomonadales dan heterochloridales.
Mengenal cara-cara pembiakan seksual, sama halnya dengan pada Chlorophyceae,  pada phaephyceae  terdapat pula perkembangan tingkat dari isogami menjadi oogami. Pergantian keturunan pun bermacam- macam. Pembelahan reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan spora, dengan demikian berganti- ganti terdapat pada gametofit ysng hafloid dan saprofit yang diploid. Gametrofit dapat isomart, dapat juga heteromart. gametofit  jarang- jarang lebih besar dari pada sporofitnya.
Dalam lapisan-lapisan bumi yang tua tidak banyak ditemukan phaeophyceae yang fosil. Sangat boleh jadi ganggang ini telah hidup dalam silur dan devon. Beberapa jenis phaeophyceae menghasilkan yodium. Ada pula yang menghasilkan khasiat obat, misalkan Laminara cloustoni  dan fucus vesiculosus. Selain itu, dari phaeophyceae dapat diperoleh bermacam macam hasil, antara lain  asam alginal,soda, dan manit.

D.           Kelas Rhodophyceae ( ganggang merah )

Rhodopphyceae berwarna merah sampai ungu, kadang- kadang juga lembayung atau pirang kemerah- merahan. Kromatoora berbentuk cakram atau suatu lembaran mengandung korofil dan karotenoid,tetapi warna itu tertutup oleh zat berwarna merah yang mengadakan fluoresensi yaitu fikoeritrin  pada jenis- jenis tertentu terdapat fikosianin
Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut dalam air, sering kali berlapis- apis jika dibubuhi yodium berwarna kemerah- merahan. Tepung ini bersifat lebih dekat dari pada glikogen, dan tidak terdapat dalam kromotofora, melainkan pada permukaannya, selain tepung florida terdapat juga  floridesida ( senyawa glesirin dan glaktosa ) dan tetes minyak. Perinoid kadang- kadang juga terdapat selain beberapa perkecualian. Rhodophyceae selalu bersifat autotrop. Yang hetrotrof tidak mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada lain ganggang. Dinding sel terdiri ats dua apis, yang dalam terdiri atas selulosa, yang luar terdiri atas pektin yang terlendir.
Kebanyakan Rhodophyceae hidup di dalam air laut, terutama dalam lapsan- lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya sebagai benthos melekat pada substrat dan benang- benang pelekat atau cakram pelekat.talus bermacam- macam bentuknya, tetapi pada bagian sederhana pun bersifat hetrotrofik. Jaringan tubuh belum bersifat sbagai parenkim, melainkan hanya merupakan plektenkim.
Perkembangbiakan dapat secara aseksual, taitu dengan pembentukan spora, dapat pula secara seksual ( oogami ), vaok spora maupun gametnya tidak mempunyao bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif. Rhodophyceae  dibagi dalam dua anak kelas yaitu Bangieae dan Florodeae.
1.        Anak kelas Bangieae ( Protoflorideae )
Telah berbentuk benang, cakram atau pun pita dengan tidak ada percabangan yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat memperlihatkan gerakan ameboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Oogami berupa sel yang sedikit saja di bedakan dengan sel talus, kadang- kadang mempunyai alat tambahan seperti trikogen. Anteridium menghasilkan sel gamet jantan yang disebut spermatium. Zigot dengan langsung membuat spora atau setelah mengadakan  pembelahan baru mengeluarkan spora.
Dalam golongan ini termasuk suku Bangiaceae yang dibawah ini antara lain ganggang tanah porphyridium cruentum  dan ganggang laut bangia artropurea.

2.        Anak kelas FLORIDEAE
Talus ada yang masih sederhana,tetapi umumnya hampir selalu bercabang- cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti benang, lembaran- lembaran . percabangannya menyirip atau menggarpu. Pembiakan seksual terlangsung sebagai berikut : dari sel sel ujung cabang talus, terbentuk dua anterium yang masing-masing terdiri atas satu sel saja dan berasal dari penonjolan sel ujung. Tiap anteridium menghasilkan satu gamet jantan yang oleh karena itu tidak dapat bergerak tidak dinamakan spermatozoid tetapi spermatium. Gametengium betina dinamakan karpogenium, karpogonium  terdapat pada ujung cabang- cabang lain dari pada cabang talus yang mempnyai anteridium. Suatu karogonium terdiri atas sel panajng, bagian bawanya membesar seperti botol.
Bagian atasnya berbentuk  gada atau benang dan dinamakan   trikogen. Inti telur terdapat pada bagian dasar yang membesar tadi. Spermatium secara pasif (oleh air ) akhirnya sampai pada trikogen, melekat padda trikogen, dan setelah dinding perlekatan teratur, seluruh protoplas spermatium masuk kedalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan bagian bawah karpogonium lalu membuat sumbat, dan dengan sumbat itu menjadi terpisah dan trikogen.
Jadi disini kita lihat pula adanya pergiliran keturunan, tetapi gemetofit dan sprofit yang disini berupa benang- benang sporogen tidak terpisah : sporofit yang berupa benang dan hanya terdiri atas beberapa sel itu hidup sebagai parait pada ganetofitnya. Peristiwa seperti di uraikan diatas terdapat antra lain pada  batrachospermunmonoliforme. Pemelahan reduksi terjadi pada zigot, jadi baik gemetofit maupun sprofit bersifat haploid, dan hanya zigot saja yang merupakan fase yang diploid.
Pada warga Florideae lainnya terdapat pergiliran antara 3 keturunan dalam daur hidupnya antra lain adalah sebagai berikut :
a.         Gametofit yang haploid yang mempunyai anteridum dan karpogonium.
b.         Karposporofit, yang diploid mengeluarkan karpospora diploid.
c.         Tetrasporofit yang habitatnya menyerupai gametifit ( keturunan pertama ) akann tetapi tidak mempunyai alat- alat sekksual, melainkan mempunyai masing- masing mengelurkan 4 spora 9 tetraspora). Baru dalamnya pembentukan tetraspora menjadi pembelahan reduksi. Jadi tetraspora adalah haplloid, dan kemudian tumbuh menjadi gametofit yang hafloid pula. Adapun daur hidupnya yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara lain terdapat pada callithamnion corymbosum. yang tidak misalnya i Bonnemaisonia hamiera.
Sporofit yang hidup sebagai parasit dan gametofit dapat mempunyai bentuk yang sering dianggap sebagai tumbuhan asing yangbenar- benar hidup sebagai parasit dan di beri nama lain pula.
3.        Anak divisi FUNGI (Cendawan atau Jamur )
Cendawan tidak mempunyai kromtofra, oleh sebab itu umumya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatanya terdapat bermacam- macam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Umumnya sel- sel ini mempunyai membran yang terdiri atas kitin dan bukan salulosa.
Bagian tubuh yang paling vegetatif terdiri atas benang-benang halus di namakan hifa, yang seluruhnya merupakan mesilum. Benang-benang itu ada yang bersekat- sekat dan ada yang tidak. Pembiakan dengan bermacam- macam spora, pada jamur yang hidup di air brupa spora kembara yang mempunyai bulu cambuk.
Fungi yang hidup di darat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sel- sel khusus ( askus ).


BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

1.        Conjugatae adalah ganggang yang berwana hijau (mengandung klorofil a dan b), sel-selnya mempunyai satu inti dan dinding selnya dari selulosa. Conjugatae merupakan golongan ganggang dengan beranekarupa bentuk yang sebagian besar hidup di air tawar. Conjugatae dibedakan dalam dua bangsa, yaitu:Bangsa Desmidiales dan Bangsa Zygnematales.
2.        Kelas charophyceae (characeae)  (ganggang kerang), ganggan ini hanya terdiri atas beberapa marga saja. Selnya mempunya dinding selulosa, klorofil a dan b, dan zat tepung hasil asimilasi, dan merupakan zat makanan cadangan. Hidupnya di kolam atau selokan-selokan sebagai bentos. Talus berbuku-buku dengan ruas-ruas yang panjang dengan cabang yang tersusun dalam suatu karang. Pembiakan seksual dengan oogami.
3.        Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatoforannya terkandung klorofil a, karotin, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang mempunya warna lainnya dan menyebabkan ganggang itu berwarna pirang.Terbagi menjadi beberapa bangsa:Bangsa Phaeosporales, Bangsa Laminariales, Bangsa Dictyotalis, dan Bangsa Fucales.
4.        Kelas Rhodophyceae, berwarna merah sampai ungu, kadang- kadang juga lembayung atau pirang kemerah- merahan. Kromatoora berbentuk cakram atau suatu lembaran mengandung korofil dan karotenoid,tetapi warna itu tertutup oleh zat berwarna merah yang mengadakan fluoresensi yaitu fikoeritrin  pada jenis- jenis tertentu terdapat fikosianin, dibagi dalam dua anak kelas yaitu Bangieae  dan Florodeae.

B.       Saran

Demikianlah makalah yang dapat penulis sajikan, penulis menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekeliruan, untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kebaikkan untuk pembuatan makalah selanjutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.


DAFTAR PUSTAKA

·         Tjitsoepomo.Gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
·         Fadillarahmah,Ukhti. 2012. Kelas Diatomea, Conjugatae, Charophyceae. Di akses Sabtu, 21 Maret 2015 (14.27 WIB), dari http://ukhti-fadillarahmah.blogspot.com
·         Hadi,Khairil. 2012. Makalah Ganggang. Di akses Sabtu, 21 Maret 2015 (14.27 WIB), dari http://biologi-khairil.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar